Ada satu hal yang sering bikin orang semangat sekaligus panik ketika ingin punya mobil pertama: pilihan mobil bekas. Dengan modal di bawah 100 juta, pasar mobil bekas di Indonesia seperti warung prasmanan. Ada macam-macam pilihan, dari yang tahun 90-an dengan model retro sampai yang lebih muda dengan fitur lumayan modern. Tapi hati-hati, nggak semua mobil bekas layak dipinang, apalagi kalau kamu masih pemula.
Kalau niatnya ingin belajar berkendara sambil menekan biaya perawatan, salah pilih mobil justru bisa bikin kamu stres tujuh keliling. Indikatornya sederhana: pajaknya kebangetan mahal, spare part langka dan bikin dompet jebol, konsumsi bensin nggak manusiawi, atau bodinya ringkih kayak gelas tipis.
Nah, biar nggak keblondrok, berikut beberapa contoh mobil bekas di bawah 100 juta yang kelihatan keren di iklan, tapi justru bisa jadi batu sandungan buat pemula.
Honda Civic Genio: murah di harga, mahal di perawatan
Honda Genio adalah salah satu sedan jadul yang dulu sempat populer di era 90-an. Bentuknya ramping, desainnya anak muda pada zamannya, dan kalau dilihat sekilas memang menggoda buat yang pengin punya mobil pertama dengan gaya ala-ala JDM. Tapi masalahnya ada di balik kap mesin.
Spare part Genio sekarang bisa dibilang makin susah. Kalau pun ada, harganya nggak lagi bersahabat. Pemula biasanya mikir, “Ah, kan mobil tua, perbaikan juga gampang.” Sayangnya, untuk Genio, cari onderdil orisinal itu bisa kayak main treasure hunt. Belum lagi kalau ketemu masalah di sektor kelistrikan atau transmisi, biaya bengkelnya bisa bikin kamu nyesek. SERIUS.
Jadi, meski harga bekas Genio bisa didapat di kisaran 50–70 jutaan, jangan kaget kalau perawatan bulanannya malah bikin kantong bocor. Bukan bocor alus lho ya.
Honda Civic FD: mobil bekas dengan pajak mencekik, konsumsi bahan bakar bikin nangis
Saya sangat setuju Honda Civic FD desainnya keren banget. Dan sudah dipahami banyak orang bahwa Civic FD adalah salah satu sedan legendaris yang tampilannya sporty banget. Banyak anak muda jatuh cinta sama desainnya yang agresif, bahkan sampai sekarang pun mobil ini masih keliatan keren di jalanan.
Namun yang jadi masalah, kalau kamu pemula yang pengen mobil bekas hemat dan santai, Civic FD jelas bukan pilihan tepat.
Pertama, pajaknya nggak bisa diajak main-main. Walaupun harga bekasnya sekarang bisa masuk ke angka 90–100 juta, nilai pajaknya tetap merujuk pada status mobil ini yang dulu masuk kelas menengah ke atas. Hasilnya, kamu bisa kena pajak tahunan jutaan rupiah yang bisa beli motor seken, atau buat sebagian orang sama saja kayak bayar cicilan motor baru.
Kedua, konsumsi bensinnya. Civic FD terkenal boros bukan agak lagi, apalagi kalau dipakai di dalam kota terus macet. Alih-alih bikin gaya, mobil ini bisa bikin kamu sering mampir ke SPBU sambil meratapi dompet.
Chevrolet Optra dan “sepupunya”: murah di pasar, mahal di bengkel
Kalau kamu buka situs jual beli mobil bekas, sering banget terlihat Chevrolet Optra atau Aveo dengan harga sangat menggoda. Ada yang berani jual di bawah 60 juta. Sekilas, ini jelas tampak kayak jackpot.
Tapi masalah besar ada di spare part. Chevrolet, apalagi model lama, punya reputasi sebagai mobil yang perawatannya ribet di Indonesia. Suku cadangnya sulit dicari, dan kalaupun ada, harganya relatif lebih tinggi dibanding mobil Jepang. Banyak pemilik yang akhirnya terjebak dengan mobil murah, tapi tiap masuk bengkel rasanya seperti bayar “uang kuliah” tambahan.
Buat pemula yang niatnya cuma pengen mobil buat ke kantor atau jalan-jalan sore, mengambil Chevrolet selaiknya jebakan batman.
Peugeot 206: mobil bekas Eropa murah yang bikin pusing
Mobil Eropa sering bikin orang silau karena desainnya elegan dan fitur yang (pada masanya) mewah. Peugeot 206 salah satu contohnya. Mobil ini kadang bisa kamu temui di bawah 70 juta, bahkan ada yang lebih rendah.
Tapi jangan terkecoh. Sama seperti Chevrolet, problem Peugeot ada di spare part dan sistem kelistrikan yang terkenal rumit. Nggak semua bengkel umum bisa menangani mobil ini. Kalau ketemu bengkel spesialis, tarif jasanya sering lebih mahal.
Buat pemula, punya Peugeot 206 bisa terasa keren seminggu pertama. Minggu berikutnya mungkin mulai mikir, “Kok AC suka mati sendiri ya? Kenapa indikator lampu nggak jelas?” Lama-lama, bukannya menikmati mobil, malah jadi belajar sabar tiap bulan.
Hyundai Trajet: mobil bekas dengan kabin lega, tapi dompet merana
Buat yang pengin mobil keluarga dengan kabin luas, Hyundai Trajet kadang jadi pilihan karena harganya terjangkau, ada yang di kisaran 60–80 jutaan. Di atas kertas, mobil ini tampak ideal: muat banyak, nyaman, dan bertenaga.
Sayangnya, kelemahannya juga nggak main-main. Konsumsi bahan bakarnya terkenal boros. Mesin 2000cc memang enak buat jalan tol, tapi di dalam kota, bensin bisa ludes lebih cepat dari gaji harian. Spare part-nya juga nggak sepopuler mobil Jepang, sehingga perbaikan sering bikin kepala cenat-cenut.
Pemula yang niatnya irit malah bisa tekor kalau jatuh hati pada Trajet.
Mercedes-Benz Tua: gengsi dapat, pusing juga dapat
Siapa sih yang nggak pengin punya Mercy? Dengan 80–100 juta, kadang kamu bisa dapetin seri tua, entah itu C-Class atau E-Class jadul. Rasanya kayak punya status sosial naik dua level.
Tapi pemula harus sadar: Mercy tua itu bukan sekadar kendaraan, tapi komitmen. Pajaknya mahal, perawatan ekstra, dan kalau ada kerusakan kecil saja, biayanya bisa bikin kaget, ada yang jantungan juga yang saya pernah dengar. Banyak pemula yang akhirnya jual rugi karena nggak kuat dengan ongkos rawatnya.
Mobil ini saya rasa cocok buat kolektor atau orang yang memang paham mainan mobil Eropa. Kalau cuma pengen belajar nyetir atau sekadar gaya di komplek, sebaiknya pikir ulang.
Jangan silau sama harga murah
Pasar mobil bekas di bawah 100 juta memang menggoda. Tapi pemula harus pintar-pintar seleksi, jangan cuma lihat bodi mulus atau harga miring. Ingat empat indikator tadi: pajak, spare part, konsumsi bahan bakar, dan daya tahan. Kalau salah pilih, mobil bukannya jadi teman perjalanan, malah jadi sumber stres baru.
Daripada nekat beli mobil yang tiap bulan bikin dompet ngos-ngosan, lebih baik pilih mobil Jepang yang terbukti bandel, spare part berlimpah, dan pajak masih ramah di kantong. Kadang, mobil sederhana kayak Toyota Soluna, Honda City i-DSI, atau Suzuki Baleno lama justru jauh lebih bersahabat buat pemula.
Pada akhirnya, mobil pertama itu seharusnya jadi jembatan menuju pengalaman baru, bukan beban yang bikin kamu kapok punya mobil lagi kan?
Penulis: Budi
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA 9 Rekomendasi Mobil Bekas di Bawah 100 Juta Terbaik untuk Pemula Berkantong Cekak
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.




















