Menyimpan obat di rumah menjadi kebiasaan banyak keluarga di Indonesia. Entah obat meredakan rasa sakit maupun suplemen, saya yakin setidaknya ada satu yang disimpan di rumah untuk berjaga-jaga. Tidak salah sih, tapi jangan sembarangan agar obat tetap mujarab dan tidak terbuang sia-sia.
Saya yang bekerja sebagai apoteker kerap mendapat berbagai macam pertanyaan terkait obat-obatan, mulai dari jenis obat hingga harga. Namun, ada satu pertanyaan yang mencuri perhatian. Banyak teman saya yang menanyakan, obat sirup botolan yang sudah dikonsumsi dan belum habis, apakah masih bisa digunakan?
Mendengar pernyataan ini, saya beranggapan bahwa banyak keluarga menyimpan obat di rumah tanpa mempertimbangkan penggunaan di kemudian hari. Ada dua kondisi yang saya khawatirkan timbul dari kebiasaan ini. Pertama, kesehatan teman-teman karena obat yang sudah dibuka kurang efektif kalau disimpan terlalu lama. Kedua, limbah obat yang meningkat.
Daftar Isi
Limbah obat itu berbahaya
Limbah obat belum banyak disadari oleh masyarakat Indonesia. Selama ini, edukasi mengenai cara membuang sisa obat yang baik dan benar memang kurang. Padahal limbah obat ini bisa jadi sangat berbahaya untuk lingkungan. Ada yang masih ingat pencemaran obat paracetamol di teluk Jakarta? Nah, itu salah satu akibat nyatanya.
Kalian bisa mengurangi dampak buruk dari limbah obat dengan membuang obat yang baik dan benar. Caranya, bongkar semua label pada kemasan obat, hancurkan kemasannya. Sementara untuk obat tablet dan pil, kalian bisa hancurkan terlebih dahulu dengan ampas kopi agar tidak termakan untuk hewan-hewan.
Obat golongan antibiotik perlu penanganan yang lebih cermat. Sejatinya obat antibiotik diberikan sesuai dengan resep dokter, dan harus dihabiskan tanpa sisa. Namun, jika memang ada hal-hal tertentu yang memang obat antibiotik tersisa kita bisa menyerahkan obat antibiotik ke apotek dengan cara yang sama seperti diatas bongkar kemasan obat, label, dan usahakan sediaan obat tidak utuh. Nantinya, obat tersebut akan ikut pemusnahan obat oleh apotek secara berkala.
Membeli dan menyimpan obat dengan jumlah yang tepat
Hal lain yang perlu diperhatikan, jangan berlebihan membeli dan menyimpan obat di rumah. Kebanyakan yang saya jumpai, pasien datang ke apotek untuk membeli obat sesuai dengan keluhan. Misal, paracetamol untuk demamnya dan Ibuprofen untuk mengatasi pusing kepalanya. Padahal kedua obat itu memiliki indikasi yang hampir sama yakni antipiretik, dan analgetik. Mungkin biar sembuh paripurna ya, tapi kebiasaan seperti ini akan memperbanyak limbah obat.
Salah satu tips yang saya berikan, konsultasilah dahulu dengan apoteker sebelum membeli obat. Sebaiknya beli obat dengan jenis dan jumlah yang tepat agar tidak sia-sia. Ini cara yang paling mudah agar tidak memperbanyak limbah obat.
Perhatikan Beyond Use Date (BUD)
Beyond Use Date (BUD) masih asing di Indonesia. BUD adalah batas waktu produk obat setelah diracik atau setelah produk obat yang kemasan utamanya sudah dibuka/dirusak. Artinya, obat memiliki jangka waktu tertentu untuk digunakan setelah obat tersebut kemasannya sudah terbuka. BUD berbeda dengan waktu kadaluarsa yang keterangannya sudah terpampang jelas dalam kemasan obat. BUD lebih tentatif, disesuaikan dengan sediaan obatnya, dan kapan obat tersebut dibuka.
Mari kita ambil contoh obat yang berbentuk cair seperti obat sirup. Setelah tutupnya dibuka, obat sirup memiliki jangka waktu tertentu hingga kandungan obat dalam sirup menurun efektivitasnya. Lalu bagaimana cara kita tahu BUD suatu obat? Tenang, saya akan jelaskan di bawah ini.
Mari kita mulai dengan obat tablet dan salep. Jika Expired Date atau ED kurang dari satu tahun, maka BUD maksimal sama dengan tanggal ED. Jika ED lebih dari satu tahun, maka BUD maksimalnya adalah satu tahun. Sementara untuk obat dengan bentuk cair seperti sirup, cara mengenali masa pakai obat yang baik dan benar biasanya sudah ada di kemasan. Kalian hanya perlu mencermati dan mengikuti petunjuk tersebut.
Di atas beberapa saran dari saya untuk keluarga Indonesia yang ingin menyimpan obat di rumah. Berjaga-jaga untuk hal terburuk memang baik. Namun, niat baik itu perlu diiringi dengan pengetahuan yang cukup supaya tidak membahayakan lingkungan dan diri sendiri.
Penulis: Nabial Chiekal Gibran
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA 4 Obat Cina Ampuh yang Wajib Ada di Rumah Orang Cina
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.