Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Kuliner

Tolong, Penjual Mie Ayam di Jogja, Mie Ayam Wonogiri Itu Seharusnya Nggak Manis, kalau Manis, Hilangkan Embel-embel Wonogiri!

Shila Nurita oleh Shila Nurita
22 April 2025
A A
Saya Yakin Nggak Akan Ada Razia Mi Ayam Wonogiri, sebab Kami Cinta Damai dan Memilih Fokus Mengejar Rezeki kabupaten wonogiri mie ayam wonogiri

Saya Yakin Nggak Akan Ada Razia Mi Ayam Wonogiri, sebab Kami Cinta Damai dan Memilih Fokus Mengejar Rezeki (Shutterstock.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Saya nggak minta banyak dalam hidup ini. Nggak juga minta diskon 100% di e-commerce setiap tanggal cantik, atau berharap jalanan Jogja bebas macet saat musim liburan. Sebagai orang yang selalu menjawab mie Ayam ketika ditanya makanan favorit, saya cuma ingin makan semangkuk mie ayam Wonogiri yang beneran gurih. Yang kuahnya kental, kaldunya kuat, dan topping ayamnya wangi. Bukan yang membuat saya mengernyit heran sambil mempertanyakan ini mie ayam atau kolak.

Tapi tampaknya, Jogja punya cita rasa dan filosofi sendiri soal bagaimana mie ayam seharusnya disajikan. Sebuah kota dengan satu rasa, rasa manis. Di Jogja, semua harus bisa diterima oleh lidah mayoritas. Dan entah kenapa, konsep mie ayam Wonogiri pun harus mengalami proses adaptasi rasa yang kalau dilukiskan secara jujur mungkin lebih mirip proses asimilasi paksa. Karena yang tersisa cuma spanduknya, bukan jiwanya.

Sebagai seseorang yang pernah mencicipi mie ayam langsung di Wonogiri, saya merasa cukup kredibel untuk mengeluh karena saya sudah perbah cicipi dari yang pakai gerobak sederhana yang terparkir di gang sempit, hingga kios kecil di dalam pasar tradisional. Dan satu benang merah yang menyatukan semuanya adalah rasa gurihnya yang dominan.

Kaldu ayamnya terasa pekat, ada sentuhan merica dan bawang putih, dan sesekali aroma minyak wijen menyapa samar tapi menggoda. Tidak ada yang mencoba menjerumuskan lidah saya ke dalam lautan rasa manis.

Ini beneran mie ayam Wonogiri?

Makanya, ketika saya duduk di sebuah warung mie ayam berlabel Asli Wonogiri di Jogja lebih tepatnya di dekat tempat tinggal saya daerah Jakal KM13, saya membawa ekspektasi tinggi. Spanduknya besar, gambar ayam jagonya gagah, fontnya pakai kapital semua seolah sedang meneriakkan semangat nasionalisme mie ayam dan saya pun otomatis ikut semangat.

Saya pesan satu mangkok mie ayam dengan ceker. Kuahnya terlihat menjanjikan, kuning bening dengan aroma rempah samar. Tapi begitu suapan pertama masuk ke mulut, saya langsung bungkam. Bukan karena terharu, tapi karena lidah saya merasa diserang rasa manis tanpa adanya peringatan. Bagaimana bisa aromanya dikhianati oleh rasanya.

Ini bukan mie ayam Wonogiri

Saya diam. Menatap mangkok dengan tatapan bingung. Berharap ini hanya kesalahan teknis. Tapi suapan kedua mengonfirmasi semuanya, ini mie ayam rasa Jogja, bukan rasa Wonogiri. Cekernya? Sama saja. Gigitan pertama langsung mengingatkan saya pada kuah semur tahu. Saya sempat cek ulang spanduk di depan warung, memastikan apakah saya salah baca. Tapi tidak. Tulisan asli Wonogirinya masih terpampang dengan jelas di atas sana, walau rasanya sama sekali tak mendekati.

Saya sadar bahwa Jogja memang dikenal sebagai kota dengan cita rasa manis. Dari gudegnya terutama sebagai salah satu makanan khas dan legend. Saya bisa menerima bahkan menikmatinya. Tapi ketika mie ayam pun harus ikut tunduk pada diktator rasa manis, saya merasa ada yang tidak beres. Apakah setelah ini soto Kudus bakal dikasih gula aren? Atau rawon disajikan dengan topping kolang-kaling?

Baca Juga:

Panduan Bertahan Hidup Warga Lokal Jogja agar Tetap Waras dari Invasi 7 Juta Wisatawan

Alasan Posong Temanggung Cocok Dikunjungi Orang-orang yang Lelah Liburan ke Jogja

Fenomena mie ayam Wonogiri rasa Jogja ini bukan fenomena langka. Mereka bertebaran di mana-mana. Tapi dari semua yang saya coba, hasilnya kurang lebih sama, manis. Kadang saya curiga, apakah ini memang strategi bisnis. Branding ala Wonogiri untuk menarik pelanggan, tapi rasa tetap disesuaikan dengan pasar lokal. Dan sebenarnya itu sah-sah saja sih, asal jujur dalam penyebutan. Jangan menjual asli Wonogiri kalau yang disajikan lebih cocok disebut mie ayam adaptasi Jogja rasa manis universal.

Semarang lebih menghormati

Yang bikin tambah heran, saat saya mencoba mie ayam di Semarang, yang bahkan nggak pakai label Wonogiri, rasa yang saya dapat justru jauh lebih otentik. Gurihnya terasa. Kaldunya masih punya karakter. Topping ayamnya dimasak dengan hati, bukan dengan seember kecap. Bahkan mie ayam kaki lima belakang Mall Ciputra bisa lebih menghormati jati diri mie ayam Wonogiri daripada yang jualan di Jogja dengan klaim bombastis.

Saya mulai bertanya-tanya, apakah Semarang lebih peka dalam menjaga identitas rasa, atau mereka memang tidak terlalu sibuk memaniskan segalanya demi menyenangkan lidah lokal?

Saya mengerti bahwa setiap daerah punya adaptasi rasa. Pedagang harus bertahan, harus bisa menyesuaikan selera pasar. Tapi masalahnya, saat semua rasa harus diseragamkan, yang hilang bukan hanya keaslian, tapi juga kejujuran. Sama seperti orang yang sok ikut tren demi diterima lingkungan, tapi kehilangan siapa dirinya sebenarnya. Lama-lama mie ayam di Jogja ini bukan lagi kuliner lintas daerah, tapi kuliner yang mengalami krisis identitas.

Tidak ada rasa benci

Saya tidak menulis ini karena benci. Saya hanya ingin, saat seseorang di tanah rantau mencoba semangkuk mie ayam berlabel “Wonogiri”, mereka bisa merasakan cita rasa yang membuat mereka rindu pulang kampung. Bukan malah pulang ke kontrakan dengan perut kenyang tapi hati kecewa.

Jadi, buat para penjual mie ayam yang membawa nama besar Wonogiri di Jogja, tolong lah, jangan asal klaim. Kalau memang ingin menyesuaikan rasa, silakan. Tapi jujurlah. Cukup tulis mie ayam khas Jogja atau mie ayam (saja) tanpa perlu menyeret nama daerah yang tak lagi terwakili rasanya. Jangan bikin orang yang rindu kampung halaman jadi trauma karena semangkuk mie.

Dan buat pemburu mie ayam di Jogja, satu saran terakhir dari saya, turunkan ekspektasi. Jangan terlalu percaya spanduk. Kalau kamu berharap menemukan rasa mie ayam Wonogiri yang autentik, mungkin lebih baik simpan ingatan itu dalam hati. Karena yang kamu temui di sini, di Jogja yang manis ini, hanyalah reinkarnasi rasa baru yang punya embel-embel Wonogiri, tapi isi dan jiwanya sudah dilebur ke dalam cita rasa lokal.

Penulis: Shila Nurita
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Rekomendasi Mie Ayam Paling Enak di Wonogiri Versi Warga Lokal Maniak Mie Ayam

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 22 April 2025 oleh

Tags: Jogjakuliner jogjaMie Ayammie ayam wonogiri
Shila Nurita

Shila Nurita

Mantan mahasiswa Udinus.

ArtikelTerkait

Jalan Wates Jogja setelah Ada Bandara YIA: Nggak Banyak Berubah, Tetap Nggak Bergairah

Jalan Wates Jogja setelah Ada Bandara YIA: Nggak Banyak Berubah, Tetap Nggak Bergairah

6 Maret 2024
Lampu Lalu Lintas di Jogja Sudah Tidak Ada Harga Dirinya Lagi, Dibiarkan Rusak dan Diterobos Seenak Jidat

Lampu Lalu Lintas di Jogja Sudah Tidak Ada Harga Dirinya Lagi, Dibiarkan Rusak dan Diterobos Seenak Jidat

21 September 2024
Ambisi PT KAI Perluas Lempuyangan Bikin Pelaju KRL Jogja Solo Menderita (Unsplash)

Terbitnya SP3 dari PT KAI buat Warga Lempuyangan dan Bayangan Mengerikan Biaya Transport Pelaju KRL Jogja Solo sampai Setengah UMP Jogja

18 Juni 2025
Kok Bisa Ada Warga Jogja Bangga sama Spot Foto ala Squid Game? Ra Isin?

Kok Bisa Ada Warga Jogja Bangga sama Spot Foto ala Squid Game? Ra Isin?

30 Oktober 2021
borobudur magelang yogyakarta mojok

Panduan Menjawab di Mana Letak Candi Borobudur agar Kalian Nggak Salah Tag Lokasi di Instastory

1 September 2020
Kok Bisa Ada Orang Bahagia di Jogja, padahal Hidup Mereka Susah?  

Kok Bisa Ada Orang Bahagia di Jogja, padahal Hidup Mereka Susah?

1 Agustus 2022
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Linux Menyelamatkan Laptop Murah Saya dari Windows 11, OS Paling Menyebalkan

Linux Menyelamatkan Laptop Murah Saya dari Windows 11, OS Paling Menyebalkan

24 Desember 2025
Garut Bukan Cuma Dodol, tapi Juga Tempat Pelarian Hati dan Ruang Terbaik untuk Menyendiri

Garut Itu Luas, Malu Sama Julukan Swiss Van Java kalau Hotel Cuma Numpuk di Cipanas

23 Desember 2025
Kuliah Bukan Perlombaan Lulus Tepat Waktu, Universitas Terbuka (UT) Justru Mengajarkan Saya Lulus Tepat Tujuan

Kuliah Bukan Perlombaan Lulus Tepat Waktu, Universitas Terbuka (UT) Justru Mengajarkan Saya Lulus Tepat Tujuan

24 Desember 2025
Penjelasan Ending Film The Great Flood buat Kamu yang Masih Mikir Keras Ini Sebenarnya Film Apa

Penjelasan Ending Film The Great Flood buat Kamu yang Masih Mikir Keras Ini Sebenarnya Film Apa

28 Desember 2025
Situbondo, Bondowoso, dan Jember, Tetangga Banyuwangi yang Berisik Nggak Pantas Diberi Respek

Situbondo, Bondowoso, dan Jember, Tetangga Banyuwangi yang Berisik Nggak Pantas Diberi Respek

25 Desember 2025
5 Rekomendasi Kuliner Babi Surabaya untuk Kalian yang Menghabiskan Cuti Natal di Kota Pahlawan

5 Rekomendasi Kuliner Babi Surabaya untuk Kalian yang Menghabiskan Cuti Natal di Kota Pahlawan

22 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Kala Sang Garuda Diburu, Dimasukkan Paralon, Dijual Demi Investasi dan Klenik
  • Pemuja Hujan di Bulan Desember Penuh Omong Kosong, Mereka Musuh Utama Pengguna Beat dan Honda Vario
  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.