Saya Kecewa dengan Mie Ayam yang Dijual di Warung Bakso dan Mie Ayam 

Saya Kecewa dengan Mie Ayam yang  Dijual di Warung Bakso dan Mie Ayam  Mojok.co

Saya Kecewa dengan Mie Ayam yang  Dijual di Warung Bakso dan Mie Ayam  (unsplash.com)

Saya sangat suka mie ayam sehingga jadi agak pemilih saat menyantapnya. Setelah banyak pengalaman panjang mencicipi mi ayam di berbagai warung, saya punya satu kesimpulan. Beberapa warung nyatanya tidak menjual mi ayam sesuai dengan bare mininum mie ayam yang saya yakini. Dan, kebanyakan mi ayam itu dijual di warung yang menjual bakso dan mie ayam. Pengalaman saya selalu sama, berakhir dengan kekecewaan. 

Sebelum tulisan ini menjadi “bola liar” karena saya yakin di luar sana banyak sekali penggemar makanan yang satu ini, saya ingin menekankan satu hal. Warung-warung yang jual bakso dan mie ayam yang saya maksud, tentu setelah penyelidikan panjang, adalah penjual yang awalnya hanya jualan bakso saja. Selang beberapa  tahun, warung-warung tersebut kemudian menambahkan menu dengan jualan mi ayam. 

#1 Mi ayam tidak dicampur dengan bumbu kecap asin adalah kesalahan besar

Bagi saya, salah satu hal penting dari mi ayam adalah prosesnya pembuatannya. Mi yang sudah direbus, seharusnya dicampur terlebih dahulu di dalam mangkuk dengan beberapa bumbu seperti kecap asin, minyak ayam/bawang, dan bumbu-bumbu lain. Jangan langsung langsung disajikan dan diberi toping ayam.

Mungkin kalian tidak percaya dengan yang saya ceritakan ini. Namun, pengalaman makan mie ayam tanpa dicampur bumbu ini benar-benar pernah terjadi pada saya. Bisa ditebak rasa makanannya, hambar. Dan, pengalaman makanan mi ayam hambar ini selalu terjadi di warung penjual bakso dan mie ayam. 

#2 Kurang lengkap dari sisi varian dan makanan sampingan

Biasanya, di warung penjual bakso dan mie  ayam, pilihan menu yang disajikan kurang beragam. Paling sering ditemukan adalah mi ayam bakso, mentok-mentok mi ayam ceker. Ini sangat berbeda dengan warung mie ayam yang variasi menunya bisa banyak sekali. Mulai dari bakso, ceker, kepala ayam, hingga ada sate-sate seperti usus dan telur puyuh

Perbedaan lain yang saya cermati adalah keberadaan acar. Di warung bakso dan mie ayam jarang ditemukan acar. Padahal keberadaan acar ini benar-benar bisa memperkaya rasa makanan. Mi ayam bisa makin “nendang”. 

Rasa mi bisa semakin nikmat kalau tersedia saus yang sesuai. Asal tahu saja, berdasar pengalaman dan pengamatan saya, saus yang melengkapi mi ayam itu beda dengan bakso. Kalau di bakso, sausnya berwarna merah terang. Sedangkan mi ayam biasanya menggunakan saus yang warnanya agak jingga. Keduanya berbeda dari segi warna dan rasa. Sayangnya di warung semacam ini biasanya tidak tersedia saus berwarna jingga itu. 

Baca halaman selanjutnya: #3 Pakai mi kuning biasa …

#3 Pakai mi kuning biasa, bukan mi basah

Saya masih bisa memaklumi penjual mi ayam yang tidak mencampur bumbu dengan tepat dan variannya kurang lengkap. Namun, untuk hal yang satu ini tidak bisa ditawar lagi. Saya tidak bisa mentoleransi penjual mi ayam yang menggunakan mi kuning, seharusnya mi basah!

Asal tahu saja, kenikmatan mi ayam selain dari toping ayamnya adalah dari mi basah yang dipakai. Kalau niatnya hanya bikin di rumah dan buat dikonsumsi keluarga sih, saya nggak masalah. Tapi kalau niatnya jualan mi ayam, bagi saya itu adalah kesalahan fatal. 

Saya pernah membeli mi ayam di warung bakso dan mie ayam. Setelah menunggu dengan rasa lapar, saya justru disajikan mi ayam yang pakai mi kuning biasa. Seketika rasa lapar saya menghilang diganti kejengkelan.

Apalagi saat saya sadar kalau mi tersebut sebelumnya nggak dicampur dengan kecap asin dan minyak ayam, lalu di mejanya nggak ada saos jingga khusus mi ayam. Seketika selera makan saya menghilang. Bagi saya, penjualnya sama sekali nggak niat buat jualan mi ayam dan hanya suka jualan bakso saja.

#4 Mie ayam bukan produk utama sehingga sering kosong

Baru-baru ini, di sebelah tempat saya kerja dibuka warung bakso dan mie ayam. Saya sebenarnya tidak begitu tertarik karena trauma dengan pengalaman jajan di tempat semacam ini. Namun, teman saya keukeuh ingin makan di sana. 

Hasilnya? Dua kali berkunjung, dua kali juga kami kena zonk. Menu mi ayam memang ada di buku menu, namun hampir nggak pernah tersedia stoknya. Bukan karena kami kehabisan, tapi warung tersebut memang nggak pernah bikin. Foto mi ayam dalam menunya benar-benar memberi harapan palsu bagi pengunjung. 

Di atas adalah beberapa pengalaman buruk saya jajan mi ayam di warung yang tidak khusus jual mi ayam saja. Sekali lagi, itu penilaian berdasar pengalaman pribadi saya saja ya. Bukan berarti seluruh penjual bakso dan mie ayam seperti di atas. Bisa jadi, saya sedang benar-benar zonk sehingga dapat warung yang penjualnya kurang cakap. 

Penulis: Siti Halwah
Editor: Kenia Intan

BACA JUGA Menemukan Alasan untuk Tetap Hidup dalam Seporsi Mie Ayam Sebelum Mati Karya Brian Khrisna

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version