Dulu, saya pernah menulis artikel yang memuat kekesalan saya kepada orang-orang yang berjualan di Twitter. Lebih tepatnya kepada orang-orang yang jualan di Twitter dan nggak tahu tempat. Jualan itu boleh saja, tapi saya mempermasalahkan mereka yang asal berjualan dan tidak lihat tempat. Padahal utas cuitan yang jadi lapak sedang membahas sebuah tragedi. Saya analogikan orang-orang macam itu seperti penjual mainan di depan rumah duka orang yang baru saja meninggal. Coba saja begitu kalau tidak dilempar sendal. Tulisan itu bisa dibaca di sini.
Sudah yang berjualan asal di Twitter banyak, kini muncul lagi yang paling menyebalkan dari itu semua, yaitu orang-orang yang mancing para penjual di Twitter keluar. Mohon maaf, para penjual yang tidak tahu lapak saja sudah menyebalkan, ini Anda malah mancing-mancing buat memulainya segala.
Belakangan saya lihat para penjual yang tidak tahu tempat mulai berkurang. Barangkali ia mulai sadar diri karena banyak yang merasa risih. Lho, ini ada yang mancing-mancing dengan nanya, “Siapa yang jualan Netflix?” atau “Ada yang jual Spotify, YouTube premium, Mola TV, Ginjal, paru-paru, huruf Yosan, One Piece?” pokoknya begitu template-nya.Â
Mohon maaf, saya juga nggak masalah dengan orang-orang yang suka nanya begitu. Belakangan, ada influencer di Twitter juga menyediakan cuitan khusus orang yang jualan biar mereka tidak jualan sembarang lapak, lah si tukang nanya-nanya ini bikin suasana nggak asyik lagi. Orang-orang yang jualan jadi kepancing lagi, dong. Mereka jadi nawarin lagi, tanpa melihat cuitan utama tentang apa, yang penting mereka bisa nawarin jualan.
Orang-orang udah pada kesel sama yang jualan di Twitter sembarang tempat, Anda malah asal nanya aja mancing-mancing yang pada jualan. Menurut saya, orang-orang macam ini juga meresahkan bukan hanya pada pihak yang memiliki cuitan, tapi juga kepada para penjual yang dipancing-pancing.
Pertama, sudah tau ya orang-orang yang jualan di Twitter itu berseliweran dan sangat banyak. Di utas-utas yang viral sedang rame, tentunya bukan utas yang soal tragedi, banyak tuh orang jualan. Itu Anda bisa cari di sana. Males nyari utas-utas viral? Yaudah, pakai fitur di Twitter bernama PENCARIAN yang tersedia. Tinggal ketik “Jual Netflix” atau jualan lain, sampai yang jualan aneh-aneh juga bisa dicari di situ. Masa iya harus diajarin caranya? Orang-orang seperti ini tuh cuman dua alasannya. Kalau nggak caper, ya males. Tapi, lebih ke caper kayaknya.Â
Kedua, yang nanya-nanya soal jualan itu kebanyakan cuma iseng. Ujung-ujungnya nggak beli, percaya, deh. Banyak yang saya temukan juga mencuit balas orang-orang yang nanya soal jualan, dan ternyata beberapa ketahuan sering komentar nanya jualan tapi nggak beli. Kenapa, sih? Apa pengin notifikasi Twitter ramai dan ingin terus mendapat atensi banyak orang? Yaelahhh.
Ketiga, udah nggak punya attitude, juga bikin rugi yang punya cuitan dan penjual. Yang punya cuitan padahal sedang butuh bantuan, pertolongan, dan hal-hal urgensi lainnya. Adanya orang-orang caper begini malah menutupi tujuan cuitan. Yang jualan? Sama juga, udah capek-capek ngetik dan nawarin dagangannya, tahunya tidak dibeli.
Belum juga kena hujat sama pengguna Twitter lain, sudah tau utas tragedi tapi malah tetap jualan. Mau saja digoblok-goblokin orang caper nanya jualan, yang kemungkinan besar nggak beli. Kalau mau beli, DM atuh ke penjual yang pada berseliweran. Bukan malah nanya di utas-utas, ckckck.
Tolong banget, lah. Menjadi viral dengan kebodohan memang gampang, tapi kamunya nanti baru sadar belakangan kalau itu bukan hal yang baik. Lagi-lagi, yang begini nih bikin orang-orang lain terganggu dan risih. Sekali lagi, mau jualan atau nanya jualan mah bebas. Asalkan kamu tahu tempat dan kondisi. Sudah gede, masa iya mau bodoh terus?Â
BACA JUGA Secara Kualitas, RCTI Tidak Perlu Khawatir Kepada Netflix dan YouTube dan artikel Nasrulloh Alif Suherman lainnya.