Motor Honda Revo salah satu motor bebek yang mampu bertahan sampai hari ini. Meski telah digempur motor matik macam Fazzio dan Scoopy, bebek yang satu itu nggak goyah juga.
Saya merupakan salah pengguna motor Honda Revo. Tepatnya Revo keluaran 2014. Meski kuda besi ini sudah cukup berumur, saya tetap sayang. Sebab, saya membeli motor ini secara tunai setelah menabung dalam waktu yang tidak sebentar.
Meski sayang, tapi saya tetap sedih dengan aneka stigma yang melekat kepada motor Honda Revo. Aneka stigma itu saya anggap sebagai simbol ngenes bagi pengguna motor buatan Jepang tersebut. Apa saja aneka stigma yang melekat padanya? Simak penjelasan berikut.
Naik motor Honda Revo selalu dikira pegawai koperasi
Motor Honda Revo memang sangat identik dengan profesi pegawai koperasi. Mungkin karena keiritan bahan bakarnya yang membuat banyak pegawai koperasi menggunakan motor ini. Oleh sebab itu, biaya bensin pegawai koperasi yang kerjaannya keliling menemui nasabah bisa ditekan. Stigma pengguna Revo adalah pegawai koperasi ini sangat lekat di kepala banyak orang. Hampir setara dengan stigma Pajero dengan pengemudi arogan.
Buktinya, berdasarkan pengalaman saya sendiri. Bukan sekali atau dua saya dikira pegawai koperasi. Telah puluhan kali saya dikira pegawai koperasi. Padahal profesi saya itu abdi negara. Biasanya saya dikira pegawai koperasi saat tidak menggunakan seragam khaki.
Baca halaman selanjutnya: Kadang disangka kurir…