Micin seringkali menjadi sasaran bagi generasi jadul hingga gen Z yang belakangan muncul. Kontrovesi micin, hingga saat ini masih banyak menimbulkan perdebatan sengit tanpa akhir.
Penelitian terkini menyatakan bahwa micin, vetsin, atau MSG aman untuk dikonsumsi. Ah masa? Kalau sudah pakai keyword “penelitian” dan “terkini” kita tidak perlu khawatir, itu pasti sahih!!
Anda akan kesulitan mencari referensi penelitian mengenai “bahaya MSG”. Saya sendiri, butuh waktu 1 jam tlusupan di Google baru bisa nemu (itu sih, mungkin juga karena saya-nya juga yang memang tumbuh di jaman mesin ketik).
Riset yang menyatakan kalau anak ayam yang dijadikan percobaan dan dikasih larutan MSG 2 persen akan mati semua pasti sulit Anda temukan. Lalu setelah dibedah, kerusakan hati dan ginjal menjadi penyebab utama kematian si anak ayam. Sungguh kasihan si anak ayam, hiks.
Selain itu, Anda juga akan kesulitan menemukan hasil penelitian lain tentang dampak buruk MSG. Apalagi kalau harus memaparkan bukti anak ayam yang mati juga mengalami kematian sel otak yang cukup parah karena MSG.
Ah, itu kan cuma anak ayam, ada nggak yang gedean dikit?
Santai aja, buat ayam yang gedean dikit nggak sampai mati kok kalau dikasih MSG. Paling jalannya cuma miring-miring. Tapi jangan khawatir, hasil penelitian yang kayak gini susah kok di carinya, jadi anggap aja nggak ada, okay?
Tapi, kalau ternyata Anda tidak sengaja nemu penelitian tentang buruknya penyedap masakan ini, ayo bikin kesepakatan, kalau itu bukan penelitian terbaru, jadi anggap aja nggak valid. Penelitian kok sukanya nakut-nakuti, ih, nggak seru deh!!
Tapi yah, gimana lagi, dari dulu propaganda yang penuh rayuan emang sekenarionya nggak berubah. Lempeng aja urutannya, nggak kreatif banget.
Abis micin diproduksi, kok penjualan nggak naik-naik, terus keluar deh kalau micin punya dampak buruk. Dan akhirnya penjualan menurun.
Tapi jangan khawatir, penelitian selanjutnya keluar kalau ternyata micin aman dikonsumsi loh. Lah, hal yang kontroversi kan biasanya booming tuh. Micin juga sama, abis itu naik deh penjualan. Entah karena efek booming atau jumlah penduduk yang meningkat, saya juga nggak tahu deh.
Ini penelitiannya masih lanjut loh. Bisa diduga, penelitian lanjutan akan menyebutkan kalau selain aman, ternyata tubuh juga membutuhkan micin. Dan mungkin sekarang juga udah keluar tuh penelitian kalau ternyata micin, vetsin, atau MSG baik dan dibutuhkan oleh tubuh.
Kalau sekenarionya kayak gitu sih, nggak beda sama yang namanya pemanis buatan, gula buatan, atau gula sintetik, yang teman-temannya sakarin gitu loh. Jadi kalau kamu menganggap micin itu aman, jangan pilih kasih dong sama sakarin.
Ingat, gula buatan kan aman, nggak ada kalorinya yang bikin gendut. Sekarang gula buatan juga sehat dan aman loh, buat penderita diabetes.
Tapi pilih kasih juga nggak papa kok, itu kan terserah selera Anda, gitu nggak?.
Kalau dilihat dulu sempet ditolak, terus baik-baik aja, dan sekarang diterima. Mungkin ini inspirasi yang baik buat para jomblo. Kamu nggak butuh merubah tampilan, apalagi sampai merubah hidupmu itu. Cukup ubah aja cara melakukan propaganda dengan lebih terstruktur. Melihat kasus si micin, kayaknya para jomblo masih punya harapan nih. Jadi semangat ya!!
Kalau balik lagi ngomongin si micin, saya sih tetap bakalan sedih. Bukan karena urusan sehat apa nggaknya masak pakai micin. Untuk urusan gitu mah, percaya aja sama Tuhan, masa percaya sama micin!!
Untuk urusan dampak buruk, micin memang punya bahaya laten yang luar bisa. Dia menyelinap dan meracuni alam bawah sadar ibu-ibu di Indonesia. Apalagi mereka yang setujunya kalau perempuan itu cuma ngurusi sumur, dapur, sama kasur. Jadul banget mereka itu, nggak kekinian deh.
Perempuan kayak gitu, maunya menang sendiri. Mereka nggak tahu, kalau laki-laki juga pingin ngurusin sumur, dapur, sama kasur juga, sebel deh!! Gantian dong!!!
Lah, berhubung lagi ada si micin, kita ngomongin dapur aja dulu. Ntar kalau ngomongin sumur malah nggak kontekstual. Apalagi kalau ngomongin kasur, igh, kan kasihan para jomblo jadi berimajinasi yang nggak-nggak.
Perempuan yang ngotot maunya didapur, rata-rata (nggak semua loh ya!!) beranggapan kalau masak, biar enak itu harus pake micin. Dan kalau masakannya enak, suaminya bakal betah dirumah dan nggak nglayap cari perempuan lain.
Naif banget mereka ya? Mungkin nggak pernah denger lagu dangdut (soalnya mereka Naif, coba kalau Padi, apa Noah, paling nggak SOS lah…(nggak ada band yang lebih muda ya? Jadul banget selera musik gwe.)) . Yang potongan lagunya gini loh :
….
Mana mungkin suamiku, pulang kerumahmu….
Tanpa kau suguhkan, tanpa kau hidangkan,
Gula, gula, gula, gula,gula,gula, gula, gula, yang manis….
….
Kan udah jelas tuh, yang bikin suami ngacir bukan masakan, apalagi micin, tapi gula Bu, gula…!!
Ah, tapi nggak juga ding Bu, kalau suami emang “nakal”, mau digimanain aja ya tetap gitu kelakuannya. Sebel kan!!
Tidak hanya ibu-ibu, buat kakak-kakak cantik yang pinginnya nikah cepet tapi nggak kesampaian juga gitu kelakuannya. Dari goreng tempe, tahu, telor, bahkan sambal terasi yang jelas udah pasti enak, eh masih disiram micin satu sendok teh. Saya harus gimana coba??
Jadi, tingkat kepercayaan diri perempuan di hadapan micin sangat rendah. Seolah tanpa micin, masakan meraka lemah tak berdaya tanpa rasa, tidak menggugah selera. Di sana saya merasa harus prihatin.
Emangnya kalau masakannya nggak enak jadi nggak dimakan ya??? Terus cintanya jadi berubah?? Terus jadi selingkuh?? Masa cinta kalah sama micin, gimana coba?
Reseh banget gua ah, kebanyakan nanya!!
Kalau urusan micin bikin perempuan nggak percaya diri, terus jadi ketergantungan, gimana nasib independent women kedepan nanti? Hah apaan? Nggak ada itu independent women, yang feminis itu ya? Tolak!!
Semua salah micin sampai independent women dan feminisme dibawa-bawa. Buat saya, ketimbang bikin bikin Indonesia tanpa feminis, mending bikin Indonesia tanpa micin, pasti lebih seru.
Selesai.