Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Gaya Hidup Kesehatan

Mengurangi Sampah Plastik Ketika Lebaran, Kenapa Tidak?

Andrian Eksa oleh Andrian Eksa
8 Juni 2019
A A
Setiap Orang Punya Nama, Kenapa Masih Memanggil dengan Profesi? terminal mojok.co

Setiap Orang Punya Nama, Kenapa Masih Memanggil dengan Profesi? terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Pagi tadi—ketika mengantar ibu ke pasar—saya melihat seorang pemulung menyisir jalanan depan pasar. Di punggungnya, sebuah karung besar hampir penuh. Dia memungut setiap sampah plastik yang ditemuinya. Sepertinya, dia tidak mendapat kesusahan. Selain pasar yang masih sepi—sehingga memudahkan mobilitasnya—sampah plastik di sana pun berlimpah. Fenomena tersebut, langsung mengingatkan saya kepada seorang teman.

Kemarin saya membaca status WhatsApp seorang teman. Dia adalah penganut mahzab sedotan stainless dan tupperwere everywhere. Dia mengabarkan kepada warga WhatsApp kalau di hari raya ini, bapaknya berperilaku menarik. Tidak seperti biasanya.

Kata teman saya—dalam statusnya—sang Bapak menyuruhnya menyisihkan gelas-gelas plastik bekas minum dalam wadah tersendiri. Bapaknya pun menambahkan, kalau sampah plastik itu susah terurai di dalam tanah. Jadi lebih baik biar diambil pengepul. Teman saya senang bukan main. Mungkin sebentar lagi sedotan stainless akan masuk ke desa, katanya.

Kabar baik ini pun mengingatkan saya pada perilaku warga desa di sini. Pasalnya, beberapa tahun terakhir, warga desa saya seolah mencari praktisnya. Setiap ada hajatan seperti Sadranan dan Lebaran, pasti beli air minum dalam kemasan (AMDK)—baik gelas maupun botol. Warga desa pasti membeli produk-produk, seperti Aqua, Teh Gelas, Fanta, Coca-Cola, Big Cola, dan Sprite dalam jumlah yang lumayan banyak.

Imbasnya, setiap rumah warga desa saya, setiap harinya akan mempunyai sampah plastik. Sedangkan untuk perayaan hari raya seperti saat ini, di desa saya bisa berlangsung selama berhari-hari. Artinya, setiap rumah berpotensi menyumbangkan sampah plastik ke dalam bumi kita dalam jumlah yang tidak sedikit.

Mengerikannya lagi, perilaku membeli AMDK tidak hanya dilakukan oleh warga desa, tapi hampir semua warga di daerah saya, Boyolali. Bisa kamu bayangkan, jika hal tersebut, dilakukan pula oleh warga di daerah lain, seperti daerahmu, misalnya. Berapa banyak lagi plastik yang mesti ditanggung bumi kita? Pasti lebih berat dari rindumu padanya, kan, Budak Cinta?

Jika dibayangkan saja memang akan  sangat banyak dan sangat mengerikan. Akan tetapi, jika kita mulai menyadari bahwa plastik akan merusak bumi dan mengerti cara mengurangi dampaknya, sedikit demi sedikit beban itu akan berkurang. Meskipun sebenarnya tidak berkurang juga sih, tapi kan setidaknya, kita tidak menambahinya.

Di dalam keluarga, babagan seperti ini, saya mengandalkan ibu. Jauh sebelum ada mahzab sedotan stainless dan tupperwere everywhere, ibu saya sudah sigap menyisihkan sampah-sampah plastik. Bukan karena ibu saya paham dampak mengerikan dari plastik. Apalagi mempraktikkan perilaku zero waste. Istilahnya saja ibu sangat asing—di luar bahasanya yang asing.

Baca Juga:

Ketika Ibu Rumah Tangga Bisa Membeli Rumah dari Mengumpulkan Sampah

Bukan karena Rasanya Enak, Biskuit Khong Guan Dibeli karena Bisa Memberi Status Sosial

Perilaku baik ibu dilandasi oleh kebutuhan keluarga. Ibu begitu paham, plastik-plastik tersebut kalau sudah terkumpul, harga jualnya lumayan. Bisa untuk membeli lauk makan atau diberikan kepada anak-anaknya untuk jajan.

Ibu saya yang bekerja sebagai tukang kebun di sebuah sekolah dasar, setiap pagi membawa pulang sampah-sampah plastik. Dikumpulkan dalam karung besar dan ditaruh di samping rumah. Setiap karung tersebut sudah dipenuhi oleh plastik dan seorang pengepul datang ke rumah, ibu akan menjualnya. Kebiasaan tersebut masih dijaga sampai hari lebaran ini. Jadi kami secara tidak sadar, ibu saya berperan aktif dalam upaya meminimalkan sampah plastik di muka bumi.

Perilaku ibu saya tidak berbeda dengan bapak teman saya. Meskipun pemahamannya berbeda. Bapak teman saya secara sadar memahami dampak sampah plastik, sedangkan ibu saya secara sadar memahami menguntungkannya sampah plastik.

Seandainya saja, warga desa saya berperilaku yang sama dengan ibu atau bapak teman saya, pasti sampah plastik di momen lebaran ini bisa diminimalkan. Selain itu, para pengepul plastik akan kegirangan. Sekalinya keliling desa saya, para pengepul akan mendapatkan sampah plastik yang banyak. Tidak perlu memilah-milah di tempat sampah—seperti seorang pemulung.

Lagipula, saya rasa hampir di setiap desa terdapat tulisan, “Pemulung Dilarang Masuk!” Meskipun sebenarnya, kehadiran pemulung bisa sangat membantu mengurangi sampah di sebuah desa. Akan tetapi, alasan pelarangannya pasti ada.

Saya hanya sekadar mengira-ira, barangkali pemulung dilarang masuk, karena warga desa menyimpan dua kecemasan. Pertama, kecemasan akan adanya pencurian bermodus pemulung. Hal ini bisa saja terjadi, karena pemulung datang dan mengambil sampah yang masih berguna, lalu pergi begitu saja. Sama seperti seorang pencuri.

Kedua, kecemasan akan nilai ekonomi. Lagi-lagi saya teringat Pakde Yasraf Amir Piliang. Pakde Piliang mengatakan, selain beralih kepada homo homini animalis, manusia hari ini telah terjebak pada homo economicus. Semua gerak laku hidupnya dikendalikan oleh nilai ekonomi. Warga khawatir kalau plastik-plastik tersebut dipungut oleh pemulung, mereka tidak mendapatkan nilai ekonomi apa-apa.

Contoh nyata dari homo economicus adalah ibu saya. Akan tetapi, bukankah hal demikian tidak menjadi soal? Kan yang penting bumi kita baik-baik saja. Bisa diminimalkan sampah plastiknya. Bebas dong cara berpartisipasinya. Saya sih ndukung ibu saya. La wong nanti uangnya buat jajan saya. He-he-he~

Terakhir diperbarui pada 17 Januari 2022 oleh

Tags: LebaranLingkunganSampah Plastik
Andrian Eksa

Andrian Eksa

Kelahiran Boyolali, 15 Desember. Saat ini sedang bergiat di Dolanan Anak Jogja.

ArtikelTerkait

asal-usul tradisi beli baju baru lebaran di banten mojok.co

Siapa sih yang Memulai Tradisi Beli Baju Baru Menjelang Lebaran?

20 Mei 2020
Wajar Ada Orang yang Mau Keluar Duit Ratusan Juta demi Masuk Polisi, karena Polisi Amat Dihormati di Lingkungan, Tak Peduli Pangkatnya Apa

Wajar Ada Orang yang Mau Keluar Duit Ratusan Juta demi Masuk Polisi, karena Polisi Amat Dihormati di Lingkungan, Tak Peduli Pangkatnya Apa

11 Januari 2025
Bagi-bagi Hampers Lebaran Bukan Budaya Kami Orang Desa. Budaya Kami Adalah Munjung mojok.co

Bagi-bagi Hampers Lebaran Bukan Budaya Kami. Budaya Kami Adalah Bagi-bagi Munjung

11 April 2024
wonogiri

Merayakan Hari yang Fitri di Wonogiri

5 Juni 2019
Derita Mahasiswa Saat Lebaran: Menerima THR Sungkan, Menolak pun Enggan

Derita Mahasiswa Saat Lebaran: Menerima THR Sungkan, Menolak pun Enggan

21 April 2023
10 Rekomendasi Hampers Lebaran yang Bisa Kamu Temukan di Tokopedia Terminal Mojok

10 Rekomendasi Seller Hampers Lebaran di Tokopedia

12 April 2022
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Daihatsu Gran Max, Si "Alphard Jawa" yang Nggak Ganteng, tapi Paling Bisa Diandalkan Mojok.co

Daihatsu Gran Max, Si “Alphard Jawa” yang Nggak Ganteng, tapi Paling Bisa Diandalkan

25 Desember 2025
Gak Daftar, Saldo Dipotong, Tiba-tiba Jadi Nasabah BRI Life Stres! (Unsplash)

Kaget dan Stres ketika Tiba-tiba Jadi Nasabah BRI Life, Padahal Saya Nggak Pernah Mendaftar

21 Desember 2025
Potensi Wisata Indramayu yang Belum Tergarap Maksimal (Wikimedia)

Potensi Wisata Indramayu yang Belum Tergarap Maksimal

21 Desember 2025
Perlintasan Kereta Pasar Minggu-Condet Jadi Jalur Neraka Akibat Pengendara Lawan Arah

Perlintasan Kereta Pasar Minggu-Condet Jadi Jalur Neraka Akibat Pengendara Lawan Arah

24 Desember 2025
Opel Blazer, Motuba Nyaman yang Bikin Penumpang Ketiduran di Jok Belakang

Opel Blazer, Motuba Nyaman yang Bikin Penumpang Ketiduran di Jok Belakang

23 Desember 2025
Harga Nuthuk di Jogja Saat Liburan Bukan Hanya Milik Wisatawan, Warga Lokal pun Kena Getahnya

Harga Nuthuk di Jogja Saat Liburan Bukan Hanya Milik Wisatawan, Warga Lokal pun Kena Getahnya

21 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa
  • Sempat “Ngangong” Saat Pertama Kali Nonton Olahraga Panahan, Ternyata Punya Teropong Sepenting Itu
  • Pantai Bama Baluran Situbondo: Indah tapi Waswas Gangguan Monyet Nakal, Itu karena Ulah Wisatawan Sendiri

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.