Trilogi Dilan dan Milea sudah ditutup dengan manis. Menyusul versi filmnya yang juga sudah ditutup dengan sejumlah angka fantastis. Baik itu rating, jumlah penonton hingga berbagai reaksi dari akhir hubungan si tokoh utama yang melingkupi. Banyak yang setuju, namun saya yakin lebih banyak yang menggerutu. Sisanya, terutama para pria, sambat mengapa yang jadi Mas Herdi si Andovi.
Melalui Instagram pribadinya, Ayah mengungkapkan telah merampungkan 80 persen karya terbarunya, sebagai antitesis pahitnya novel ketiga dari trilogi hubungan Dilan dan Milea. Sudah lama Ayah mengungkapkan sosok baru yang mengisi hati Dilan, terlebih pada bagian epilog Suara dari Dilan, nama Ancika Mehrunisa Rabu diungkapkan.
Tidak ada yang tahu bagaimana keseharian Cika. Apakah ia semanja Milea atau sekuat karang seperti ibunya Dilan. Yang kita tahu hanyalah postingan Ayah yang memamerkan sampul buku barunya. Pribadi Cika layaknya sorotan yang penuh tanda tanya. Tak ada sedikit celah untuk dikulik, kecuali hari lahirnya yang pasti bertepatan dengan hari Rabu.
Menyambut semringah hubungan Cika dan Dilan dalam buku baru bertajuk Dilan yang Bersamaku: Suara Ancika Mehrunisa Rabu, tampaknya perlu kesiapan yang mapan. Bukannya apa-apa, sebagian penggemar pasti akan membandingkan Cika dan Milea. Ah, betapa menyebalkannya itu, namun pasti ada tampaknya tidak bisa dihindari begitu saja.
Yang terpenting, kamu jangan terlibat dalam golongan yang sering membandingkan. Apa lagi membuat kubu-kubu seperti #TimMilea atau #TimAncika. Bukan hanya nggak baik, tapi juga nggak penting. Untuk itu, saya persiapkan beberapa hal yang perlu dilakukan atau diketahui sebelum membaca buku terbaru dari Ayah.
#1 Dilan nggak segarang dulu
Dikutip dari Pastel Book, ada salah satu bab yang akan menceritakan kisah Dilan dengan motor Honda CB kesayangannya. Ia menjual motor CB tersebut kepada orang Buahbatu yang bernama Pak Handoko. Nggak tahu nanti ceritanya bakal haru atau ndagel, yang jelas Dilan tidak mau “memelihara” Honda CB hingga kini.
Dijual ya karena motifnya ingin melupakan kenangan masa lampau dengan Milea. Dilan yang kuliah di ITB memilih mengganti Honda CB dengan Honda Astrea Grand. Kalau nggak tahu tentang Grand, pokoknya motor ini adalah staterpack bapak-bapak progresif dan bergairah tinggi akan mencari uang. Mungkin motif itu yang membuat Dilan memilih Grand.
#2 Dilan bukan anak motor lagi
Iyalah, Dilan kan anaknya Bunda. Kalau syarat jadi anak motor harus punya motor, syarat jadi anaknya Bunda itu harus punya Bunda. Itu kata Fizi, bukan kata saya, ya. tapi, walau Dilan punya Grand, kembali dikutip dari Pastel Book, pada tahun 1997 dalam sebuah kejadian di Jalan Pahlawan Cikutra, motor Grand ini menjadi rusak.
Entah rusaknya bagaimana dan kronologi lengkapnya tentu hanya bisa dijawab ketika buku ini rilis. Pada tahun 2000, Dilan menjual motor tersebut dan membeli mobil Toyota. Jadi, sekarang Dilan bukan anak motor lagi, tapi sudah jadi anak mobil.
Pertemanan Dilan saya yakin kini makin luas, bukan saja hanya Piyan dan Bi Eem melulu. Bisa saja sekarang berkawan dengan Andre Taulany atau Raffi Ahmad. Bikin konten jual beli mobil dengan sedikit dramatisasi.
#3 Lupakan sosok manja Milea
Kalau ini murni spekulasi saya. Nggak percaya boleh, marah di kolom komentar boleh, asal jangan percaya, nanti jatuhnya syirik. Percaya saja sama Allah, jangan sama saya. Kecuali kalau mau setuju, saya persilakan. Tapi dalam poin ini tujuan saya cuma mau bilang satu hal, Cika sangat berbeda dengan Milea.
Jika dalam tiga seri kita dicecar dengan tangis Milea dan senyuman ketika mau tidur sembari bilang “aku rindu”, saya rasa Cika bukan orang yang seperti itu. Dikutip dari tweet Ayah, “Lama itu. Dia (Cika) orang sibuk. Aku pancing nanya, ‘Kamu cemburu nggak?’ Dia jawab, ‘Aku nggak cemburu, kalau cemburu sedikit saja cukup’. Aku pancing-pancing, jadi banyak.” Bisa kita lihat bahwa kata-kata yang ia ungkapkan, Cika ini sangat nrimo. Pun menyenangkan dan ditaburi sedikit keceriaan.
#4 Lupakan romansa Dilan dan Milea
Ini penting nggak penting, sih. Seperti Dilan, hubungannya dengan Milea cukuplah dijadikan pembelajaran, bukan patokan dengan orang baru yang akan mengisi hari-harinya. Dengan melupakan sementara romansa di antara keduanya, barangkali bisa membuat dirimu membaca buku Suara Ancika Mehrunisa Rabu tanpa beban ekspetasi dan kehilangan sosok Milea lalu menggerutu melulu.
Patut disimak bagaimana kiprah Dilan dalam memperlakukan Cika yang notabene masih SMA. Doa terdalam adalah semoga Ayah Pidi Baiq segera menyelesaikan sisa 20 persen novel ini. Juga, doa untuk pribadi, semoga ketika buku ini rilis, ada beberapa lembar rupiah yang sudi keluar untuk meminang buku novel Dilan dan Cika dengan sukacita.
Sumber gambar: Instagram @pidibaiq
BACA JUGA Jika Pidi Baiq Menulis Biografi Presiden dan tulisan Gusti Aditya lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.