Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Gaya Hidup

Mitos Pendakian Gunung yang Masih Dipercaya hingga Saat Ini dan Berhasil Saya Patahkan

Taufik oleh Taufik
30 Desember 2023
A A
Mitos Pendakian Gunung yang Masih Dipercaya hingga Saat Ini dan Berhasil Saya Patahkan

Mitos Pendakian Gunung yang Masih Dipercaya hingga Saat Ini dan Berhasil Saya Patahkan (Unsplash.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Saya masih ingat tulisan pertama saya tentang pendakian gunung di Terminal Mojok berjudul Menjadi Pendaki Gunung Itu Tidak Harus Menjadi Indie. Tulisan tersebut kemudian melahirkan tulisan bertema pendakian gunung selanjutnya berjudul Setan di Gunung: Fakta atau Mitos. Selanjutnya, tulisan-tulisan tentang pendakian gunung mulai menjamur di Terminal Mojok. Mulai dari tulisan soal pengalaman mendaki gunung, mitos-mitos di gunung, sampai dengan hal-hal remeh macam film yang harus ditonton sebelum melakukan pendakian gunung.

Sebagai orang yang bisa dibilang cukup sering mendaki gunung, tulisan-tulisan tentang pendakian yang tayang di Terminal Mojok menurut saya banyak sekali yang tidak menggambarkan kondisi pendakian. Banyak hal ditulis berdasarkan katanya, bukan berdasarkan nyatanya. Selain itu, beberapa tulisan menurut saya cukup bias. Soal kalimat paling sering saya dengar, gunung untuk pendaki pemula misalnya, ini bias banget. Bagaimana bisa dikatakan gunung untuk pendaki pemula? Apa indikatornya?

Yang lebih menjengkelkan adalah tulisan-tulisan pendakian yang ngomongin soal horor. Sekali baca judulnya saja kadang saya sudah tidak mau melanjutkan membaca. Tulisan mengenai horor di gunung bagi saya seperti membaca tulisan dari seseorang yang sedang ngehalu. Penuh mitos, mengarang bebas, dan tidak penting untuk dibaca! Nah, berangkat dari keresahan itu, saya telah merangkum beberapa mitos pendakian gunung yang masih dilestarikan hingga saat ini dan berhasil saya patahkan.

Setiap gunung ada penunggunya

Sejak pertama kali melakukan pendakian pada tahun 2009 lalu ke Gunung Argopuro, saya sudah mendengar banyak hal mengenai mitos yang satu ini. Sorry to say, sejak awal saya sudah harus mengategorikan informasi ini sebagai mitos.

Begini, penunggu dalam perspektif orang Indonesia pada umumnya mengacu pada makhluk halus yang mendiami suatu tempat. Istilahnya akamsinya gitu, ya. Bedanya, akamsi gunung satu ini tak kasat mata. Pertanyaannya adalah kok bisa pendaki gunung tahu bahwa di gunung sana ada penunggunya padahal makhluk yang dimaksud itu tidak kasat mata atau lebih simpelnya tidak kelihatan?

Nah, biasanya orang yang percaya akan menjawab begini, “Itu kan orang sekitar yang bilang,” atau bilang begini, “Kata si anu yang anak indigo, dia bisa lihat makhluk halus dan sejenisnya!” Nah, yang lucu dari mitos pendakian gunung satu ini kebanyakan berasal dari hal yang kadang dibikin agar para pendaki tidak melakukan hal yang justru berbahaya bagi dirinya saat mendaki.

Saya jadi ingat salah satu penampilan stand up comedy dari Dzawin Nur. Katanya, mitos ini diciptakan oleh masyarakat sekitar atau pengelola justru agar para pendaki bisa menghormati nilai-nilai lokal di daerah gunung berada.

Tidak boleh mengumpat atau berkata kotor di gunung

Ada jenis larangan di beberapa gunung yang saya rasa cukup konyol. Ya, larangan untuk mengumpat atau berkata kotor. Banyak bala yang akan ditemui pendaki jika melanggar larangan ini, salah satunya hilang atau disesatkan penunggu gunung tersebut.

Baca Juga:

Dear Maba, Jangan Gabung UKM Mapala kalau Alasannya Cuma Pengin Naik Gunung Aja

Pacaran di Kebun Raya Bogor Bikin Putus? Halah, Omong Kosong!

Larangan ini saya nobatkan sebagai salah satu mitos paling banyak dipercayai oleh para pendaki hingga saat ini. Tidak hanya pendaki, orang-orang awam yang juga mendengar mitos ini dari orang lain juga ikutan percaya. Kok bisa, sih?

Sejujurnya, saya adalah manusia yang tidak suka mengumpat. Akan tetapi karena adanya mitos ini dengan sukarela saya naik ke beberapa gunung yang kental akan larangan mengumpat atau berkata kotor tersebut. Tentu saja hal ini saya lakukan untuk membuktikan mitos yang beredar itu. Hasilnya? Hari ini saya masih bisa menulis tentang mitos tersebut. 

Gunung untuk pendaki pemula

Kita mungkin pernah mendengar kalimat, “Gunung untuk pendaki pemula…” dari para pendaki yang sudah sering naik gunung. Terkesan ada strata dan klasifikasi, ya? Pendaki pemula, pendaki profesional, dan jenis pendaki lainnya.

Bagi saya, ini mitos paling konyol yang dipercaya orang awam soal pendakian gunung. Menurut saya, tidak pernah ada gunung untuk pendaki pemula. Semua gunung adalah untuk pemula jika ia baru pertama kali atau kedua kalinya mendaki gunung tersebut.

Pendakian pertama dan kedua ke semua gunung untuk siapa saja selalu adalah pendakian untuk pemula. Kita baru akan tahu jalur gunungnya seperti apa, bisa ditempuh berapa jam, dan segala hal lainnya setelah melakukan minimal sekali pendakian. Dan ini seharusnya yang dipegang teguh oleh para pendaki yang mendaku diri pendaki sepuh itu.

Lagi-lagi saya tegaskan bahwa label pendaki pemula saja ini sudah bias, ditambah lagi dengan “gunung untuk pendaki pemula” tadi, jadi semakin tidak terkontrol. Selain itu, indikator dari “gunung untuk pendaki pemula” ini juga tidak jelas. Apakah jalurnya, lama pendakiannya, ketinggian gunungnya, atau apa? Kan tidak jelas.

Seandainya pun ada yang bilang “gunung untuk pendaki pemula” berdasarkan ketinggiannya, banyak bukti mengatakan ini juga tidak benar. Ada yang bisa menggapai puncak gunung di ketinggian 3000 mdpl dalam pendakian pertamanya, seperti saya misalnya. Namun, banyak juga pendaki yang di pendakian pertamanya malah tidak bisa sampai puncak sekadar gunung dengan tinggi tak sampai 2000 mdpl.

Mendaki gunung dengan jumlah orang ganjil akan diganggu setan

Sehari sebelum mendaki Gunung Slamet pada Juni 2021 lalu, saya mendapatkan nasihat dari seorang teman kos mengenai bahaya mendaki dalam jumlah ganjil ini. Dia tahu bahwa saya akan mendaki gunung bersama 2 orang teman. Walaupun tidak sampai geger, keyakinan teman kos saya ini seperti orang yang sudah sering naik gunung. Padahal mitos pendakian gunung ini juga dia dengarkan dari orang lain. Dia sendiri bukan orang yang suka mendaki gunung.

Tiga hari setelah kejadian nasihat konyol itu saya pulang dari pendakian dengan membawa badan utuh tanpa cela, walau badan tentu saja pegal-pegal. Saya menyapa teman kos dan dia hanya tersenyum sinis. Saya pikir dia sudah tahu maksud sapaan saya itu.

Menurut saya, mendaki gunung dalam jumlah ganjil itu tidak masalah. Yang masalah adalah mendaki gunung tapi persiapannya yang justru ganjil. Itu yang bisa jadi masalah. Masalah besar malahan!!!

Penulis: Taufik
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA 3 Mitos Gunung Arjuno yang Saya Patahkan Saat Pendakian.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 30 Desember 2023 oleh

Tags: dunia pendakiangunungmelawan mitosMitosnaik gunungpendakianpendakian horor
Taufik

Taufik

Ide adalah ledakan!

ArtikelTerkait

3 Jalan di Kabupaten Banyuwangi yang Bikin Merinding jika Dilewati Sendirian di Malam Hari

3 Jalan di Kabupaten Banyuwangi yang Bikin Merinding jika Dilewati Sendirian di Malam Hari

20 Oktober 2023
Membuang Limbah Popok Bayi ke Sungai karena Alasan Mitos Itu Nggak Masuk Akal, Malah Kualat sama Alam

Membuang Limbah Popok Bayi ke Sungai karena Alasan Mitos Itu Nggak Masuk Akal, Malah Kualat sama Alam

12 September 2023
3 Mitos Terkait Beras di Tegal yang Tidak Ada di Daerah Lain

3 Mitos Terkait Beras di Tegal yang Tidak Ada di Daerah Lain

31 Juli 2024
pecinta alam

Menjadi Pecinta Alam Tanpa Naik Turun Gunung

3 September 2019
Dear Maba, Jangan Gabung UKM Mapala kalau Alasannya Cuma Pengin Naik Gunung Aja

Dear Maba, Jangan Gabung UKM Mapala kalau Alasannya Cuma Pengin Naik Gunung Aja

23 Agustus 2025

3 Fakta Soal Jirisan di Kehidupan Nyata

18 November 2021
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Keluh Kesah Alumni Program Akselerasi 2 tahun di SMA, Kini Ngenes di Perkuliahan

Keluh Kesah Alumni Program Akselerasi 2 tahun di SMA, Kini Ngenes di Perkuliahan

18 Desember 2025
Drama Puskesmas yang Membuat Pasien Curiga dan Trauma (Unsplash)

Pengalaman Saya Melihat Langsung Pasien yang Malah Curiga dan Trauma ketika Berobat ke Puskesmas

14 Desember 2025
Niat Hati Beli Mobil Honda Civic Genio buat Nostalgia, Malah Berujung Sengsara

Kenangan Civic Genio 1992, Mobil Pertama yang Datang di Waktu Tepat, Pergi di Waktu Sulit

15 Desember 2025
3 Alasan Kenapa Kampus Tidak Boleh Pelit Memberikan Jatah Absen ke Mahasiswa

3 Alasan Kenapa Kampus Tidak Boleh Pelit Memberikan Jatah Absen ke Mahasiswa

16 Desember 2025
Dosen Bukan Dewa, tapi Cuma di Indonesia Mereka Disembah

4 Hal yang Perlu Kalian Ketahui Sebelum Bercita-cita Menjadi Dosen (dan Menyesal)

17 Desember 2025
Pengalaman Naik Bus Eka dari Banjarnegara ke Surabaya: Melihat Langsung Orang Berzikir Saat Pedal Gas Diinjak Lebih Dalam

Pengalaman Naik Bus Eka dari Banjarnegara ke Surabaya: Melihat Langsung Orang Berzikir Saat Pedal Gas Diinjak Lebih Dalam

15 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Kartu Pos Sejak 1890-an Jadi Saksi Sejarah Perjalanan Kota Semarang
  • Ketika Rumah Tak Lagi Ramah dan Orang Tua Hilang “Ditelan Layar HP”, Lahir Generasi Cemas
  • UGM Dorong Kewirausahaan dan Riset Kehalalan Produk, Jadikan Kemandirian sebagai Pilar
  • Liburan Nataru di Solo Safari: Ada “Safari Christmas Joy” yang Bakal Manjakan Pengunjung dengan Beragam Sensasi
  • Upaya Merawat Gedung Sarekat Islam Semarang: Saksi Sejarah & Simbol Marwah yang bakal Jadi Ruang Publik
  • Busur Panah Tak Sekadar Alat bagi Atlet Panahan, Ibarat “Suami” bahkan “Nyawa”

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.