Ada tiga kejadian yang menghiasi 8 Juli kemarin. Pertama, istri saya berulang tahun. Ini kali kelima kita merayakan ulang tahun bersama. Memulai sebagai pasangan yang dimabuk asmara, dan kini menyambut kelahiran anak pertama. Kedua, Sergio Ramos mengumumkan bergabung ke PSG. Ketiga, Nacho Fernandez mengumumkan bahwa dia memperpanjang kontrak hingga 2023.
Dan saya ingin berbicara tentang Nacho Fernandez.
Saya pernah dengar dari kawan saya, bahwa manusia mudah dihancurkan apa yang matanya selalu tangkap. Keputusan Sergio Ramos bergabung ke PSG ini adalah salah satunya. Linimasa penuh dengan kesedihan fans Madrid yang terpaksa melihat PSG mengumumkan bahwa Ramos kini menjadi pemain mereka. Saya tahu bahwa badai pasti berlalu, namun orang lupa bahwa kadang yang terpenting bukan kejadian setelah badai berlalu, tetapi bagaimana caranya tetap tegar ketika badai masih berlangsung.
Di hari di mana Ramos diumumkan jadi pemain PSG, Madrid seakan memberi tahu fans Madrid cara tegar menghadapi badai, yaitu mengumumkan Nacho yang memperpanjang kontrak hingga 2023.
Baiklah, Nacho Fernandez bukan dan mungkin tak akan jadi pemain sekaliber Ramos. Dia menghabiskan sebagian besar kariernya sebagai penghangat bangku cadangan. Nacho bukanlah pemain yang ada di pikiranmu ketika Madrid butuh jalan keluar. Pun, dia bukanlah pemain yang dielu-elukan karena kualitasnya.
Tapi, kita harus melihat Nacho dari sudut berbeda. Pemain sepak bola terkadang dibutuhkan bukan karena caranya mengubah pertandingan, namun dilihat lewat bagaimana dia mengisi lubang yang menganga. Dan Nacho Fernandez bertahan dan dipertahankan karena hal ini.
Saya melihat Nacho Fernandez sebagai teman yang tak menonjol, namun siap membantu kapan saja ketika dibutuhkan. Dia adalah tipikal temanmu yang selalu datang ke kelas, dan entah bagaimana caranya, mengisi absen dan memberimu materi yang tertinggal. Dia adalah teman yang memberikan recehnya jika kau butuh. Nacho adalah teman yang tak begitu populer. Tapi, semua orang tahu seberapa penting keberadaannya dalam pertemanan.
Dan yang terpenting adalah, dia orang yang setia, meski tahu dia tak begitu bisa diandalkan.
Perkara kesetiaan, saya tak bisa mencari contoh terbaik di Real Madrid (sekarang) kecuali Nacho Fernandez. Baiklah, ada nama macam Marcelo, Benzema, atau nama-nama lain yang sudah menghuni Madrid sejak lama. Namun, nama-nama tersebut adalah pemain inti yang diberi kesempatan menjejak rumput Santiago Bernabeu. Sedangkan Nacho, dia lebih sering melihat pemain berlari di kursi yang tak empuk tersebut.
Tidak ada yang berpikir bahwa Nacho akan bermain reguler. Dia harus menggeser nama-nama besar yang menghuni starting lineup. Saya yakin Nacho akan dengan mudah menembus skuat inti tim lain, tapi di Madrid hal itu tidak mudah. Varane dan Ramos bukanlah nama yang mudah diganti, bahkan hingga kini. Bahkan bek sekelas Pepe pun harus merelakan takhtanya kepada Varane.
Dan Nacho paham itu, namun tetap tak pergi mencari jalan yang mudah.
Nacho menguasai banyak posisi, dan itu benar-benar memberi apa yang Real Madrid butuhkan, yaitu pemain cadangan yang versatyle. Pun Nacho bukan orang yang berisik. Dia tidak banyak menuntut, bahkan tetap bersama Madrid meski dia tahu belum tentu dia bisa bermain.
Ketika berbicara Ramos, kita akan berbicara sosok yang jadi perwujudan grandeza. Kesombongan, keteguhan hati, semangat, dan tekad yang tak tumbang meski lawan yang dihadapi adalah lawan yang hebat. Ramos adalah perwujudan ekstrem falsafah Real Madrid yang dicetuskan Santiago Bernabeu: Seragam Madrid boleh bernoda keringat, lumpur, bahkan darah, tapi tak boleh dinodai rasa malu.
Nacho, di sisi lain, tak terlihat memiliki kesan itu. Namun, itu jika dilihat sekilas. Nacho mungkin tak punya vibes grandeza, tapi dia akan mati-matian memberikan keringat dan darahnya hanya untuk Madrid. Dan ketika kesempatan itu datang, dia tak punya keraguan.
Nacho di musim depan mungkin akan menghuni starting lineup setelah kepergian Ramos dan rumor varane yang akan hengkang. Mungkin kita akan melihat Nacho yang sesekali salah umpan dan hampir memberikan lawan keunggulan. Namun, kita—fans Madrid–tahu bahwa Nacho akan memberikan usaha terbaiknya di lapangan. Meski dia bukanlah Ramos, dan tak selevel dengan Varane, tapi dia memegang apa yang Bernabeu katakan: Madrid tidak boleh dinodai rasa malu.
Kita tak pernah mengira bahwa Ramos akhirnya hengkang dari Santiago Bernabeu. Kita begitu jarang melihat Varane absen. Dua hal tersebut membuat kita abai pada fakta bahwa terkadang, pemain sepak bola adalah orang yang mencari uang. Dan cinta, terkadang, adalah hal yang harus dipendam dalam-dalam.
Sudah tiba bagi kita untuk merelakan yang seharusnya. Ramos tak lagi kapten kita, Varane mungkin juga akan hengkang. Tapi, tak ada pemain yang lebih besar dari klub, dan Nacho Fernandez adalah contoh terbaik.
Mari merelakan Sergio Ramos, dan mencintai Nacho dengan seharusnya.
Sumber gambar: Twitter Real Madrid English.
🤍 Our one club man: 20 years and counting! 🤍@nachofi1990 | #Nacho2023 | #LaFábrica pic.twitter.com/gllzP180Hv
— Real Madrid C.F. 🇬🇧🇺🇸 (@realmadriden) July 8, 2021
BACA JUGA Adiós, Sergio Ramos. Gracias, el Capitán! dan artikel Rizky Prasetya yang lainnya.