Menguak Alasan Susahnya Mendapat Donor Plasma Konvalesen

Menguak Susahnya Mendapat Donor Plasma Konvalesen terminal mojok

Belakangan ini, kita sering melihat permintaan donor plasma konvalesen di media sosial, kan? Nah, donor plasma konvalesen ini merupakan metode pengambilan plasma darah dari penyintas Covid-19 untuk mempercepat pemulihan pasien Covid-19 dengan gejala berat yang sedang dirawat di rumah sakit. Penyintas Covid-19 ini memiliki antibodi Covid-19, jadi secara singkat, antibodi dari penyintas Covid-19 ditransfer ke pasien yang sedang berjuang agar segera pulih.

Tapi, dibandingkan donor darah reguler, banyak keluarga pasien Covid-19 yang sangat kesusahan untuk mendapatkan plasma darah dari penyintas Covid-19. Padahal sebagian besar permintaan plasma darah datang dari pasien Covid-19 yang sedang berada dalam keadaan kritis di rumah sakit. Sebagai (mantan) nakes, saya menuliskan sejumlah alasan kenapa plasma darah ini sulit sekali didapatkan.

#1 Kampanye donor plasma konvalesen kurang masif

Pandemi Covid-19 sudah berjalan lebih dari 18 bulan di Indonesia. Tapi, belum banyak orang yang tahu tentang terapi plasma konvalesen. Selama ini pemerintah masih fokus mengkampanyekan 3M (memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak) dan vaksinasi saja lewat spanduk, media massa, maupun platform lainnya yang dimiliki pemerintah. Saya lihat, pemerintah masih jarang melakukan ajakan untuk donor plasma konvalesen sehingga belum banyak masyarakat yang tahu.

Pemerintah harus lebih masif lagi melakukan ajakan donor plasma agar semakin banyak orang yang tahu informasi ini dan bersedia mendonorkan plasma darahnya untuk memenuhi permintaan plasma darah yang semakin banyak. Selain kampanye yang lebih masif, pemerintah pun harus melibatkan pejabat pemerintah atau figur publik penyintas Covid-19 dengan melibatkan mereka ketika donor plasma darah agar para penyintas Covid-19 lainnya memiliki keinginan untuk mendonorkan plasma darahnya.

#2 Tidak semua penyintas Covid-19 bisa mendonorkan darahnya

Saya yakin, rasa kemanusiaan dari penyintas Covid-19 ini sangat tinggi, terutama penyintas Covid-19 dengan gejala sedang atau gejala berat yang harus dirawat di rumah sakit. Sayangnya, meski para penyintas Covid-19 berniat untuk mendonorkan plasma darahnya di Palang Merah Indonesia terdekat, tidak semua bisa mendonorkan plasmanya. Syarat yang diajukan oleh Palang Merah Indonesia ini sangat ketat untuk menjamin keselamatan baik pendonor dan penerima donor plasma konvalesen.

Selain persyaratan umum yang terdapat pada donor darah reguler seperti kadar hemoglobin yang cukup dan tekanan darah standar, hanya penyintas Covid-19 dengan gejala sedang dan gejala berat saja yang dinilai memiliki antibodi Covid-19 yang layak. Calon pendonor plasma pun diharuskan sudah bebas gejala selama 14 hari setelah dinyatakan sembuh oleh dokter dengan membawa surat keterangan negatif Covid-19 berdasarkan tes Swab PCR. Calon pendonor plasma harus berusia 18-60 tahun, memiliki berat badan minimal 55 kg, tidak memiliki riwayat medis seperti sakit jantung, diabetes, ginjal, kanker, maupun penyakit kronis lainnya yang menular lewat transfusi darah seperti HIV/AIDS, hepatitis, dan malaria. Calon pendonor plasma diutamakan laki-laki, untuk calon pendonor plasma perempuan, diharuskan yang belum pernah hamil. Selain itu, calon pendonor plasma pun akan diambil sampel darahnya terlebih dahulu. Jika sampel darahnya dinilai baik, baru akan dijadwalkan untuk donor darah oleh petugas.

#3 Adanya keterbatasan SDM dan sarana prasarana di PMI

Selain dua alasan di atas, Palang Merah Indonesia juga memiliki jumlah petugas yang sangat terbatas, sehingga setiap ada permintaan plasma konvalesen, akan terjadi antrean panjang. Selain itu, jumlah mesin apheresis (mesin yang digunakan untuk memisahkan komponen darah yang dibutuhkan dan mengembalikan sisanya ke dalam tubuh pendonor) yang dimiliki oleh setiap kantor Palang Merah Indonesia ini sangat terbatas. PMI Kota Bandung saja hanya memiliki lima mesin apheresis, sehingga calon pendonor plasma yang mau mendonorkan plasma darahnya harus dijadwalkan terlebih dahulu oleh petugas agar tidak terjadi penumpukan antrean di PMI.

Itulah sejumlah alasan utama mengapa sulit sekali mendapatkan pendonor plasma konvalesen di Indonesia. Mudah-mudahan sehabis membaca ini, kalian para penyintas Covid-19 mau mendonorkan plasma darah di PMI terdekat di rumah kalian. Ayo, kita menolong sesama demi kemanusiaan!

BACA JUGA 6 Kudapan yang Sering Didapat setelah Donor Darah dan tulisan Raden Muhammad Wisnu lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.
Exit mobile version