Menjadi Pecinta Alam Tanpa Naik Turun Gunung

pecinta alam

pecinta alam

Pernah lihat para “pecinta alam”. Itu loh yang kerjaannya naik turun gunung. Kelihatan keren dan pemberani ya. Melihat keindahan alam, naik ke gunung, pergi ke pantai, atau kemah di hutan sambil selfie cantik dengan smartphone flagship. Sungguh, mereka adalah contoh orang-orang kurang kerjaan, capek-capek naik gunung, begitu sampai puncak cuma selfie terus turun lagi.

Mungkin ada sebagian dari kalian yang iri dengan mereka para “pecinta alam”. Mungkin juga, ada salah seorang dari kalian yang pengen ikutan naik gunung, melihat samudera awan, dan mencapai puncak bareng pasangan.

Tapi apa daya, tidur aja masih sekamar sama emak, duit buat beli perlengkapan juga tak pernah ada. Jangankan buat beli perlengkapan naik gunung, internet saja masih sering minta tetering temen. Belum lagi kondisi badan yang tak sesuai untuk naik gunung. Lha wong jalan ke masjid yang cuma 75 meter saja ngos ngosan kok.

Saya juga kepengen sebenarnya. Menikmati keindahan alam, berada di hutan terus teriak sekerasnya biar kayak zafran di film 5 cm. Tapi, setelah melihat kondisi dompet, saya sadar kemana saya harus pergi ketika liburan. Yak benar, tak ada pilihan lain selain rebahan seharian di dalam kamar. Sambil nonton story WhatsApp dan Instagram temen yang foto berlatar samudera awan memegang tulisan “SUMBING 3357 Mdpl”. Duh, jadi makin ngiri aja sama para “pecinta alam”.

Tapi, tahukah kalian? Tahukah kalian definisi alam? Nih saya copy-kan dari kbbi online, alam adalah segala yang di langit dan bumi, alam adalah segala sesuatu yang termasuk lingkungan, alam adalah segala yang bukan buatan manusia. Dari definisi bisa diambil poin bahwa alam adalah segala sesuatu ciptaan tuhan yang ada di langit dan bumi.

Berdasarkan definisi, ternyata alam gak melulu soal gunung dan tempat tempat indah. Definisi alam yang saya comot dari kbbi online sama sekali tidak memuat kata indah ataupun instagramable.

Buat kalian yang senasib dengan saya, kita bisa kok cinta alam tanpa harus naik turun gunung. Kita coba dengan hal-hal kecil di sekitar yang bisa kita lakukan sehari-hari. Mencintai kamu misalnya.

Kita bisa coba dengan selalu menjaga kebersihan. Ketimbang naik gunung terus nyampah di sana, mending stay di sini bersihin lingkungan sekitar. Minimal bersihin lingkungan sekitar rebahan yang biasanya gak keurus. Lihatlah tempat kalian biasanya rebahan, ada bangkai cicak, kotoran tokek, dan beberapa pakaian yang tak pernah disetrika. Kolong dipan juga sebaiknya dibersihin, tengoklah debu yang sudah setebal buku paket fisika karya Marthen Kanginan itu.

Selanjutnya, kalian bisa ikut berpartisi pasi dalam upaya mengurangi polusi udara. Cara yang paling mudah adalah dengan naik kendaraan umum setiap berpergian dan jalan kaki ke warung yang jaraknya kurang dari 100 meter. Ngapain sih, cuma ke warung kok naik sepeda motor. Kecuali memang warungnya ada di luar kota. Itu sih silakan naik bus antar kota, monggo.

Banyak temenku para “pecinta alam” yang ngaku cinta alam tapi ke warung masih naik sepeda motor. Padahal setiap mengunggah foto di sosial media dia pamer udara segar pegunungan. Bagiku kalau mau udara kita segar, kita harus mengurangi polusi dan cara yang paling mudah ya jalan kaki.

Masih mau jadi pecinta alam? Kita bisa mulai dengan buang sampah pada tempatnya. Kalian pasti sering pas masuk kelas terus lihat laci meja. Ada tisu, bungkus jajan, sisa makanan, gelas bekas air mineral, kertas ulangan yang nilainya nol, dan lain sebagainya. Ironisnya, mereka yang ngaku “pecinta alam” tak ada yang mau sukarela ngebuang sampah tersebut. Ngapain juga ngebuang itu sampah, bukan di laci mejaku juga. Lagi pula, hari ini bukan jadwalku piket kelas.

Haissh taik. Jauh jauh ke gunung kok masih gitu gitu aja. Gak ada peningkatan. Masih mending tetanggaku, malam suro ke gunung lawu, pas pulang sampai di rumah udah ada panggilan kerja dari perusahaan sekitar. Setidaknya ada perubahan yang terjadi setelah naik gunung. Jangan hanya naik gunung biar dicap “pecinta alam”.

Buat yang belum pernah naik gunung tak perlu berkecil hati. Tak perlu minder dengan mereka yang tiap weekend muncak. Kalau hanya pengen jadi pecinta alam kita bisa memulainya di lingkungan sekitar karena wujud paling dasar dari cinta adalah keinginan untuk terus menjaga. (*)

BACA JUGA Menjadikan Orang Hilang Sebagai Strategi Marketing: Kreativitas yang Kebablasan atau tulisan Mahmud Khabiebi lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version