Dari sekian banyak monumen tidak bermanfaat di Bangkalan Madura, ada satu yang menurut saya sudah tidak bermanfaat, merusak pemandangan pula. Monumen yang berdiri sejak 8 tahun lalu yang saya maksud adalah Monumen Laka Lantas Bangkalan. Lokasinya berada di pertigaan lampu merah Tangkel. Jadi, semua orang dari Suramadu yang ingin ke arah Bangkalan sampai Sumenep atau sebaliknya tentu tahu monumen ini.
Monumen ini dibangun sebagai respons banyaknya kejadian kecelakaan pada tahun 2016 lalu. Nah, dengan adanya monumen ini sebagai pengingat, diharapkan para pengendara yang lewat bisa lebih berhati-hati. Tapi sampai sekarang apakah angka kecelakaan menurun? Jawabannya tidak.
Daftar Isi
Saya bingung, siapa yang mencetuskan ide ini. Sependek itukah solusi untuk menurunkan angka kecelakaan. Ini adalah ide yang tidak masuk akal. Apakah mereka percaya bangunan Monumen Laka Lantas Bangkalan ini bakal dihuni makhluk halus lalu menjaga keamanan para pengendara? Hadeh! Jelas tidak ada hubungan antara monumen kecelakaan dan angka kecelakaan
Kalau kita baca informasi angka kecelakaan di Bangkalan Madura akhir-akhir ini, angkanya tidak jauh berbeda dengan saat awal-awal ide pembangunan Monumen Laka Lantas ini. Pada tahun 2016, mulai Januari-Juni ada 36 korban jiwa akibat kecelakaan lalu lintas. Mari kita bandingkan dengan data kecelakaan 2023. Mulai dari Januari-Agustus 2023, ada 338 kasus kecelakaan, dengan total korban meninggal dunia mencapai 63 orang. Tidak ada perubahan bukan? Ya jelas, secara akal sehat karena memang tidak ada hubungan antara monumen dan naik-turun kecelakaan.
Dikira monumen ini bakal jadi monumen keramat kali, ya.
Cuma merusak pemandangan
Ya, saya katakan monumen ini hanya merusak pemandangan pertigaan Tangkel. Monumen ini lebih mirip seperti monumen mobil rongsok daripada monumen ikonik. Bayangkan, sebuah mobil bekas yang dibuat seolah-olah menabrak motor bekas dijadikan monumen. Mobilnya sudah terlihat berkarat, ban mobilnya pun tidak lengkap.
Saya pribadi menyayangkan monumen ini terus bertahan sampai sekarang. Ketika para pengendara baru tiba di Bangkalan Madura, bukannya disambut monumen atau tugu ikonik, eh malah disambut Monumen Laka Lantas. Seakan-akan kabupaten ini rentan terjadi kecelakaan. Ya maklum saja jadi banyak pendatang yang takut berkunjung ke kabupaten ini.
Lebih baik basmi calo dalam pembuatan SIM
Ketimbang mengandalkan Monumen Laka Lantas Bangkalan untuk menurunkan angka kecelakaan, menurut saya sebaiknya pemerintah fokus pada hal lain yang lebih masuk akal. Misalnya, membasmi para calo dalam pembuatan SIM. Apakah masih ada calo? Tentu.
Kemarin, saya iseng bertanya pada beberapa teman, berapa biaya bikin SIM dan di mana bikinnya. Alih-alih diarahkan ke polres, saya malah disuruh ngechat seorang calo. Katanya cuma 800 ribu sudah langsung jadi. Bahkan yang merekomendasikan bukan hanya satu orang, tapi banyak teman saya yang menawarkan.
Nah, coba bayangkan, gimana nggak marak kecelakaan kalau SIM para pengendaranya saja hasil calo? Artinya, mereka tidak benar-benar lolos tes kemampuan mengemudi. Siapa yang salah? Ya para oknum yang melakukan praktik percaloan.
Maka dari itu, saran saya, daripada bapak/ibu polres Bangkalan pusing mengatur perawatan tugu yang tidak ada bagus-bagusnya ini, lebih baik robohkan saja monumen ini. Jika ada dana lebih, buatlah monumen atau tugu yang lebih ikonik yang benar-benar merepresentasikan Bangkalan Madura. Jangan monumen laka lantas yang tidak serta-merta menurunkan angka kecelakaan ini dan malah merusak pandangan mata.
Penulis: Abdur Rohman
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA 6 Masalah di Bangkalan Madura yang Membuat Rakyat Terus Sengsara.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.