Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Monumen Rawagede, Saksi Bisu Pembantaian Sadis dalam Puisi Karawang-Bekasi

Reni Soengkunie oleh Reni Soengkunie
20 Januari 2022
A A
Monumen Rawagede, Saksi Bisu Pembantaian Sadis dalam Puisi Karawang-Bekasi

Monumen Rawagede, Saksi Bisu Pembantaian Sadis dalam Puisi Karawang-Bekasi (pixabay.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Setelah tinggal beberapa tahun di Kota Pangkal Perjuangan, Karawang, saya baru menyadari ternyata di sini ada wisata bersejarah yang bernama Monumen Rawagede. Monumen ini terletak di desa Balongsari (dulunya Rawagede), kecamatan Rawamerta, sekitar 30 menit dari pusat kota Karawang. Tempatnya memang agak masuk ke pedesaan dan berada di tengah-tengah pemukiman warga. Kali pertama ke sana rutenya cukup membingungkan dan solusi terakhir ketika Google Maps tidak bisa menolong, bantuan warga sekitar sungguh berguna dalam menemukan tempat bersejarah ini.

Untuk masuk ke monumen kita hanya dikenakan biaya 2500 rupiah saja. Monumen ini berbentuk kerucut dan memiliki dua lantai. Di lantai atas atau ruangan utama kita akan disambut oleh patung seorang perempuan yang tengah memangku dua anak lelakinya yang tergolek tak bernyawa. Di samping bagian atas patung berwarna kuning emas itu terdapat potongan puisi Karawang-Bekasi. Tepat di belakang monumen ini terdapat taman dan ada 183 makam di sana. Di mana di bagian tepi, semua dindingnya terdapat ukiran yang menyiratkan peristiwa Rawagede kala itu.

Mungkin banyak orang yang sudah mengenal puisi Chairil Anwar yang berjudul Karawang-Bekasi, tapi tak banyak orang yang tahu sejarah di balik puisi tersebut. Saya salah satu orang yang tak paham tentang makna puisi ini. Mungkin karena saya mengenal puisi ini dari kacamata guru bahasa Indonesia, sehingga saya hanya belajar bagaimana intonasi pengucapan puisi ini saja. Dalam pelajaran sejarah sendiri, peristiwa ini seperti ter-skip di memori saya. Entah, saat pelajaran sejarah saya ngantuk di kelas atau mungkin guru saya sedang rapat PGRI sehingga terlewati, saya juga tidak paham. Yang pasti cerita tentang peristiwa Rawagede ini justru baru saya tahu setelah lulus dari bangku sekolah. Masa iya sejarah sepenting ini tidak masuk di materi sejarah, kan nggak mungkin juga ya?

Peristiwa Rawagede ini terjadi pada 1947, dua tahun setelah Indonesia merdeka. Meski Indonesia sudah merdeka namun tentara sekutu bersama Belanda belum juga move on dari tanah jajahannya. Mereka masih berharap untuk balikan lagi dan menjalin hubungan toxic agar bisa menguasai Indonesia lagi. Namun, ternyata Indonesia sudah tidak mau diperdaya lagi, sehingga perlawanan untuk mengusir sekutu dan tentara Belanda terus digalakan.

Pada saat itu tentara Belanda tengah mengincar Mayor Jenderal TNI Lukas Kustaryo yang merupakan Komandan Kompi Siliwangi. Lukas dianggap sangat cerdas dalam mengatur strategi hingga melakukan penyerangan berkali-kali terhadap pos Belanda. Hanya saja Lukas sangat licin dalam bergerilya sehingga sulit untuk ditangkap. Tentara Belanda bahkan sampai melakukan sayembara dengan hadiah yang cukup besar untuk kepala Lukas Kustaryo.

Gara-gara mata-mata yang cepu, akhirnya tentara Belanda tahu kalau Lukas Kustaryo berada di Rawagede. Sebelum tentara Belanda datang, warga sekitar sudah terlebih dahulu memberi tahu Lukas untuk segera meninggalkan tempat itu. Ada dua versi yang menyebutkan tentara Belanda datang pada sore hari sebelum maghrib, dan ada yang bilang bahwa tentara Belanda datang di kala subuh. Intinya kala itu ratusan tentara Belanda datang ke desa itu untuk menggeledah semua rumah, lalu mengumpulkan semua lelaki di tanah lapang. Semua orang memilih bungkam dan tak mau menjawab saat ditanya ke mana perginya Lukas Kustaryo. Oleh karena tak mendapatkan jawaban, akhirnya tentara Belanda menembak mati 400-an warga sipil tak berdosa itu.

Pembantaian ini terjadi di desa Rawagede, sebuah desa di Karawang yang berbatasan dengan Bekasi. Mungkin inilah alasan dari Chairil Anwar memilih judul puisi ini. Saya baru mengerti makna tentang “tulang” yang dimaksud dalam puisi itu. Ratusan nyawa melayang dalam waktu sekejap. Terbaring ratusan mayat dari Karawang hingga Bekasi.

“Tulang-tulang” ini seolah mencari arti dari nyawa yang telah mereka korbankan. Mereka memang benar tidak mengangkat senjata untuk melawan penjajah. Mereka hanya diam. Bungkam. Namun, kebungkaman mereka ini memiliki arti yang sangat dalam. Betapa setianya mereka pada bangsa ini, hingga tak mau berkhianat, meski nyawa taruhannya. Mereka diam demi menyelamatkan kemerdekaan bangsanya, yang mana mereka menganggap bahwa Lukas Kustaryo perlu dilindungi demi perjuangan bangsa ini mempertahankan kemerdekaan. Mungkin inilah definisi diam adalah emas yang sesungguhnya.

Baca Juga:

4 Salah Kaprah Jurusan Sejarah yang Terlanjur Melekat dan Dipercaya Banyak Orang

Dari Sekian Banyak Jurusan Pendidikan, Pendidikan Sejarah Adalah Jurusan yang Tidak Terlalu Berguna

Seorang ibu-ibu tua penjual kopi di monumen ini bercerita bahwa dulu semua lelaki di desa ini ditembak tak bersisa, hanya meninggalkan anak-anak yang menjadi yatim dan para perempuan yang menjadi janda. Itulah makna di balik patung perempuan yang merengkuh anak laki-laki di pangkuannya. Tak terbayangkan betapa menyayatnya suara tangisan perempuan kala itu yang menangisi suami, ayah, bahkan anak laki-lakinya yang terbaring tak bernyawa.

Menurut saya monumen ini sangat recommended banget untuk dijadikan tujuan wisata. Mari memberi arti atas perjuangan mereka. Seperti bait terakhir dalam puisi Karawang-Bekasi,

“Kenang, kenanglah kami

Yang tinggal tulang-tulang diliputi debu

Beribu kami terbaring antara Karawang-Bekasi”

Penulis: Reni Soengkunie
Editor: Rizky Prasetya

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 20 Januari 2022 oleh

Tags: chairil anwarmonumen rawagedesejarah
Reni Soengkunie

Reni Soengkunie

Manusia yang suka mainan sama kucing, suka nonton video kucing, dan hobi ngobrol sama kucing. IG/Twitter: @renisoengkunie.

ArtikelTerkait

Sejarah Senggakan: Awalnya Pelengkap, Kini Jadi Menu Utama

Sejarah Senggakan: Awalnya Pelengkap, Kini Jadi Menu Utama

6 April 2022
Kisah Cinta Paling Tragis Bukan Drama Cintamu, Tapi Kisah Kapten Pierre Tendean dan Rukmini Chaimin

Kisah Cinta Paling Tragis Bukan Drama Cintamu, Tapi Kisah Kapten Pierre Tendean dan Rukmini Chaimin

21 November 2019
Pemulangan Prasasti Pucangan: Batu kok Dipulangin, Pentingnya Apa?

Pemulangan Prasasti Pucangan: Batu kok Dipulangin, Pentingnya Apa?

8 November 2022
Sewa Tanah Gratis Buruh Jawa: Sejarah Pabrik Gula di Jogja

Sewa Tanah Gratis Buruh Jawa: Sejarah Pabrik Gula di Jogja

15 Juli 2022
Dominasi Orang Madura dalam Kuliner Surabaya

Dominasi Orang Madura dalam Kuliner Surabaya

11 April 2023
Misteri Belut Putih Raksasa dan Cikurubuk di Waduk Darma Kuningan

Misteri Belut Putih Raksasa dan Cikurubuk di Waduk Darma Kuningan

31 Oktober 2022
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Niat Hati Beli Mobil Honda Civic Genio buat Nostalgia, Malah Berujung Sengsara

Kenangan Civic Genio 1992, Mobil Pertama yang Datang di Waktu Tepat, Pergi di Waktu Sulit

15 Desember 2025
Mojokerto, Opsi Kota Slow Living yang Namanya Belum Sekencang Malang, tapi Ternyata Banyak Titik Nyamannya

Mojokerto, Opsi Kota Slow Living yang Namanya Belum Sekencang Malang, tapi Ternyata Banyak Titik Nyamannya

17 Desember 2025
Bukan Mojokerto, tapi Lumajang yang Layak Menjadi Tempat Slow Living Terbaik di Jawa Timur

Bukan Mojokerto, tapi Lumajang yang Layak Menjadi Tempat Slow Living Terbaik di Jawa Timur

18 Desember 2025
Bangsring Underwater, Surga Wisata Bawah Laut Banyuwangi yang Tercoreng Pungli

Bangsring Underwater, Surga Wisata Bawah Laut Banyuwangi yang Tercoreng Pungli

15 Desember 2025
Pengalaman Naik Bus Eka dari Banjarnegara ke Surabaya: Melihat Langsung Orang Berzikir Saat Pedal Gas Diinjak Lebih Dalam

Pengalaman Naik Bus Eka dari Banjarnegara ke Surabaya: Melihat Langsung Orang Berzikir Saat Pedal Gas Diinjak Lebih Dalam

15 Desember 2025
3 Alasan Kenapa Kampus Tidak Boleh Pelit Memberikan Jatah Absen ke Mahasiswa

3 Alasan Kenapa Kampus Tidak Boleh Pelit Memberikan Jatah Absen ke Mahasiswa

16 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Nyaris Menyerah karena Tremor dan Jantung Lemah, Temukan Semangat Hidup dan Jadi Inspirasi berkat Panahan
  • Kartu Pos Sejak 1890-an Jadi Saksi Sejarah Perjalanan Kota Semarang
  • Ketika Rumah Tak Lagi Ramah dan Orang Tua Hilang “Ditelan Layar HP”, Lahir Generasi Cemas
  • UGM Dorong Kewirausahaan dan Riset Kehalalan Produk, Jadikan Kemandirian sebagai Pilar
  • Liburan Nataru di Solo Safari: Ada “Safari Christmas Joy” yang Bakal Manjakan Pengunjung dengan Beragam Sensasi
  • Upaya Merawat Gedung Sarekat Islam Semarang: Saksi Sejarah & Simbol Marwah yang bakal Jadi Ruang Publik

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.