Katanya, setiap kemasan Milo punya rasa yang berbeda. Padahal kan mereknya sama. Kok bisa, ya?
Milo jadi salah satu minuman yang populer di masyarakat. Minuman yang satu ini nyaris nggak pernah absen dari daftar menu di tempat makan. Salah satu mitos yang menyelubungi popularitas produk ini adalah Milo Indonesia dan Malaysia punya rasa yang berbeda. Milo Malaysia dianggap lebih nikmat dibanding buatan Indonesia. Kalau ini sih saya setuju, dan sangat mungkin terjadi karena pabrikannya saja beda. Yang cukup mengusik ternyata rasa Milo buatan Indonesia juga berbeda tergantung kemasan. Hal ini kadang bikin saya kecewa dan merasa tertipu. Soalnya sekali waktu rasanya cocok di lidah, pas nyobain kemasan lain malah saya nggak suka. Saya kan jadi suuzan kalau Milo nggak becus menjaga kualitas produknya.
Milo tersedia dalam berbagai kemasan dan beragam varian. Ada yang bubuk, kotak, kaleng, cokelat, bahkan sereal. Untuk memuaskan rasa penasaran yang belum pernah terjawab, saya coba mencari tahu alasan kenapa rasa tiap kemasan ini bisa berbeda. Saya mengajak teman biar ada yang bisa diajak diskusi. Kami coba membandingkan setiap varian Milo yang bisa diminum, ada kemasan bubuk, kotak, dan kaleng.
Sekilas rasa
Sebelum memaparkan alasan kenapa rasanya bisa berbeda-beda, mari kita review sedikit berbagai varian minuman Milo. Barangkali jamaah Mojokiyah lupa sama rasanya.
Milo bubuk jadi varian yang paling serbaguna, bisa dibikin minuman hingga bahan baku kudapan. Menurut saya, Milo bubuk punya rasa yang paling pekat dan paling pahit dari varian lain yang saya coba. Kebetulan saya sedang punya stok Milo dari Singapura pemberian seorang teman. Dibandingkan pabrikan dari Indonesia, Milo pabrikan Singapura memang lebih pekat baik dari segi warna hingga rasa. Cokelatnya lebih terasa gitu, lebih pahit tapi justru saya lebih suka. Sedangkan produksi Indonesia cenderung lebih manis. Btw, Milo bubuk yang beredar tersedia dalam 2 jenis, yaitu Activ Go dan 3in1. Secara umum, varian 3in1 punya rasa yang lebih manis dan bertekstur lebih creamy daripada varian Activ-Go.
Konon, ada trik khusus untuk membuat racikan Milo bubuk dengan rasa yang paling pas. Perlu ditambah susu bubuk, kental manis, atau krimer. Saya nggak tahu karena memang nggak pernah bikin Milo senjlimet itu.
Kalau Milo kotak punya rasa paling manis di antara varian lain yang saya coba. Menurut saya varian inilah yang paling mendekati rasa susu cokelat pada umumnya. Selain manis, varian ini juga menjadi yang paling creamy.
Yang terakhir adalah kemasan kaleng. Kebetulan saya coba yang varian original, bukan high calcium. Rasanya cukup aneh di lidah saya, mungkin kalau dinikmati dalam kondisi dingin akan lebih nikmat. Menurut saya dan teman saya, ada sensasi aneh dari Milo kemasan kaleng. Sekilas seperti air degan yang dikasih cokelat. Dibandingkan kedua varian yang sebelumnya, kemasan kaleng ini menawarkan tekstur yang lebih light, manis dan pahitnya paling nanggung. Cocok untuk kaum moderat yang menyukai opsi serba tengah-tengah.
Kurang lebih begini rangkuman hasil percobaan kami. Peringkat 1 adalah yang paling tinggi, dan 4 untuk yang paling rendah.
Bubuk Activ-Go | Bubuk 3in1 | Kotak | Kaleng Original | |
Tingkat Kemanisan | 3 | 2 | 1 | 4 |
Tingkat Kepahitan | 1 | 3 | 4 | 2 |
Kepekatan Tekstur | 1 | 2 | 4 | 3 |
Creaminess | 4 | 2 | 1 | 3 |
Alasan Milo punya rasa yang berbeda
Milo punya rasa khas yang membuatnya berbeda dari minuman susu dan cokelat pada umumnya. Anggapan bahwa Milo tergolong susu cokelat juga nggak bisa dianggap benar, soalnya komposisinya lebih kompleks. Setidaknya ada 3 komponen utama yang membuat Milo punya rasa yang khas banget yaitu susu, cokelat, dan malt.
Ternyata kalau kita mengamati komposisi di setiap jenis kemasan, kita akan menemukan persentase yang berbeda-beda dari ketiga bahan di atas. Selain itu, saya coba mengonfirmasi temuan ini dengan membuka website resmi Milo Indonesia. Berikut temuan saya:
Bubuk Activ-Go | Bubuk 3in1 | Kotak | Kaleng Original | |
Susu | Unknown | 30% | 10% | 4% |
Malt | 39% | 24% | 2,4% | 3,3% |
Bubuk Kakao | 5% | Unknown | 0,8% | 1,2% |
Saya menduga, malt membuat tekstur minuman menjadi lebih pekat dan kental. Susu membuat tekstur dan rasa minuman menjadi creamy. Sedangkan bubuk kakao bertanggung jawab membuat minuman lebih pahit. Maka terciptalah rasa-rasa khas Milo yang berbeda-beda seperti yang kita kenal.
Mungkin Milo memang mendesain produknya seperti itu biar konsumennya bisa menyesuaikan diri sendiri. Kalau mau minuman yang pekat, bisa memilih varian bubuk. Sedangkan yang mau Milo dengan tekstur lebih encer dan mudah ditelan, bisa pilih yang cair siap minum saja. Menurut saya kemasan kotak punya rasa yang cenderung manis dan paling creamy dibanding varian lain, mungkin biar cita rasanya cocok di lidah anak-anak. Mengingat anak-anak kan cenderung lebih suka mengonsumsi susu kotak. Kasihan kan kalau sedari kecil sudah dicekoki sama rasa pahit. Biarlah anak-anak menikmati yang manis-manis sebelum terpapar pahitnya kehidupan~
Penulis: Erma Kumala Dewi
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Jeniusnya Iklan Milo Terbaru dan Harapan untuk Kemajuan Iklan Komersial di TV.