MTV Cribs, Acara Lawas yang Mengajak Kita untuk Bersyukur

MTV Cribs, Acara Lawas yang Mengajak Kita untuk Bersyukur

MTV Cribs, Acara Lawas yang Mengajak Kita untuk Bersyukur (Pixabay.com)

MTV Cribs itu, pada titik tertentu, mengajak kita untuk bersyukur

Jauh sebelum media sosial menjadi tempat membangun citra dan sumber informasi terkini, masyarakat Indonesia pernah mengenal seonggok stasiun televisi yang menjadi kiblatnya tren muda-mudi. MTV, sebuah sumber informasi bagi manusia kekinian di era lampau. Mulai dari musik (tentu saja) lokal sampai mancanegara, hingga segala gosip dan prahara rumah tangga artis-artis di seluruh dunia. Mulai dari Vincent dan Desta, hingga modifikasi mobil bersama Pimp My Ride.

Stasiun TV ini mengudara sejak lama, dan saya nikmati dari kecil hingga saya masuk SMP. Sudah barang tentu ia menjadi tontonan yang menyenangkan bagi saya. Selain bisa menonton video klip, saya dan jutaan anak lain yang kala itu hobi main gim balap di PS2, tak mungkin ketinggalan setiap episode dari Pimp My Ride. Namun, selain dua itu, ada satu acara lagi yang sering bikin jiwa banyak orang terguncang. Ialah MTV Cribs.

Jauh sebelum frasa “jiwa misquenku bergejolak” beken, jauh sebelum sebutan “crazy rich” umum kita dengar, acara ini sudah hadir untuk mengoyak-oyak batin banyak orang di seluruh dunia. Mungkin sekarang sudah banyak yang bikin acara mendatangi rumah artis, baik di TV maupun YouTube. Nah, MTV Cribs inilah biangnya, sumbernya, dan pondasinya.

Meskipun ada di MTV, acara ini tak hanya menampilkan tokoh musisi saja. Mulai dari pemain film, model, atlet, politikus, miliarder, pokoknya orang-orang yang cenderung kaya dan terkenal. Memang sesekali ada episode soal rumah tokoh publik yang sederhana, tapi itu peristiwa yang jarang sekali terjadi, layaknya komet Halley yang jatuh ke Bumi, atau fans MU nggak di-bully.

Konsep acara ini sebetulnya sederhana saja. Ya, hanya meliput keadaan tempat tinggal seseorang. Tapi, ada dua hal yang menjadi perhatian utama selain rumah dan segala isinya. Yang paling ketara adalah kendaraan yang mereka miliki, dan isi kulkas mereka. Selain itu, efek slo-mo dan musik yang digunakan juga sangat khas, ikonik banget.

Terkadang, ada rumah yang saking mewahnya, sulit bagi kita untuk mencerna dari mana duitnya. Rumah yang sebuah sofanya saja seharga mobil mewah. Tak jarang tempat buang air mereka dihiasi emas. Apalagi mobilnya, niscaya tak ada Avanza bertengger di garasi mereka. Kalau mobil sudah dianggap biasa, saya pernah melihat episode di mana yang punya rumah koleksi pesawat terbang dan helikopter.

Yang kadang lebih mencengangkan lagi adalah rumah milik orang yang bukan artis, terkenal pun tidak, tapi mewahnya minta ampun. Ada anak kecil yang tiap ruang di rumahnya full sarana hiburan. Mulai dari konsol gim, hingga segala macam mainan seru. Ada juga orang yang saking kayanya, punya kolam renang di dalam kamar tidurnya. Untuk anak yang bisanya pergi berenang ke kolam umum, tentu saja terkagum-kagum. Bahkan, tak perlu menengok rumahnya, melihat isi kulkas mereka saja sudah bikin pusing. Kita yang melihat orang sarapan dengan sereal dan susu saja sudah terpukau, apalagi melihat kulkas yang harganya lebih mahal dari motor matic baru.

Sayang, di masa itu banyak yang menganggap acara ini pamer belaka, tak mendidik, dan lain sebagainya. Padahal bagi orang Indonesia, acara ini sudah semestinya dianggap berjasa. Segala sesuatu perlu penyeimbang, yin dan yang. Jika MTV Cribs dianggap acara yang buruk dan menggambarkan sifat riya, sudah pasti acara-acara stasiun TV Indonesia adalah contoh dari acara yang berbudi pekerti luhur. Daripada bikin liputan rumah mewah, kita lebih senang bikin acara memperbaiki rumah orang, ngasih duit dan disuruh lari-lari, hingga meliput rumah dan mengajak sebuah keluarga prasejahtera liburan lalu dikasih uang.

Karena itulah, kita sudah seharusnya bersyukur hidup di negara ini. Negara yang acara stasiun TV-nya saja sudah menggambarkan kedermawanan dan kebaikan. Tak seperti MTV Cribs yang tercela itu. Soal tuduhan mengeksploitasi kemiskinan (poverty porn), kita bisa saja menuduh begitu. Tapi, mereka yang bikin bisa saja ngomong niatnya membantu. Pasalnya, yang bisa menilai isi hati dan niatan seseorang itu hanya Tuhan semata, tak baik suuzan. Karena eksploitasi itu hanya cara pandang yang berbeda, sementara rating dan sponsor itu segala-galanya. Bahkan sering kali lebih penting dari akal dan hati nurani.

Atau, kita bisa pakai sudut pandang ini: MTV Cribs bikin kita bersyukur sebab bikin kita dijauhkan dari sifat-sifat pamer. Di negara yang sepertinya tidak peduli warganya bisa punya rumah atau tidak, pamer isi rumah itu nggak boleh dilakukan. Boro-boro pamer, nggak digusur aja sudah bagus. Betul apa betul?

Penulis: Bayu Kharisma Putra
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA 3 Rekomendasi Tempat Makan di Bantul yang Buka Dini Hari

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.
Exit mobile version