5 Menu Red Flag Starbucks. Jangan Dipesan kalau Nggak Mau Kecewa

5 Menu Red Flag Starbucks. Jangan Dipesan kalau Nggak Mau Kecewa

5 Menu Red Flag Starbucks. Jangan Dipesan kalau Nggak Mau Kecewa (Unsplash.com)

Belakangan ini saya banyak membaca artikel di Terminal Mojok tentang menu red flag. Ada yang menulis menu red flag di rumah makan Padang, Kopi Klotok, warteg, hingga warmindo. Namun, belum ada yang mencatat menu red flag di kedai kopi kekinian seperti Starbucks.

Meskipun di Indonesia image Starbucks cukup bagus dan terkesan mahal, nggak semua menu makanan dan minuman di kedai kopi berlogo Siren ini worth to buy. Tetap ada beberapa menu yang menurut saya sebaiknya kalian hindari agar nggak boncos dan merasa kecewa. Pokoknya ketimbang pesan kelima menu ini, mending nongkrong di teras rumah sambil minum air putih.

#1 Red Velvet Cake Frappuccino

Menu pertama yang sebaiknya kalian hindari saat ke Starbucks adalah Red Velvet Cake Frappuccino (RVCF). Minuman frappuccino Starbucks umumnya diberi harga lebih mahal dibanding minuman latte. Red Velvet Cake Frappuccino sendiri dibanderol dengan harga di atas Rp70 ribu. Tapi masalahnya bukan terletak pada harganya, sebab kita semua tahu kalau menu Starbucks memang mahal untuk ukuran UMR Indonesia.

Red Velvet Cake Frappuccino perlu dihindari karena kalorinya sangat tinggi, menyentuh angka 470 kkal untuk ukuran tall (kecil). Apalagi mayoritas orang memesan minuman satu ini dengan ukuran grande (cup sedang) karena cake-nya akan terasa eneg kalau dibuat dalam ukuran tall.

Bayangin, berapa kalori yang kita minum dalam satu cup RVCF ukuran grande? Bisa tembus di atas 500 kkal. Kalau kita ingin membakar kalori satu gelas RVCF, berlari mengelilingi Stadion Gelora Bung Tomo pun masih belum cukup, Rek.

Nggak hanya itu, meskipun RVCF termasuk minuman yang mengenyangkan, kandungan gulanya sangat tinggi. Hal tersebut justru membuat perut kita mudah lapar. Sudah kalorinya tinggi, nggak bikin kenyang, mahal lagi. Sangat red flag sekali, kan?

#2 Minuman kemasan 1L

Ibu-ibu atau mbak-mbak yang rajin membandingkan harga pasti tahu kalau minuman Starbucks kemasan botol 1L harganya terjangkau. Lebih mahal Kopi Kenangan Mantan 1L dibandingkan dengan Latte Starbucks 1L, lho. Kalau kebetulan ada diskon, harga minuman Starbucks kemasan literan bisa lebih murah lagi, hanya Rp129 ribu untuk dua botol.

Bagi orang yang nggak terlalu sering minum Starbucks, kemasan botolan pasti terlihat menarik untuk dibeli karena isinya banyak dan harganya murah. Namun, saran saya, jangan terburu-buru membeli Starbucks kemasan 1L, sebab rasa minumannya berbeda dengan minuman yang reguler.

Jadi begini, misalnya kita membeli Cafe Latte ukuran grande dan Cafe Latte ukuran 1L. Meskipun nama minumannya sama, mereknya sama—sama-sama Cafe Latte Starbucks—keduanya memiliki rasa yang berbeda. Kemasan yang 1L teksturnya lebih encer, terasa lebih banyak susunya dan kurang nendang. Saya pernah menghabiskan 1L latte kemasan botol dalam sehari. Bukannya mata melek, yang ada perut kembung.

Jika kalian termasuk orang yang mementingkan kualitas ketimbang merek dagang, sebaiknya hindari menu literan ini. Lagian sudah berani masuk Starbucks, mosok memilih kemasan 1L demi hemat? Kalau prinsip hidup kalian frugal living, sebaiknya nyeduh kopi sendiri di rumah atau minum air mineral galonan, deh. Lebih sehat dan murah. Hehehe.

Baca halaman selanjutnya: Permen lolipop Starbucks…

#3 Permen lolipop Starbucks

Saat berada di depan kasir Starbucks, kalian pasti pernah melihat lolipop yang dibungkus warna-warni dengan gambar lucu. Permen tersebut dijual, ya, bukan digunakan untuk menggenapi kembalian kalau kasirnya nggak punya recehan. Bukan juga untuk pajangan, lho.

Meski bungkusannya warna-warni dan memikat mata, saran saya, sebaiknya hindari membeli lolipop Starbucks. Selain harganya terlalu mahal, Rp18 ribu/pcs (kalau diskon jadi Rp10 ribu), rasa permennya B aja. Menurut saya malah lebih enak lolipop Chupa Chups yang dijual Indomaret seharga Rp2 ribuan.

Pokoknya paling bener ke Starbucks tuh buat ngopi, Rek, bukan ngemut permen.

#4 Semua minuman yang susunya diganti di Starbucks

Di Starbucks, pilihan untuk mengganti fresh milk dengan oat milk, susu kedelai, dan susu rendah lemak lainnya sebenarnya sudah ada sejak lama, tapi baru ngetren belakangan ini. Mayoritas minuman yang susunya diganti oat milk memang cenderung lebih enak dan katanya lebih sehat.

Saya memasukkan minuman yang susunya diganti sebagai menu red flag memang bukan karena rasanya, tapi karena harganya yang wow sekali. Kita harus bayar uang tambahan Rp16 ribu hanya untuk mengganti fresh milk dengan oat milk atau susu sehat lainnya. Sebagai perbandingan, Point Coffee hanya meminta pelanggan membayar Rp8 ribu kalau kita mengganti fresh milk dengan oat milk.

Saya paham, menu di Starbucks memang mahal, tapi Rp16 ribu hanya untuk oat milk yang jumlahnya nggak sampai 350ml itu keterlaluan mehongnya. Mending sekalian bawa Oatside sendiri dari rumah nggak, sih?

#5 Teh

Suatu hari saya pernah bosan minum kopi dan meminta rekomendasi dari barista Starbucks minuman non-coffee yang segar. Mas baristanya menyarankan saya untuk mencoba Iced Shaken Lemonade Tea yang diblend dengan susu. Sebagai pelanggan yang percaya dengan cita rasa barista Starbucks, saya sih oke-oke saja dan memesan minuman tersebut.

Saat dilihat, tampilan minumannya memang cantik. Tapi begitu saya seruput, rasanya malah mengingatkan saya pada es mega mendung yang dijual di warkop dengan harga Rp10 ribuan. Bukannya apa, tapi jujur saja, minum es seharga Rp55 ribu dengan rasa Rp10 ribu tuh membuat hati saya cenat-cenut, agak kecewa juga.

Berdasarkan pengalaman tersebut, rasanya nggak berlebihan kalau saya menempatkan teh Starbucks sebagai minuman yang sebaiknya dihindari demi keselamatan kantong dan kesehatan mental kalian. Namun sebenarnya pengalaman membeli Iced Shaken Lemonade Tea with Fresh Milk tersebut bukan satu-satunya alasan saya menempatkan teh sebagai menu Starbucks yang perlu dihindari.

Saya juga pernah mencoba teh-teh Starbucks yang lain seperti Camomile, English Breakfast, dan Early Grey Tea. Semua tehnya sih enak dan terasa premium. Tapi kalau saya renungkan kembali, ngapain sih repot-repot ke coffee shop tapi pesan es teh? Teh mah bisa dibuat sendiri di rumah. Kalau ke Starbucks, ada baiknya membeli minuman yang membutuhkan skill barista supaya kita nggak rugi-rugi amat sudah bayar mahal. Bukannya begitu?

Itulah beberapa menu red flag Starbucks yang sebaiknya dihindari. Sekali lagi, ini menurut pengalaman saya, ya. Kalau uang kalian turah-turah mah bebas aja. Mau beli lolipop Starbucks satu karton juga nggak masalah. Palingan nanti gigi kalian sakit aja, sih.

Penulis: Tiara Uci
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA 7 Minuman Starbucks yang Jarang Dipesan padahal Rasanya Enak.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Exit mobile version