Mie Ayam Jogja Ternyata Tak Seenak Reputasinya, Makan Sekali Langsung Kapok, Mie Ayam Malang Jauh Lebih Enak

Mie Ayam Jogja Ternyata Tak Seenak Reputasinya, Makan Sekali Langsung Kapok, Mie Ayam Malang Jauh Lebih Enak

Mie Ayam Jogja Ternyata Tak Seenak Reputasinya, Makan Sekali Langsung Kapok, Mie Ayam Malang Jauh Lebih Enak (Shutterstock.com)

Sebagai arek Malang, saya kira mie ayam Jogja itu bakal enak atau setidaknya lumayan lah. Tapi nyatanya, saya justru kapok mencobanya

Kuliner merupakan hal yang wajib dicoba ketika bertandang ke suatu daerah. Selain makanan khas setempat, pun tak ada salahnya mencicipi hidangan yang tergolong sering dijumpai di kampung halaman. Dari sekian banyak alasan, di antaranya yaitu ingin memuaskan rasa penasaran akan cita rasa masakan yang sudah dibalut dengan kearifan lokal.

Itulah alasan saya mencoba mie ayam Jogja. Ekspektasi saya, harusnya saya puas dan bahagia. Alih-alih puas, saya justru menyesal dan tak ingin mengulanginya lagi. Sekali saja, sudah.

***

Setelah seharian mengunjungi banyak tempat, tibalah saya di salah satu tujuan yaitu Malioboro. Rasa antusias yang membuncah ketika melihat berbagai barang dan pernak-pernik di dalamnya membuat saya kesetanan berbelanja kesana-kemari. Hingga tanpa sadar sebuah alarm keramat datang. Perut saya berbunyi.

Rasa lapar yang menyerang mau tak mau membuat saya harus memutus perhatian dari gemerlap Malioboro. Belum lagi kala itu sedang hujan, membayangkan menyantap makanan berkuah yang hangat saja sudah sukses membuat air liur menetes. Sepertinya, bakso dan mie ayam bukan ide yang buruk.

Sebagai warga Malang, tentunya saya penasaran. Apakah mie ayam dan bakso di Jogja akan seenak yang di rumah? Atau Jogja akan menawarkan hal yang mengesankan?

Perbedaan bakso dan mie ayam Jogja dari segi penyajian dan rasa

Bakso ibarat kebutuhan pokok bagi perut warga Malang. Kuliner satu ini seperti rabaan bagi kami untuk mengenali dan merasakan nuansa kampung halaman. Akan tetapi, bagaimana jadinya jika hal tersebut berada jauh di luar dugaan?

Sebenarnya, penyajian bakso yang berbeda apalagi jika dijual di luar wilayah Malang sudah sering terdengar. Namun, lebih dari sekadar itu. Dalam hal ini, tidak menyangkut perihal bakso saja, tetapi juga kerabat jauhnya yaitu mie ayam.

Di daerah Malang sendiri, bakso biasa disajikan dengan isian bola daging, mie, tahu, siomay isi, dan siraman kuah kaldu sapi. Sedangkan untuk mie ayam terdiri dari mie telur, sawi, potongan ayam dadu yang disemur, keripik pangsit goreng, dan kuah kaldu ayam. Dalam satu mangkuknya, memang bisa dibilang komplit. Nantinya, keduanya juga akan disandingkan bersama bumbu tambahan seperti kecap dan saus sambal.

Sementara itu di Jogja, bakso hanya berisi bola daging, mie, dan kerupuk pangsit goreng, sedangkan mie ayam memiliki persamaan seperti di atas. Nah, perbedaan yang mencolok terletak pada penyajian dua menu tersebut yang tidak dibumbui oleh penjualnya, sehingga pantas saja jika rasanya hambar. Yup, Anda tidak salah baca.

Waktu itu, saya juga kaget bukan main ketika merasakan makanan yang dipesan terasa begitu tawar di lidah. Sambil terheran-heran, mata saya menangkap sebuah mangkuk putih di tengah meja yang berisi serbuk berwarna putih. Setelah saya icip sedikit, ternyata isinya adalah garam.

Baca halaman selanjutnya

Jadi kangen Malang dah

Jadi kangen Malang

Tak ingin berspekulasi, saya coba menanyakan hal tersebut kepada sang ibu penjual yang kemudian beliau mengonfirmasi bahwa bakso dan mie ayam Jogja memang tidak dibumbui langsung, sebab banyaknya pendatang yang memiliki selera berbeda-beda. Jadi, daripada tidak sesuai, mereka memilih untuk menyediakan garam secara terpisah dan memberikan kebebasan kepada para pelanggan supaya meraciknya sendiri. Sontak, saya merindukan kampung halaman yang mana di sana semua sudah terasa pas begitu disajikan dan tinggal memakannya saja.

Cukuplah itu jadi pengalaman yang tidak untuk diulangi. Saran saya, bagi warga Malang lebih baik jauhi kedua makanan itu ketika ke Jogja daripada menyesal nantinya. Tetapi, jikalau penasaran, silakan saja untuk mencobanya.

Penulis: Violita Saffana Putri
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA 5 Mie Ayam Manis di Yogyakarta Paling Direkomendasikan: Awas Jatuh Cinta!

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version