Jagat sosial media tengah ramai-ramai menertawakan aktivitas member bisnis skema Ponzi yang sering memperlihatkan kelucuan mereka. Saat ini sudah banyak bermunculan meme dan esai pendek yang memperlihatkan betapa menggemaskannya komunikasi yang dilakukan dengan member sebuah bisnis yang terafiliasi memiliki skema Ponzi. Tidak hanya pengguna akun media sosial biasa saja, melainkan beberapa fanspage dengan ribuan like dan sebuah media sosial TV nasional juga ramai-ramai menyindir kelucuan member skema Ponzi yang tetap keukeuh dengan pendapat mereka meskipun sudah dipatahkan dengan alasan kredibel dan logis.
Bisnis dengan skema Ponzi ini merupakan bisnis perputaran uang yang berasal investor baru. Nama Ponzi sendiri berasal dari orang yang pertama kali menemukan bisnis ini yakni Charles Ponzi, namun pada akhirnya ia dipenjara karena bisnisnya terbukti merugikan orang lain. Skema bisnis ini adalah menitik beratkan pada perekrutan member baru agar mereka bisa segera berinvestasi dengan iming-iming cuan dalam jumlah yang menggiurkan.
Salah satu bisnis skema Ponzi yang tengah ramai diperbincangkan adalah bisnis periklanan. Mereka berkelakar bahwa bisnis tersebut dapat menjanjikan kesuksesan singkat hanya dengan menonton iklan. Halahhh, ra mashoook ! Mana ada perusahaan yang rela membayar orang untuk menonton iklan mereka?
Dalam kasus bisnis periklanan ini, para member diharuskan untuk mencari member baru dan disarankan segera berinvestasi dengan sebutan “Fasttrack”. Makin banyak jumlah uang yang ditanamkan di Fasttrack, makin besar pula imbalan yang akan didapatkan. Sayangnya, bisnis dengan system ini baru berakhir/collapse apabila tidak ada lagi member baru yang fasttrack. Sehingga ditakutkan masyarakat yang sudah terlanjur fasttrack dalam jumlah besar akan kehilangan uangnya karena uang mereka habis untuk membayar para leader dan promotor.
Bisnis ini mulai menjamur di tanah air pada April 2020 lalu. Tepat setelah Covid-19 mulai disiarkan sebagai pandemi dan melumpuhkan beberapa sektor bisnis di seluruh dunia. Alhasil banyak sekali masyarakat yang kehilangan sumber pekerjaan utama mereka. Lalu bisnis periklanan ini datang bak jus jeruk di tengah panasnya siang hari di kota Jakarta. Menyegarkan !
Bisnis seperti ini banyak membidik masyarakat pedesaan. Alasannya cukup cerdik nan licik, yakni karena korban PHK biasanya pulang lagi ke pedesaan dan literasi masyarakat desa yang tidak kunjung meningkat. Jikalau saja masyarakat kita lebih baik sepuluh persen lagi dalam hal literasi, ragam bisnis yang menjanjikan keuntungan bombastis seperti itu tidak mungkin menjamur seperti ini.
Masyarakat harusnya belajar dari kisah-kisah penipuan bisnis skema Ponzi dan MLM di masa lalu, tapi ternyata tidak. Padahal sudah banyak korban, termasuk artis yang menjadi korban bisnis serupa.
Meski begitu, kita harus mengacungkan jempol untuk siapa saja promotor yang sudah membentuk bisnis ini. Mereka sudah luar biasa cerdik untuk membuat bisnis serupa dengan kulit yang berbeda-beda. Coba saja perhatikan, dari mulai bisnis produk obat-obatan, pil ajaib yang dapat menghemat bahan bakar kendaraan, tabungan, investasi, dan sekarang periklanan. Pertumbuhan membernya pun meningkat secara fantastis. Untuk bisnis periklanan ini aja membernya diakui sudah mencapai 13 juta dalam kurun waktu enam bulan saja.
Sudah banyak sebenarnya pihak yang mewaspadai masyarakat akan bisnis yang mengaku dapat memberikan keuntungan bombastis dalam waktu yang singkat. Sebab, biasanya bisnis tersebut tidak lebih baik dari bisnis penipuan biasa. Namun, ternyata masih banyak masyarakat yang belum tersadarkan dan memilih terjun di bisnis tersebut. Padahal sudah banyak artikel dan sumber informasi lain yang menjelaskan bisnis apa saja yang terindikasi menggunakan skema Ponzi.
Adapun bisnis periklanan yang disinggung di sini sudah jelas keburukannya. Selain terindikasi bisnis Ponzi, bisnis periklanan ini pun keharamannya pernah disinggung oleh NU Online, terjaring sebagai bisnis MLM, investasi bodong, dan tidak diakui kelegalannya oleh Kominfo dan OJK. Sebuah penyakit mematikan dan menular bagi masyarakat yang minim pendidikan keuangan.
Ada banyak sekali kisah mengenaskan yang dilalui orang-orang yang pernah menyadarkan saudara atau temannya tentang bahaya mengikuti bisnis ini. Kebanyakan member seakan sudah dicuci otaknya hingga tidak lagi bisa menerima fakta logis yang diutarakan orang yang menyadarkannya. Bahkan tidak jarang penyadaran ini berujung pada pertengkaran dan putusnya hubungan pertemanan.
Hal ini cukup mengerikan di mana biasanya para member bisnis tersebut selalu bersikukuh dengan fakta-fakta yang berlainan dengan akal sehat, menyampah tentang bisnisnya di berbagai media sosial, sampai mengajak orang dengan paksa untuk ikut bergabung. Tidak jarang banyak tenaga pendidik dan atasan yang menyalahi jabatan mereka hanya agar banyak orang yang bergabung di Vtube lewat kode referralnya. Contohnya membuat PR untuk gabung di Vtube.
Selain itu, apabila ada pihak yang menyadarkan keburukan bisnis tersebut, mereka akan ramai-ramai melawan dan tetap bersikukuh dengan argumen mereka. Bahkan sampai memperlihatkan kedunguannya dengan menyebar logical fallacy hasil copy paste dari leader mereka. Contohnya mereka berseloroh bahwa uang yang mereka dapatkan berasal dari perusahaan lain yang menayangkan ads di bisnis mereka, padahal sudah banyak perusahaan yang mengklarifikasi bahwa mereka tidak pernah bekerja sama dengan perusahaan periklanan tersebut.
Adapun pengalaman saya pribadi yang pernah menjadi semacam “social warrior anti bisnis periklanan” tersebut adalah di-bully oleh leader dan membernya. Saya dan kawan-kawan yang memiliki sepak terjang serupa bahkan pernah diteror karena terus menerus menayangkan postingan yang kontra. Hingga akhirnya saya jengah karena merasa penyadaran tersebut malah berakhir dengan ketidakharmonisan dengan masyarakat setempat sampai merasa ketakutan untuk sekedar membeli minuman ke minimarket terdekat. Niat untuk menyadarkan lewat berbagi pemikiran, malah dilawan dengan tantangan adu otot. Aduh !
Selain penyadaran face to face tersebut, member bisnis skema Ponzi juga terlihat makin lucu setelah salah satu leadernya yang merupakan salah satu personil band di tanah air membela mati-matian bisnis tersebut. Yaaa jelas dibela karena beliau termasuk leadernya hehehe. Dalam beberapa postingan media sosialnya ia terus menerus melayangkan pembelaan dengan argumen yang tidak masuk akal. Sayang, pendukungnya yang kebanyakan sesama member selalu mengamini dan turut melakukan baku hantam argumen dengan mereka yang berkeyakinan lain. Memang, untuk mereka yang berliterasi rendah, akan lebih mudah mengikuti seseorang yang berlabel artis dibanding pakarnya sendiri.
Mau diakui atau tidak, bisnis dengan skema Ponzi memang menarik dan menjanjikan. Namun, di balik itu semua, ada masalah serius yang mengintai yaitu penipuan. Selain penipuan, ya itu tadi, potensi baku hantam gara-gara mencoba menyadarkan mereka. Hadeh.
BACA JUGA 4 Usaha ini Cocok Buat Kalian yang Pengin Kaya Tapi Nggak Mau Ribet.