Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Otomotif

Saya Bersyukur Menjadi Pengguna Motor Honda CB150R Old setelah Melihat Generasi Penerusnya Makin Ampas

Dimas Junian Fadillah oleh Dimas Junian Fadillah
20 Mei 2025
A A
Saya Bersyukur Menjadi Pengguna Motor Honda CB150R Old setelah Melihat Generasi Penerusnya Makin Ampas Honda CB150X

Saya Bersyukur Menjadi Pengguna Motor Honda CB150R Old setelah Melihat Generasi Penerusnya Makin Ampas (unsplash.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Pertemuan pertama saya dengan CB150R cenderung nggak sengaja dan dipaksa bapak yang saat itu kadung gandrung dengan produk Honda. Tak terelakkan jika kecintaan terhadap produk Honda sudah turun-temurun di keluarga saya, bahkan dari zaman mbah dulu. Padahal sebenarnya semua motor bagi mbah saya ya Honda. Meskipun ada Suzuki, Yamaha, atau Viar sekalipun, beliau pasti menyebutnya Honda.

Awal tahun 2015, saya mendapatkan hadiah berupa motor Honda CBR150R generasi awal yang juga berfungsi sebagai kendaraan utama untuk berangkat sekolah. Jarak rumah saya ke sekolah sekitar 10 kilometer, jadi berjalan kaki atau naik sepeda bukan opsi yang baik. Transportasi umum di Blora pun terbatas, kadang harus menunggu lama dan berisiko sampai rumah saat hari sudah gelap. Jadi kehadiran motor ini sangat membantu kehidupan saya kala itu.

Sampai sekarang saya masih menggunakan motor yang sama. Terhitung sudah 10 tahun saya jadi pengguna setia Honda CB150R lawas ini. Selama itu pula saya makin menyadari keunggulan motor generasi awal ini yang sulit ditemukan pada generasi terbarunya. Di bawah ini saya akan menjelaskan kenapa motor yang dijuluki Streetfire generasi awal ini layak untuk tetap dibanggakan.

Honda CB150R old bermesin tangguh

Satu hal yang bikin saya makin mantap bertahan dengan Honda CB150R generasi awal karena mesinnya yang tangguh. Memang saat pertama kali motor ini muncul di pasaran, banyak pemilik yang sambat soal bunyi “klotok-klotok” dari mesin. Tapi ternyata penyakit serupa juga dialami oleh generasi penerusnya, si All New CB150R. Bedanya, sumber masalahnya tak sama.

Kalau di CB150R old, suara klotok-klotok biasanya berasal dari camshaft holder yang longgar—masalah yang relatif mudah diatasi dan nggak terlalu bikin mesin rewel. Sedangkan di All New CB150R, suara itu muncul akibat tensioner rantai keteng alias kamprat yang kurang kuat. Nah, ini yang jadi PR besar motor generasi baru tersebut, karena selain lebih kompleks, efeknya bisa lebih serius kalau dibiarkan.

Terlebih dari pengalaman saya, justru mesin Honda CB150R old terasa lebih “badak” dibanding penerusnya. Meski usianya sudah 10 tahun, performanya tetap stabil dan tahan banting. Sementara All New CB150R—meski secara usia masih muda dan desainnya lebih segar—malah terlihat cenderung ngempos tak bertenaga.

Body motor autentik

Dari segi tampilan, body Honda CB150R old punya keunikan tersendiri yang bikin ia semakin autentik. Waktu masih SMA, saya sering banget membandingkan bentuk body motor seangkatan CB150R. Salah satu yang sering jadi bahan perbandingan tentu saja si Vixion Lightning keluaran 2015. Bentuk lampunya yang besar dan menonjol membuatnya seperti “kepala lele”—besar lampu hampir sama dengan tangkinya.

Tetapi tentu saja, teman saya selaku pengguna Vixion nggak tinggal diam. Mereka juga punya celah nyinyirin motor saya. Mereka membalas nyinyiran saya dengan menganalogikan lampu depan CB150R itu mirip konde. Iya, konde! Tetapi letaknya bukan di belakang kepala, ini malah nongol di depan motor.

Baca Juga:

Honda Stylo: Rangkanya Dibilang “Bom Waktu”, tapi kok Masih Laris?

Pengendara Motor yang Menyalakan Lampu Hazard dan Kebut-kebutan di Jalan Raya Itu Punya Masalah Apa sih?

Saya sempat nggak terima. Tapi pas saya perhatikan lagi benar juga, sih, bentuk lampu depannya agak bulat dan nongol ke depan. Sedikit wagu memang, tapi masih dalam batas yang bisa termaafkan. Apalagi kalau sudah melihat rangkanya yang pakai model tralis. Buat saya ini yang jadi penyelamat tampilan si CB.

Kerangka tralis memberi kesan macho dan kekar, sesuatu yang bikin CB150R old punya aura laki banget meskipun lampunya agak nyeleneh. Hingga pada akhirnya body autentik ini diwariskan kepada generasi penerusnya dengan berbagai variasi. Tapi tetap nggak bisa menandingi generasi pertamanya karena bentuk tralisnya yang gitu-gitu aja. Nggak ada lagi kejutan, nggak ada lagi keberanian untuk merombak agar tampil beda.

Honda CB150R old lebih nyaman digunakan untuk aktivitas harian

Selanjutnya yang bikin Honda CB150R old tetap menarik adalah bobotnya yang ringan, sekitar 115 kg. Bobot segini bikin motor ini terasa enteng banget buat harian. Mau selap-selip di kemacetan, putar balik di gang sempit, atau dituntun mundur pun masih manusiawi. Buat yang tubuhnya tidak terlalu berotot seperti saya, motor ini terasa bersahabat. Ringan, tapi bukan berarti ringkih.

Sementara itu All New CB150R justru mengalami peningkatan bobot cukup signifikan menjadi 136 kg. Oke lah, bobot itu datang bersama upgrade fitur: ada suspensi upside down, rangka lebih kekar, tampilan makin modern. Tapi buat saya, tambahan 20-an kilo itu bikin motor jadi terasa lebih berat, kurang lincah, dan kehilangan sedikit keluwesan yang dulu jadi ciri khas CB150R lama.

Tentu ada yang ngotot bilang kalau bobot tambahan itu bikin motor lebih stabil di kecepatan tinggi atau lebih mantap di tikungan. Tapi untuk penggunaan harian, terutama buat yang tinggal di daerah kayak saya di Blora yang harus lewat jalan setapak dan rusak, justru versi lama lebih nyaman dan fleksibel. Jadi meskipun versi baru terlihat lebih kekinian, saya pribadi tetap condong ke Honda CB150R old. Lebih ringan, lebih simpel, dan punya karakter yang sulit tergantikan.

Old but gold yang sesungguhnya

Old but gold. Kalimat ini rasanya paling tepat untuk disandang Honda CB150R old. Motor ini mungkin tak lagi muda, tapi tetap punya pesona yang sulit terkalahkan.

Saya bersyukur dulu sempat “dipaksa” bapak untuk menerima motor ini, karena dari paksaan itulah saya menemukan teman perjalanan yang tangguh, setia, dan tak rewel keluar masuk bengkel. Di tengah gempuran motor-motor baru yang tampilannya makin garang tapi jiwanya makin hambar, CB150R old tetap menunjukkan bahwa yang sederhana belum tentu kalah menarik.

Motor ini juga mengajarkan saya bahwa keandalan tak selalu datang dari hal-hal yang baru dan canggih. Terkadang, yang paling bisa diandalkan justru datang dari sesuatu yang sudah teruji oleh waktu. Honda CB150R generasi pertama memang bukan motor yang sempurna, tapi dari kekurangannya tersebut muncul karakter dan keunikan yang bikin saya betah menggunakannya. Ia bukan sekadar alat transportasi, tapi sudah jadi bagian dari cerita hidup.

Jadi kalau hari ini kamu masih ragu dengan motormu yang udah lawas, ingatlah satu hal: yang lama belum tentu usang. Justru di balik tampilannya yang mulai usang, bisa saja tersimpan ketangguhan yang sulit ditandingi motor-motor keluaran baru. Karena, kebanyakan motor baru saat ini justru cuma menang tampang, tapi makin ke sini malah makin ampas.

Penulis: Dimas Junian Fadillah
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Supra X 110: Motor Honda yang Menjadi Saksi Bisu Perjalanan Hidup, dari Gagal SMA hingga Jadi Motor Keluarga.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 21 Mei 2025 oleh

Tags: Honda CB150RMotormotor hondasepeda motor
Dimas Junian Fadillah

Dimas Junian Fadillah

Lulusan S1 Ilmu Politik, tertarik dengan tata kelola & politik lokal.

ArtikelTerkait

5 Cara Kirim Motor Antarkota di Pulau Jawa Beserta Biayanya Terminal Mojok

5 Cara Kirim Motor Antarkota di Pulau Jawa Beserta Biayanya

25 September 2022
bermain hujan-hujanan sepeda motor hujan cuci sungai mojok (1)

Plis Banget nih, Jangan Mencuci Sepeda Motor di Sungai

19 Desember 2020
Alasan Cewek Tetap Pilih Motor Matic padahal Nggak Bisa Engkol Manual

Alasan Cewek Tetap Pilih Motor Matic padahal Nggak Bisa Engkol Manual

21 Juni 2024
Honda Astrea Grand Motor Klasik yang Jadi Buruan Anak Muda (Unsplash)

Awalnya Ikut-ikutan, tapi Lama-kelamaan Saya Jatuh Cinta dengan Honda Astrea Grand

20 Juli 2024
5 Motor Terbaik buat Yang-yangan terminal mojok

5 Rekomendasi Motor Terbaik buat Boncengin Pacar

10 November 2021
pemuda kasmaran spare parts motor jadul lubang jalanan mojok

Beli Spare Parts Imitasi Itu Adalah Pemborosan yang Tertunda

3 November 2020
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Jujur, Saya sebagai Mahasiswa Kaget Lihat Biaya Publikasi Jurnal Bisa Tembus 500 Ribu, Ditanggung Sendiri Lagi

Jujur, Saya sebagai Mahasiswa Kaget Lihat Biaya Publikasi Jurnal Bisa Tembus 500 Ribu, Ditanggung Sendiri Lagi

16 Desember 2025
Motor Honda Win 100, Motor Klasik yang Cocok Digunakan Pemuda Jompo motor honda adv 160 honda supra x 125 honda blade 110

Jika Diibaratkan, Honda Win 100 adalah Anak Kedua Berzodiak Capricorn: Awalnya Diremehkan, tapi Kemudian jadi Andalan

20 Desember 2025
3 Rekomendasi Brand Es Teh Terbaik yang Harus Kamu Coba! (Pixabay)

3 Rekomendasi Brand Es Teh Terbaik yang Harus Kamu Coba!

18 Desember 2025
3 Alasan Kenapa Kampus Tidak Boleh Pelit Memberikan Jatah Absen ke Mahasiswa

3 Alasan Kenapa Kampus Tidak Boleh Pelit Memberikan Jatah Absen ke Mahasiswa

16 Desember 2025
Kalau Mau Menua dengan Tenang Jangan Nekat ke Malang, Menetaplah di Pasuruan!

Kalau Mau Menua dengan Tenang Jangan Nekat ke Malang, Menetaplah di Pasuruan!

15 Desember 2025
Kembaran Bukan Purwokerto, Jangan Disamakan

Kembaran Bukan Purwokerto, Jangan Disamakan

16 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Liburan Nataru di Solo Safari: Ada “Safari Christmas Joy” yang Bakal Manjakan Pengunjung dengan Beragam Sensasi
  • Upaya Merawat Gedung Sarekat Islam Semarang: Saksi Sejarah & Simbol Marwah yang bakal Jadi Ruang Publik
  • Busur Panah Tak Sekadar Alat bagi Atlet Panahan, Ibarat “Suami” bahkan “Nyawa”
  • Pasar Petamburan Jadi Saksi Bisu Perjuangan Saya Jualan Sejak Usia 8 Tahun demi Bertahan Hidup di Jakarta usai Orang Tua Berpisah
  • Dipecat hingga Tertipu Kerja di Jakarta Barat, Dicap Gagal saat Pulang ke Desa tapi Malah bikin Ortu Bahagia
  • Balada Berburu Si Elang Jawa, Predator Udara Terganas dan Terlangka

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.