Beasiswa full funded tanpa ikatan dinas memang menjadi idaman bagi para pencari beasiswa. Selain biaya kuliah yang dibayarin, setiap bulan kita juga akan memperoleh uang tunjangan hidup yang jumlahnya cukup untuk hidup selama menempuh pendidikan di universitas tersebut. Setelah selesai studi pun kita tak perlu bekerja di instansi atau lembaga pemberi beasiswa tersebut. Enak, tho?
Kebetulan saya memiliki pengalaman sebagai awardee beasiswa Monbukagakusho (MEXT) dari pemerintah Jepang. Saya dibiayai kuliah S2 di salah satu universitas negeri di Jepang. Beasiswa MEXT yang saya peroleh merupakan beasiswa MEXT UtoU.
Berapa sih besarnya beasiswa MEXT full funded ini? Kita lihat sama-sama, ya.
Biaya kuliah yang dibayarin beasiswa MEXT
Sebelum menempuh S2, saya harus menjadi research student terlebih dahulu. Selama itu, saya mengikuti kuliah seperti mahasiswa Jepang sambil mempersiapkan ujian masuk S2. Ada minimal SKS yang harus diambil selama masa research student ini dan kita bebas memilih mata kuliah apa saja. Kalau saya sih dulu mengambil mata kuliah yang kira-kira akan saya ambil saat S2. Biaya kuliah selama research student ini tidak murah, lho. Syukurlah biaya ini dibayarin oleh MEXT.
Saat menjadi research student, kita dibimbing oleh dosen pembimbing yang kita pilih sesuai minat penelitian kita. Ujian masuk S2 yang dulu saya ikuti adalah ujian tertulis sesuai jurusan kita (dalam bahasa Jepang) dan wawancara oleh tiga dosen dari jurusan yang akan kita pilih (dalam bahasa Jepang). Singkat cerita, saya akhirnya lulus ujian ini dan resmi menjadi mahasiswa S2 di Jepang.
Berikut rincian biaya kuliah yang dibayarin oleh MEXT selama saya menempuh studi di Jepang.
Biaya kuliah selama menjadi research student:
• Biaya ujian: 9.800 yen
• Biaya masuk: 84.600 yen
• Biaya pendidikan selama 1 tahun: 2 semester x 178.200 = 356.400 yen
Total biaya selama research student adalah 450.800 yen (sekitar 54.096.000 rupiah)
Biaya kuliah selama S2:
• Biaya ujian: 30.000 yen
• Biaya masuk: 282.000 yen
• Biaya pendidikan selama 2 tahun: 4 semester x 267.900 = 1.071.000 yen
Total biaya kuliah selama S2 adalah 1.383.000 yen (sekitar 165.960.000 rupiah)
Jadi, total biaya kuliah selama research student dan S2 adalah 1.833.800 yen atau sekitar 220.056.000 rupiah (kurs 1 yen 120 rupiah). Kalau tanpa beasiswa, saya benar-benar harus membayar biaya kuliah ini, lho.
Oh iya, besar biaya kuliah tersebut hanya untuk kasus saya yang S2 di universitas negeri dengan jurusan umum, ya. Beasiswa MEXT tak harus selalu untuk kuliah di universitas negeri, kok. Konon katanya, biaya kuliah di universitas swasta dan jurusan science atau medis cukup besar karena ada biaya praktikum, dll. Ditambah lagi, untuk S2 jurusan kedokteran sepertinya tak cukup 2 tahun saja.
Tunjangan hidup
Besaran tunjangan hidup beasiswa per bulan dari MEXT memang tak sebesar beasiswa LPDP maupun Mitsui Bussan. Akan tetapi, bagi saya yang tinggal di kota kecil, beasiswa tersebut cukup untuk biaya hidup sehari-hari. Sayangnya, kalau untuk hidup di kota besar seperti Tokyo yang biaya hidupnya mahal memang agak mepet.
Setiap bulan awardee MEXT yang menempuh research student akan memperoleh 143.000 yen, S2 144.000 yen, dan S3 145.000 yen. Masing-masing awardee juga akan memperoleh tunjangan sebesar 2.000 atau 3.000 yen (tergantung wilayahnya). Kebetulan saya mendapat tambahan 2.000 yen. Jadi, selama research student saya menerima 145.000 yen per bulan, sedangkan selama S2 saya menerima 146.000 yen per bulan.
Kalau dihitung, tunjangan hidup yang saya terima selama 3 tahun di Jepang adalah 5.244.000 yen atau sekitar 629.280.000 rupiah. Wah banyak juga, ya?
Kebetulan waktu lanjut S2 saya membawa anak dan suami. Tapi tenang saja, uang beasiswanya pas, kok. Hal ini dikarenakan kami tinggal di asrama kampus yang biaya sewanya hanya sekitar seperempat dari biaya sewa apartemen keluarga umumnya.
Oh iya, beasiswa MEXT tidak memberikan tunjangan keluarga seperti LPDP, ya. Asuransi kesehatan juga bayar sendiri. Tunjangan buku dan penelitian juga tidak ada. Saya mengikuti seminar, publikasi, dan penelitian sampai ke luar kota juga biaya akomodasinya tidak ditanggung beasiswa. Saya sempat melakukan penelitian di Indonesia dan biayanya ditanggung sendiri, kok. Tiket pesawat PP Jepang-Indonesia dan akomodasi selama di tanah air pakai uang sendiri. Pokoknya selama studi di Jepang, saya harus pintar-pintar mengatur keuangan agar semua kebutuhan studi dan kebutuhan hidup tercukupi dengan baik.
Tanpa ikatan dinas
Kalau dihitung kembali, jumlah biaya kuliah dan uang tunjangan hidup bulanan yang diberikan oleh MEXT dalah 1.833.800 yen (biaya kuliah) dan 5.244.000 (tunjangan hidup), totalnya menjadi 7.077.800 yen (sekitar 849.336.000 rupiah). Plus uang pesawat ketika saya pertama kali berangkat ke Jepang dan saat kembali ke tanah air setelah studi selesai juga ditanggung MEXT, kira-kira sebesar 15-20 juta rupiah.
Sejujurnya, kalau harus menempuh studi di Jepang dengan biaya sendiri, saya pilih mundur, deh. Tanpa ditanggang beasiswa, uang sebanyak 865.000.000 rupiah itu sangat banyak, lho. Kalau harus bekerja paruh waktu demi menutupi biaya sebanyak di di Jepang tentu bakal sangat melelahkan dan sulit fokus kuliah pastinya. Kalau mencari beasiswa lain atau keringanan biaya kuliah di sana, tetap saja butuh modal awal yang tak sedikit untuk bisa sampai Jepang dan terdaftar sebagai mahasiswa di sana terlebih dahulu.
Beasiswa MEXT memang tanpa ikatan dinas dan saya tidak punya kewajiban apa pun mengembalikan uang beasiswa tersebut satu yen pun. Begitu lulus, saya juga boleh pulang ke tanah air. Saya hanya berkewajiban tanda tangan setiap bulan di bagian urusan internasional. Sebagai MEXT awardee, tentu saja saya harus belajar dengan baik (dibuktikan dengan nilai semester), menjaga nama baik, dan tidak berbuat kriminal. Saya pernah dengar kalau ada MEXT awardee yang jarang ke kampus dan melupakan kewajibannya sebagai mahasiswa hingga akhirnya beasiswa itu pun diputus.
Begitulah kira-kira gambaran tentang besaran beasiswa MEXT Jepang. Menurut data terbaru MEXT, ada 888 orang dari 6.199 mahasiswa Indonesia di Jepang yang mendapat beasiswa ini (14,3%). Kalau dari keseluruhan, ada 8.761 orang dari 279.597 mahasiswa asing yang pendidikannya di-support oleh pemerintah Jepang.
Kalau tertarik ingin melamar beasiswa ini, silakan cek informasinya di website kedutaan besar Jepang atau hubungi pihak kampus Jepang yang sudah bekerja sama dengan kampus di Indonesia. Sebagai tambahan, waktu apply beasiswa ini saya hanyalah karyawan biasa, berusia 28 tahun, dan sudah berkeluarga, lho. Selamat berjuang, Gaes!
Penulis: Primasari N Dewi
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Mencari Tahu Fantastisnya Beasiswa Mitsui Bussan, Beasiswanya Jerome Polin.