Menyikapi Pasca Pemilu 2019, Cebong dan Kampret Harus Belajar dari Lagu-lagu Nasida Ria

nasida ria

nasida ria

Siapa yang tak kenal Nasida Ria? Bagi yang di rumahnya dan emaknya adalah salah satu fans berat dengan memutar lagunya di radio tape atau pemutar musik kesayangannya di tiap pagi, siang, sorenya tentu tidak asing mendengar ataupun melihat formasi ibu-ibu lengkap dengan alat musiknya berlatar pemandangan pegunungan ataupun pesawat tempur sembari mendendangkan alunan nasyidnya.

Ya, Nasida Ria adalah sebuah grup qasidah yang pamor pada era 1980 an sampai medio 2000 an. Grup qasidah yang keseluruhan personelnya adalah ibu-ibu. Anjay~

Grup qasidah ini khas dengan penampilannya dipanggung bagai hendak pergi ke pengajian rutin di kampung setiap malam Selasa serta setelan make up yang hits pada zamannya.

Dari sejak berdirinya hingga sekarang total 35 album yang berhasil mereka keluarkan dan 350 an lagu yang mereka bawakan. Lagu-lagu mereka tidak hanya berkaitan dengan dakwah semisal Nabi Muhammad Mataharinya Dunia.

Tapi juga menyinggung permasalah sosial semisal keadilan, juga tentang pers semisal Wartawan Ratu Dunia, Dunia Dalam Berita, isu-isu peperangan semisal Bom Nuklir, Perdamaian dan juga lagu-lagu persatuan semisal Persaudaraan, Merdeka Membangun, dan masih banyak lagi yang lainnya.

Tahun 1975 adalah awal berdirinya Nasida Ria, terhitung dari tahun itu Indonesia sudah melakukan Pemilu sebanyak 10 kali, 5 kali di Orde Baru (1977, 1982, 1987, 1992,1997) dan 5 kali Era Pasca Orde Baru (1999, 2004, 2009, 2014, 2019).

Baru saja kita lalui pemilu serentak, hampir menginjak 1 bulan pasca 17 April, melihat kondisi dan fenomena pasca pemilu 2019, konflik diantara cebong dan kampret makin menemui titik klimaksnya. Bukannya dua faksi ini akur, mereka malah seperti dua magnet yang didekatkan tapi berlawanan kutubnya.

Fanatisme sempit dan egoisme masing-masing faksi ini yang menjadi perobek spirit kesatuan. Nampaknya mereka harus sering-sering memutar dan mendengarkan playlist Nasida Ria, agar pesan persatuan dari lirik-lirik lagunya bisa tersampaikan ke telinga mereka.

Lagu-lagu Nasida Ria jika diteliti menggunakan metode deskriptif-analitik dengan perjalanan konflik cebong dan kampret di pemilu 2019 sangat relevan sekali. Selain itu lirik lagu yang futuristik dan kompatibel sesuai dinamika zaman adalah alasan mengapa cebong dan kampret secara khusus, kita secara umum harus belajar dari lagu-lagu Nasida Ria untuk menyikapi Pasca Pemilu 2019 ini.

Lagu pertama, penggalan lirik, dan alasannya

Wahai manusia hidup di dunia
Siapa yang ingin panjang umurnya
Wahai manusia hidup di dunia
Siapa yang ingin banyak rizkinya
Bersilaturahmi agar tiada putus

Lagu yang pertama adalah berjudul Persaudaraan, lagu yang diciptakan oleh H Fadholi Ambar dan dibawakan Nasida Ria ini mengingatkan agar pasca pemilu ini untuk tidak memutuskan tali silaturahim walau sesama kita berbeda dukungan, jadi silaturahim antar cebong dan kampret harus terjaga ya, toh silaturahim memperbanyak rezeki, pesan itupun tegas dalam agama.

Dalam lirik, jelas bahwa Nasida Ria ingin menciptakan suatu tatanan masyarakat atau manusia Indonesia yang unity, bersatu dalam persaudaraan, tidak memutuskan tali silaturahim dan menjaga persaudaraan sesama anak bangsa.

Kalau kata Gusdur sih jangan membeda-bedakan yang sama, dan jangan menyama-nyamakan yang beda. Bersatu dalam perbedaan, berbeda dalam persatuan (Unity in diversity, diversity in unity).

Lagu kedua, penggalan lirik, dan alasannya

masa depan penuh tantangan
masa depan penuh rintangan
masa depan penuh hambatan
masa depan penuh cobaan
namun di balik itu
penuh dengan harapan
oleh karenanya
perlu perjuangan

Lagu yang kedua adalah berjudul Menyongsong Masa Depan, bahwa Nasida Ria dengan substansi lirik dari lagu ini memberi pesan agar cebong dan kampret tidak hanyut dalam gelombang perseteruan komunal, debat kusir antar golongan, dan terjebak oleh perhelatan atau kontestasi yang sifatnya periodik

Lebih jauh Nasida Ria mengingatkan bahwa ada masa depan yang penuh dengan rintangan, hambatan, dan cobaan yang akan bangsa Indonesia lalui. Oleh karenanya Nasida Ria menitik beratkan agar perlunya perjuangan untuk menghadapi semua itu, berbekal iman dan taqwa juga dilengkapi dengan keterampilan maka masa depan akan penuh dengan harapan.

Lagu ketiga, penggalan lirik, dan alasannya

Alloh mencintai umat yang membangun
Alloh membenci umat yang membuat rusak
Kita syukuri rahmat Illahi
Dengan bersatu membangun RI

Bung Karno menganalogikan bahwa persatuan anak bangsa ibarat sapu lidi, yang terdiri dari beratus-ratus lidi. Jika tidak diikat, maka lidi tersebut akan tercerai berai, tidak berguna dan mudah dipatahkan.

Senada dengan Bung Karno, lagu yang ketiga yang berjudul Merdeka Membangun, bahwa Nasida Ria mengingatkan kita sekali lagi bahwa persatuan sangat esensial sebagai kunci dari pembangunan bangsa.
Bahwa cebong dan kampret harus bersatu membangun negara, jangan membuat rusak harmoni bangsa ini, syukurilah nikmat kemerdekaan yang Tuhan berikan.

Demikian lagu-lagu Nasida Ria yang membawa pesan persatuan dan membawa cebong dan kampret agar beranjak dari perseteruannya selama ini. Semoga cebong dan kampret dapat terilhami dari lagu-lagu Nasida Ria ini.

Exit mobile version