Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Kampus Pendidikan

Menjamurnya Bimbel Bukan karena Pendidikan Kita Ampas, tapi karena Mengajar di Bimbel Memang Lebih Mudah

M. Afiqul Adib oleh M. Afiqul Adib
12 November 2025
A A
Ikut Bimbel untuk Masuk PTN Itu Sebenarnya Tidak Perlu-perlu Banget, kecuali...  

Ikut Bimbel untuk Masuk PTN Itu Sebenarnya Tidak Perlu-perlu Banget, kecuali...  

Share on FacebookShare on Twitter

Beberapa waktu lalu saya membaca tulisan Alban Hogantara yang berjudul “Menjamurnya Bimbel Adalah Bukti Kualitas Pendidikan di Indonesia Memang Ampas.” Awalnya saya manggut-manggut, merasa setuju. Tapi setelah membaca sampai akhir, saya merasa perlu membantah. Bukan karena saya merasa lebih tahu, tapi karena memang persoalannya tidak sesederhana itu.

Benar, bimbel memang menjamur. Tapi menganggap itu semata karena kualitas pendidikan formal buruk adalah kesimpulan yang terburu-buru.

Salah satu argumen yang ia lontarkan adalah bahwa tutor bimbel sering kali lebih kompeten dibanding guru di sekolah. Padahal, kalau dicermati, banyak guru sekolah yang juga merangkap jadi pengajar bimbel setelah pulang. Bahkan kadang muridnya sama persis, hanya beda tempat dan suasana.

Dan menariknya, hasilnya bisa sangat berbeda. Murid yang di sekolah terlihat pasif, tiba-tiba jadi aktif di bimbel. Murid yang di kelas susah paham, di bimbel malah bilang, “Oh, jadi gini toh, Pak?” Padahal yang ngajar orangnya sama.

Kalau begitu, masalahnya bukan di gurunya. Tapi di konteks dan keadaan tempat belajar itu sendiri.

Mari membandingkan

Jika kita mau adil, mari coba kita bandingkan. Di sekolah, guru menghadapi kelas besar, 30–40 murid dengan berbagai karakter. Ada yang niat belajar, ada yang cuma numpang hadir, bahkan ada yang berangkat hanya biar nggak dimarahi orang tua. Kadang satu-dua murid seperti ini saja sudah cukup membuat suasana kelas berantakan.

Kami di dunia mengajar sering menyebutnya murid tipe ini dengan istilah “dibakar nggak nyala, disiram nggak basah”, iya, diapa-apakan tetap nggak ada reaksi. Dan menghadapi tipe murid seperti ini, jangankan guru, malaikat pun mungkin bisa stres.

Sementara di bimbel, murid yang datang sudah punya motivasi. Mereka datang dengan kesadaran ingin memperbaiki nilai, ingin paham materi, atau sekadar ingin mengejar target ujian. Guru bimbel tidak perlu membujuk agar murid fokus, karena muridnya memang sudah fokus dari awal.

Baca Juga:

Keluh Kesah Alumni Program Akselerasi 2 tahun di SMA, Kini Ngenes di Perkuliahan

4 Dosa Bimbel terhadap Dunia Pendidikan: Kesejahteraan Guru Diabaikan, Esensi Belajar Dilupakan

Iya, memang sudah beda sejak dari pikiran. Karena itu, hasilnya juga beda.

Kurikulum tak bisa sekadar copy-paste

Selain itu, kurikulum bimbel dan sekolah juga tidak bisa dibandingkan mentah-mentah. Bimbel bekerja untuk memenuhi target nilai saja: langsung menuju inti persoalan, fokus pada latihan soal dan trik cepat.

Sedangkan, sekolah tidak bisa begitu. Sekolah punya beban administratif, tanggung jawab kurikulum nasional, dan tujuan pendidikan yang lebih luas: membentuk karakter dan kompetensi jangka panjang.

Sekolah bukan cuma tempat menyiapkan ujian, tapi juga tempat menyiapkan kehidupan. Maka wajar kalau prosesnya lebih kompleks dan kadang tampak “tidak efisien”. Sederhananya, guru datang ke sekolah itu bukan hanya sekadar mengajar, tapi juga mendidik.

Bimbel dan sekolah itu dua hal berbeda

Dengan uraian di atas, saya kira kita bisa sepakat satu hal, bahwa bimbel dan sekolah itu sesuatu yang memang berbeda. Dan tidak ada hubungan kausalitasnya.

Jadi, ketika bimbel terlihat lebih efektif, bukan berarti sekolah gagal. Bimbel itu bekerja dalam ekosistem yang sudah siap: muridnya siap, metodenya fleksibel, dan tujuannya sempit, yakni paham materi dan mengatrol nilai.

Sementara sekolah beda, Ia bekerja di medan yang lebih berat, menampung semua jenis murid, dari yang jenius sampai yang malas luar biasa. Maka jangan disamakan. Kalau bimbel terlihat cemerlang, itu bukan karena pendidikan nasional kita ampas, tapi karena mengajar di bimbel memang jauh lebih mudah.

Kadang bukan gurunya yang lemah, tapi situasinya yang memang melelahkan. Dan di antara teori, kurikulum, dan motivasi yang naik-turun, satu hal yang pasti, bahwa keberhasilan pendidikan itu bukan hanya diukur dari nilai di atas kertas, melainkan juga proses yang sudah dilalui, dan apa-apa saja yang sudah berubah dari karakter dan pemahaman peserta didik.

Memang pendidikan Indonesia masih belum maksimal, tapi membandingkan dengan bimbel tentu hal yang nggak setara. Dan, maaf saja, nggak ada hubungannya.

Penulis: M. Afiqul Adib
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Jangan Mudah Terbujuk Program Bimbel karena Nggak Menjamin Masuk Sekolah Impian dan Bisa Burnout

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 12 November 2025 oleh

Tags: biaya di bimbelbimbelkurikulumkurikulum bimbelSekolah
M. Afiqul Adib

M. Afiqul Adib

Seorang tenaga pendidik lulusan UIN Malang dan UIN Jogja. Saat ini tinggal di Lamongan. Mulai suka menulis sejak pandemi, dan entah kenapa lebih mudah menghapal kondisi suatu jalan ketimbang rute perjalanan.

ArtikelTerkait

Ironi Dusun Bunten, Daerah Terpencil di Bojonegoro yang Jarang Diketahui Orang dan Nyaris Tidak Pernah Dikunjungi Pejabat Daerahnya

Dusun Bunten Bojonegoro, Dusun Ironis yang Nyaris Tidak Pernah Dikunjungi Pejabat Daerahnya

4 Februari 2024
Sisi Terang dari Pemasangan Banner Daftar Siswa yang Diterima PTN oleh Sekolah

Sisi Terang dari Pemasangan Banner Daftar Siswa yang Diterima PTN oleh Sekolah

4 Agustus 2023
Tadika Mesra Harusnya Mengajarkan Upin Ipin dan Kawan-kawannya 5 Pelajaran Ini. Anak-anak Jangan Disuruh Menangkap Hewan dan Bikin Maket Terus!

Tadika Mesra Harusnya Mengajarkan Upin Ipin dan Kawan-kawannya 5 Pelajaran Ini. Anak-anak Jangan Disuruh Menangkap Hewan dan Bikin Maket Terus!

19 Juni 2024
10 Perbedaan Kehidupan Anak SMA Korea dan Indonesia Terminal Mojok

10 Perbedaan Kehidupan Anak SMA Korea dan Indonesia

13 Maret 2022
5 Cara Pengurus Pesantren Membangunkan Santri (Visual Karsa, unspalsh.com) dukuh babakan

5 Cara Pengurus Pesantren Membangunkan Santri Menjelang Salat Subuh

5 Juni 2022
Ikut Bimbel untuk Masuk PTN Itu Sebenarnya Tidak Perlu-perlu Banget, kecuali...  

Ikut Bimbel untuk Masuk PTN Itu Sebenarnya Tidak Perlu-perlu Banget, kecuali…  

28 Juli 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Banyuwangi: Ditinggal Ngangeni, Ditunggui Bikin Sakit Hati

Banyuwangi: Ditinggal Ngangeni, Ditunggui Bikin Sakit Hati

20 Desember 2025
Tips Makan Mie Ongklok Wonosobo agar Nggak Terasa Aneh di Lidah

Tips Makan Mie Ongklok Wonosobo agar Nggak Terasa Aneh di Lidah

22 Desember 2025
Desa Sumberagung, Desa Paling Menyedihkan di Banyuwangi (Unsplash)

Desa Sumberagung, Desa Paling Menyedihkan di Banyuwangi: Menolong Ribuan Perantau, tapi Menyengsarakan Warga Sendiri

22 Desember 2025
Perlintasan Kereta Pasar Minggu-Condet Jadi Jalur Neraka Akibat Pengendara Lawan Arah

Perlintasan Kereta Pasar Minggu-Condet Jadi Jalur Neraka Akibat Pengendara Lawan Arah

24 Desember 2025
4 Alasan Orang Jakarta Lebih Sering Liburan ke Bogor daripada ke Pulau Seribu

4 Alasan Orang Jakarta Lebih Sering Liburan ke Bogor daripada ke Pulau Seribu

25 Desember 2025
Linux Menyelamatkan Laptop Murah Saya dari Windows 11, OS Paling Menyebalkan

Linux Menyelamatkan Laptop Murah Saya dari Windows 11, OS Paling Menyebalkan

24 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa
  • Sempat “Ngangong” Saat Pertama Kali Nonton Olahraga Panahan, Ternyata Punya Teropong Sepenting Itu
  • Pantai Bama Baluran Situbondo: Indah tapi Waswas Gangguan Monyet Nakal, Itu karena Ulah Wisatawan Sendiri
  • Talent Connect Dibimbing.id: Saat Networking Tidak Lagi Sekadar Basa-basi Karier
  • Ironi Perayaan Hari Ibu di Tengah Bencana Aceh dan Sumatra, Perempuan Makin Terabaikan dan Tak Berdaya
  • Kisah Kelam Pasar Beringharjo Jogja di Masa Lalu yang Tak Banyak Orang Tahu

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.