Menghujat Motor Honda ADV 160, apalagi Membandingkannya dengan Honda BeAT, Adalah Blunder yang Harusnya Tak Pernah Terjadi

Menghujat Motor Honda ADV 160, apalagi Membandingkannya dengan Honda BeAT, Adalah Blunder yang Harusnya Tak Pernah Terjadi motor honda revo

Menghujat Motor Honda ADV 160, apalagi Membandingkannya dengan Honda BeAT, Adalah Blunder yang Harusnya Tak Pernah Terjadi (Shutterstock.com)

Mengkritik motor Honda ADV 160 itu nggak apa-apa, lumrah malah. Tapi ya nggak bawa-bawa Honda BeAT juga kalik

Dunia yang ideal, bagi saya, selain upah pekerja manusiawi, kesejahteraan yang merata, dan tak ada lagi diskriminasi ras dan gender, adalah manusia nggak polos-polos amat saat banding-bandingin motor. Pikiran ini muncul ketika saya baca artikel Honda ADV 160 yang ini di Terminal Mojok.

Saya tahu, mengejek sesuatu itu memang tak butuh akal sehat. Ia hanya butuh alasan, dan keluarlah ejekan itu. Cuman, untuk artikel ini, saya agak menyayangkan bagaimana bisa orang mengejek hal yang ia tak tahu.

Saya tahu, tulisan Mas Yanuar ini pengalaman pribadi. Dan review pribadi, itu valid, sebab datang dari pengalaman. Cuman, banyak bagian yang menurut saya amat mengganggu, sebab ada konteks-konteks yang hilang, bahkan tak tersebut.

Apalagi waktu bawa-bawa Honda BeAT dan argumen diskriminatif. Aduh, ya Tuhan.

Motor ada segmentasinya, pahami ini dulu

Ketika Mas Yanuar memasukkan argumen Honda ADV 160 ini nggak cocok untuk orang yang nggak tinggi, saya setuju. Tapi kalau itu dimasukkan sebagai kekurangan, saya nggak bisa setuju. Motor ini memang untuk orang yang tinggi. Orang yang tinggi badannya pas-pasan, memang harusnya nggak pakai motor ini. Disuruh pun harusnya menolak.

Ground clearance motor dibikin tinggi itu ada alasannya. Misal, motor macam ADV 160 jelas dibikin tinggi karena motor ini cocoknya buat touring. Touring kan bisa aja menemui segala jenis medan. Bisa jelek, bagus, dan sebagainya. Nah, ground clearance tinggi, bisa melibas medan yang nggak rata, menghindari air masuk, dsb. Segmen motor menentukan tinggi motor.

Itu perkara ground clearance, sekarang kita masuk ke perkara tinggi badan.

Kalau memang tinggi badanmu pas-pasan, ya jangan pake motor tinggi. Nggak usah Honda ADV 160, pakai Honda PCX pun belum tentu kalian bisa kok. Padahal Honda PCX itu ya nggak tinggi-tinggi amat sih. Saya nggak jinjit, padahal tinggi saya 170 cm. Nggak bisa dibilang tinggi banget lho itu, saya aja naik CBR 150 R agak jinjit kok.

Ini juga berlaku buat orang yang tinggi. Ya jangan pakai Mio atau BeAT, jelas tersiksa kalian.

Kalau kalian menganggap tinggi motor Honda ADV 160 adalah kekurangan, saran saya paham apa itu arti kata segmentasi serta kebutuhan. Saya takutnya kalian nanti bilang ground clearance tinggi adalah kekurangan mobil kayak Land Cruiser. Dimaki-maki kalian nanti.

Berat motor Honda ADV 160

Saya paling benci ngomongin berat motor karena ini semua perkara skill issue. Apalagi kalau pake argumen “angkat motor pas parkir”. Sumpah, semua itu ada caranya, bahkan nggak butuh tenaga besar. Serius, coba liat bagaimana tukang parkir menggeser motor. Mereka emang nggatheli, tapi mereka tahu betul cara efisien menggeser motor.

Honda ADV 160 itu nggak berat kok, kecuali Anda gotong. Tapi yo ngopo lho digotong.

Panjang motor Honda ADV 160

Alamak, kenapa ini dimasukin kekurangan sih?

Panjang motor, lagi-lagi, itu ada alasannya. Tolong lah, kalau emang nggak tahu, jangan menghakimi. Lha wong jualan motor Honda ADV 160 itu kan emang bisa selonjor. Jualannya itu, malah dianggap kekurangan. Lha gimana?

Nanti kalian bilang mobil LCGC kekurangannya adalah kecil, lha terus kon pie le dodolan? Mobile kudu segede Fortuner, tapi harganya di bawah 200 juta? Hak e hak e.

Perkara kenyamanan, saya rasa ini cukup subjektif. Tapi saya rasa memang untuk motor berbodi bongsor macam ADV, NMAX, dan Honda PCX memang tidak didesain untuk jarak pendek perkotaan. Kenyamanan motor ini baru terasa kalau kita menempuh jarak jauh dengan kecepatan lumayan tinggi yang konsisten. Saya sebagai pengguna PCX paham betul perkara ini. Menempuh 200 kilometer tiap minggu tanpa letih yang berarti sudah jadi bukti bahwa motor bongsor memang diciptakan untuk situasi seperti ini.

Saya pikir tidak tepat rasanya mengadili motor Honda ADV 160 tanpa tahu betul peruntukannya. Mengadili motor, bagi saya ya harus tepat sesuai kelas dan peruntukannya. Nilai Honda BeAT ketika berkendara jarak pendek perkotaan. Hakimi Honda ADV 160 di medan yang sesuai. Jangan dibalik, jelas nggak nemu titiknya.

Kita memang harus lebih cerdas lagi

Artikel kritik terhadap Honda ADV 160 ini bagi saya harusnya jadi penanda bahwa sebagai konsumen, kita baiknya punya pengetahuan sedikit tentang motor. Ada baiknya kita riset dikit sebelum beli atau mengendarai motor, agar tak lantas menghakimi. Jangan nilai kenyamanan Suzuki GSX 150, tapi nilai respons mesinnya, misal.

Kenapa ini penting, semata agar kita tidak mengutuk pabrikan secara serampangan. Pabrikan memang saya akui, kadang bikin produk yang bermasalah. Tapi bidik senapanmu ke sasaran yang tepat. Mosok ya menghakimi ADV, tolok ukurnya Honda BeAT, ya ra mashok to bosku.

Apakah motor Honda ADV 160 nyaman? Sebagai orang yang menggunakan motor yang mirip, saya bisa bilang, nyaman. Misal ada yang tak setuju, ya itu urusan dia. Tapi saya berani bilang bahwa “pembelaan” ini punya dasar yang lumayan kuat.

Dan ya sebaiknya tak hujat ADV 160, secara produk ini memang bisa dibilang bagus. Sebab, sekonyol apa pun kondisi ADV sekarang ini, jelas ada yang lebih konyol dan pantas untuk dihujat. Siapa lagi kalau bukan Suzuki Avenis.

Penulis: Rizky Prasetya
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Honda ADV150: Motor Matik Sempurna yang Mengalahkan Yamaha Nmax dan Aerox

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version