Bengkel AHASS, secara standar, sama. Tapi, lagi-lagi, beda tangan beda hasil.
Motor mulai batuk-batuk, tarikan mesin terasa berat, itu tandanya harus segera pergi ke bengkel. Aturan sih pergi ke bengkel ini seharusnya dilakukan secara rutin. Dengan kata lain, jangan nunggu sampai motor meriang. Tujuannya, biar terhindar dari kerusakan yang lebih besar. Tahu sendiri kan bagaimana si kuda besi kalau sudah ngambek? Dia nggak segan-segan melubangi dompet kita.
Untuk urusan pergi ke bengkel, tentu setiap orang memiliki preferensi yang berbeda-beda. Bagi mereka yang lebih memilih pergi ke bengkel resmi, saya yakin sebagian besar alasannya adalah karena faktor trust. Mereka percaya bahwa hasil garapan bengkel resmi ini lebih oke karena sudah terstandardisasi. Untuk urusan ganti onderdil pun, mereka bisa dapat onderdil asli. Intinya, secara kualitas, bengkel resmi dianggap lebih terjamin dibanding bengkel umum.
Meskipun demikian, kerasa nggak sih kalau kualitas bengkel resmi itu beda-beda? Contohnya, bengkel AHASS Honda. Beda bengkel AHASS, beda pula kualitasnya. Saya pikir cuma saya yang merasakannya. Ternyata, banyak pula yang merasakan hal yang sama. Kira-kira kenapa, ya?
Daftar Isi
Syarat menjadi mitra AHASS Honda
Sebelum menggali lebih dalam kenapa beda AHASS beda pula kualitasnya, mari kita simak dulu bagaimana sebenarnya proses awal kemitraan bengkel AHASS ini. Berdasarkan artikel ini, untuk bisa bergabung menjadi bengkel mitra AHASS, calon mitra harus menyiapkan dana sebesar 120 juta. Sumber lain menyebut 250 – 500 juta. Entah mana yang benar, di laman AHASS nggak ada soalnya.
Masih dari sumber artikel yang sama, benefit yang akan didapatkan mitra yaitu tenaga kerja, meliputi 2 montir dan 1 petugas front desk. Selain itu, mitra juga akan mendapat berbagai perlengkapan pendukung, seperti bike lift, oil drain, mesin gerinda, kompresor, dll. Peralatan administrasi dan produk suku cadang juga disediakan.
Oh, ya, ada syarat minimal luas lahan atau bangunan yang mitra harus penuhi, yaitu luasnya minimal 5×13 meter persegi.
AHASS punya standardisasi
Kembali ke pertanyaan kenapa beda bengkel AHASS beda pula kualitasnya. Untuk bisa menjawab pertanyaan ini, saya mencoba untuk bertanya ke kawan saya yang punya usaha bengkel. Dia juga kenal dengan banyak mekanik resmi AHASS, bahkan pemilik AHASS.
Menurut penuturan kawan saya, sejatinya AHASS sama seperti franchise pada umumnya yang memiliki standardisasi, baik untuk peralatan maupun sumber daya. Untuk mekanik, misalnya. Demi memastikan kualitas pelayanan yang terbaik bagi konsumen, kompetensi mekanis AHASS distandardisasi dan terus diperbaharui secara berkala. Mulai dari memperkuat skill penanganan teknis sepeda motor, hingga pengetahuan produk dan teknologi sepeda motor Honda terbaru.
Pelatihan untuk mekanik pun dilakukan secara terukur dan terintegrasi antar level. Pelatihan tersebut meliputi sisi perawatan, perbaikan, diagnosa dan penanganan permasalahan untuk memberikan solusi terbaik di setiap kondisi sepeda motor konsumen. Gongnya yaitu adanya uji kompetensi mekanik AHASS yang pelaksanaannya diawasi dan dikalibrasi oleh AHM setiap tahun.
Manusia adalah kunci
Nah, dengan standardisasi yang dilakukan oleh AHASS, seharusnya tiap bengkel memiliki kualitas yang sama. Namun kenyataannya, standardisasi hanyalah alat. Sebagus apa pun standardisasi AHASS, manusia juga lah yang pegang kendali.
Mekanik, misalnya. Meskipun memiliki ilmu yang sama, meski telah melakukan serangkaian tes uji kompetensi, hasil servisannya pasti akan berbeda-beda. Jam terbang serta kepekaan terhadap mesin tidak bisa bohong. Itulah yang kemudian jadi salah satu penyebab perbedaan kualitas pada bengkel AHASS. Ibarat orang masak, meskipun resepnya sama, tapi rasanya akan berbeda di tangan orang yang berbeda.
Itu baru ngomongin soal mekanik, yang berarti berkaitan dengan kualitas hasil servisan. Belum bicara tentang kualitas kepala bengkel, termasuk pelayanan front desk yang tentunya tiap bengkel AHASS beda-beda keramahan dan kesabarannya dalam melayani pelanggan. Singkatnya, AHASS bisa saja punya standardisasi, tapi manusia adalah kunci.
Faktor pemilik berpengaruh
Yang tidak kalah penting dalam menciptakan perbedaan kualitas bengkel AHASS yang satu dengan yang lain, yaitu faktor pemilik. Bagaimana manajemen yang diterapkan oleh pemilik akan berpengaruh terhadap kualitas bengkel. Manajemen yang baik akan membuat sistem dalam bengkel berjalan dengan baik. Sebaliknya, manajemen yang buruk hanya akan membuat bengkel seperti kapal yang kehilangan nakhoda.
Contoh, ada salah satu bengkel AHASS di kota saya yang pemiliknya dikenal galak. Tentu saja galaknya bukan ke customer, ya, tapi ke karyawan yang ada di dealer, termasuk mekanik. Alhasil, mekanik di dealer tersebut datang dan pergi. Padahal, mekanik adalah nyawanya bengkel. Mencari mekanik yang handal juga gampang-gampang susah.
Pemilik juga berperan penting dalam menciptakan inovasi-inovasi yang bisa mendukung peningkatan kualitas bengkel. Apalagi, bengkel resmi AHASS itu tersebar di mana-mana. Butuh inovasi untuk membedakan bengkel tersebut dengan bengkel-bengkel AHASS yang lain. Jadi, meskipun judulnya ‘franchise’, bukan berarti pemilik usaha bisa santai dan nggak perlu putar otak, ya~
Pada akhirnya, ketika kita bicara kualitas bengkel, pelangganlah penilai yang utama. Bukan tim penilai, bukan pula serangkaian tes uji kompetensi. Indikatornya mudah. Di mana bengkel yang ramai, di situ pasti kualitas yang berbicara. Mau bengkel resmi ataupun bengkel umum, sama saja rumusnya.
Penulis: Dyan Arfiana Ayu Puspita
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA 4 Hal yang Tak Ingin Kalian Dengar Saat Servis di Bengkel AHASS, Bikin Senam Jantung!