Mumpung Gratis Selama PPKM, Berikut Rekomendasi Film Klasik Indonesia di Mola TV

Mumpung Gratis Selama PPKM, Berikut Rekomendasi Film Klasik Indonesia di Mola TV Terminal mojok.co

Mumpung Gratis Selama PPKM, Berikut Rekomendasi Film Klasik Indonesia di Mola TV Terminal mojok.co

Mola TV sejak 3-20 Juli punya program promo gratis untuk mendukung masa PPKM. Caranya, gunakan kode promo “INDONESIASEHAT” ketika memilih paket berlangganan standard. Sebagai orang yang suka menonton, promo-promo begini merupakan kabar yang sangat menyenangkan dan membantu mengisi waktu selama PPKM untuk diam di rumah dan menikmati tontonan setelah rehat kerja. Namun, sebagai penonton bokek, tentu saya butuh privilese tambahan dan Mola TV menyediakan itu.

Saat mencoba Mola TV, saya pikir pesona terbaik dari layanan streaming satu ini adalah kurasi konten-kontennya yang mempertimbangkan kualitas. Secara tampilan, film-film yang terpampang ditampilkan keterangan memiliki informasi critics rating-nya. Hal ini menandakan bahwa Mola TV  percaya diri memamerkan kemampuan kurasi konten filmnya yang memang memilih film-film bagus.

Film-film bagus di sini dalam artian film yang dianggap bagus secara kualitas, ya, bukan karena populer semata. Ini termasuk film-film klasiknya. Kita akan lebih mudah menemui film legend macam The Godfather, Indiana Jones, bahkan 12 Angry Men di sini. Wah, ini sih salah satu tempat menyenangkan buat para sinefil atau mereka yang hobi nonton. Entah ia buat untuk melanjutkan eksplorasi film-film mereka atau sekadar menyambangi kembali film-film keren pada masanya.

Namun, ternyata Mola TV tidak cuma punya koleksi sinema klasik dunia, ia pun memiliki koleksi film-film klasik Indonesia. Saya sebagai orang yang suka nonton dan memperhatikan tontonan film lokal, saat lihat daftar film-film klasik lokal yang dikelompokan dalam kategori “Sinema Nusantara Klasika”, seolah menemukan harta karun. Pasalnya, ada banyak film yang bisa dieksplore. Pengetahuan saya pada film-film lokal rasanya masih seuprit. Salah satu penyebabnya, sulitnya akses menonton film-film jadul.

Pasalnya, film klasik Indonesia punya masalah besar pada pengarsipan. Indonesia dari dulu sudah terkenal gampang lupa dan mudah membungihanguskan arsip-arsip sejarah, termasuk karya seni seperti buku dan film. Kalaupun tidak dimusnahkan, masalah lainnya adalah upaya pengarsipan film klasik yang minim, kalau tidak bisa dibilang buruk. Meski ada film klasik yang datanya masih terselamatkan, terawat, dan layak tonton, masalah berikutnya adalah akses. Oleh karena itu, di era banyaknya penyedia layanan streaming atau OTT ini, terbesit harapan akan munculnya koleksi film-film klasik yang selama ini sulit di akses, dan hal ini tampaknya perlahan-lahan jadi kenyataan.

Saya sudah cukup bersyukur dengan sempat ramainya bahasan soal ketersediaan film-film Warkop di Netflix dan Disney plus. Namun, amunisi film klasik Mola TV ternyata membuat saya lebih terkejut. Bukan cuma berfokus pada film klasik yang populer seperti Warkop atau Suzzanna, film-film di Mola TV menghadirkan film-film top tier tapi underated dari tokoh-tokoh yang namanya cukup harum di dunia sinema nasional. Misalnya, film-film dari sutradara legendaris macam Sdjumanjaya, Teguh Karya, Chaerul Umam, atau dengan bintang-bintang macam Christine Hakim, Deddy Mizwar, Yati Octavia, dan banyak lagi.

Untuk lebih meyakinkan, saya mau merekomendasikan beberapa judul film klasik keren yang bisa ditonton di Mola TV.

#1 Kejarlah Daku Kau Kutangkap

Sebuah film komedi romantis legendaris dan masih dianggap terbaik di Indonesia. Menceritakan mengenai huru hara rumah tangga Ramadhan (Deddy Mizwar) dan Mona (Lydia Kandou) sebagai pasangan yang baru menikah. Di sini kita bisa melihat bahwa menikah dan proses adaptasinya tidaklah mudah. Belum lagi komedi kocaknya yang berasal dari perang gender soal peran laki-laki dan perempuan dalam rumah tangga. Siapa yang mengira film jadul punya bahasan yang cukup mendalam soal peran gender?

#2 Nagabonar

Judul ini tampaknya sudah tenar, tapi saya yakin belum banyak yang menonton film yang dbintangi Deddy Mizwar ini. Menceritakan Nagabonar, seorang mantan copet, yang tiba-tiba dilantik jenderal-jenderalan demi berkontribusi di perang kemerdekaan. Sebuah film komedi yang banyak sentilan tentang makna pahlawan, status pahlawan palsu, pahlwan tanpa tanda jasa, dan semacamnya.

#3 Titian Serambut Dibelah Tujuh

Sebuah film religi mahakarya Chaerul Umam. Kalau Anda mengira film religi klasik ini sedangkal film religi yang sekadar memisahkan hitam dan putih secara dangkal layaknya stereotype orang-orang pada film religi, Anda salah. Filmnya bercerita mengenai sebuah kampung yang kedatangan seorang guru agama baru yang ternyata penuh masalah kompleks. Di sini kita bisa melihat bagaimana tema religi mengupas moralitas hitam dan putih dengan cara yang tidak gampang dan tidak dangkal, bahkan hampir abu-abu. Skenarionya pun luar biasa, tentu tak usah heran jika mengetahui di baliknya ada nama Asrul Sani, salah satu legenda prefilman Indonesia.

#4 Pacar Ketinggalan Kereta

Sebuah film musikal garapan Teguh Karya. Mungkin saya agak sulit menceritakan premisnya karena plot yang sangat banyak dan kompleks dengan cast yang cukup banyak. Tapi bukan Teguh Karya namanya kalau tidak merajutnya dengan lihai. Buktinya, kata Wikipedia, film ini sukses mendapat delapan Piala Citra 1989 dari sebelas nominasi.

#5 Kerikil- kerikil Tajam

Sebuah film komentar sosial dari Sdjumanjaya yang menggambarkan kebobrokan moral dan sosial, baik di desa maupun di kota, sebagai akibat pembangunan yang pesat. Melalui tokoh Retno dan Inten, kita bisa melihat bagaimana nasib buruk selalu menghampiri karena efek perkmbangan zaman yang terlalu pesat. Mulai dari tersingkirkan dari desa hingga akhirnya bertahan hidup di Jakarta. Dibintangi bintang papan atas saat itu seperti Christine Hakim, Roy Martin, Ray Sahetrapy, Deddy Mizwar, dan Meriam Bellina, film ini salah satu sajian terbaiknya sutradara Sdjumanjaya.

#6 Si Badung

Ternyata Indonesia dulu pernah punya, loh, film bertema guru dan pendidikan. Menceritakan mengenai Pak Jarir dan kehidupan sekolah SD-nya. Pak Jarir adalah seorang guru dan kepala sekolah yang mengajar tidak selalu mementingkan nilai mata pelajaran tapi juga soal budi pekerti. Meski klise, detail-detail dalam film ini terasa hangat karena akan mengingatkan kita soal esensi pendidikan yang ditunjukan oleh bagaimana Pak Jarir memanusiakan para anak didiknya, senakal apa pun dia. Film ini membuat saya bernostalgia pada guru-guru SD.

Tentu, masih banyak lagi judul lain, dan masih banyak juga yang belum tersedia. Saya berharap koleksi film klasik dapat ditambah Mola TV, juga OTT lain kalau bisa. Walau bagaimanapun, ketersediaan film klasik itu sebenarnya penting karena turut menyelamatkan warisan sinematik bangsa. Bagiamana Mola TV? Kan lumayan bisa jadi branding yang bagus, tuh.

BACA JUGA Mola TV Ternyata Bagus dan Layak untuk Dicoba dan tulisan Muhammad Sabilurrosyad lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.
Exit mobile version