Sinoman adalah orang yang bertugas membantu saat proses pernikahan atau hajatan tertentu. Tugas mereka adalah membantu distribusi makanan dan minuman untuk tamu. Ibaratnya, mereka yang melakukan servis kepada tamu. Biasanya, yang bertugas adalah anggota karang taruna setempat.
Para pasukan sinom ini tampil dengan seragam batik. Biasanya, sudah ada yang menentukan motif batik yang akan mereka pakai.
Untuk tugas, antara sinom putra dan putri sebetulnya hampir sama. Keduanya adalah frontliner, yang mana bertugas di depan untuk membawakan makanan dan kudapan untuk tamu.
Namun, ada beberapa hal yang menjadi wujud kesenjangan antara sinoman putra dan sinoman putri. Inilah dia.
Daftar Isi
#1 Sinoman putri harus datang lebih awal untuk ikut mengemas camilan, sementara sinoman putra tidak
Kesenjangan awal antara sinoman putri dan sinoman putra adalah waktu kedatangannya. Sinoman putri biasanya datang lebih awal. Tujuannya untuk membantu ibu-ibu rewang di dapur.
Mereka biasanya membantu mewadahi risoles dan kue untuk isian snack. Setelah itu, mereka membantu mengelap piring, sendok, bahkan sekaligus menata isi dalam piring beserta nasinya yang dicetak bunga itu. Kalau yang putra, mereka tidak perlu datang lebih awal.
#2 Sinoman putra biasanya mendapatkan jatah rokok, sementara sinoman putri tidak ada bonusan
Kesenjangan yang paling terasa adalah soal “bonus”. Kalau yang putra, biasanya mendapatkan rokok. Sementara itu, yang putri hanya mendapatkan konsumsi saja. Padahal pekerjaan mereka kurang lebih sama.
Saat yang sinoman putra asyik mengisap rokok, yang putri hanya bisa duduk manis dengan segelas teh hangat di tangannya. Bagi saya, rasanya hal ini kurang adil.
Untuk bonus, ya tidak harus rokok. Mungkin untuk yang putri bisa bentuk lain. Intinya, yang putri atau yang tidak merokok sama-sama mendapatkan bonusan.
#3 Perdebatan mana yang lebih capek
Anggapan banyak orang adalah sinom putra lebih capek ketimbang putri. Pikiran itu muncul karena yang putra lebih banyak bergerak. Makanya, yang putri kadang dianggap nggak “kerja berat”. Jatuhnya kayak diremehkan. Oleh sebab itu, kalau putra, biasanya dapat bonusan kayak sebungkus rokok.
Sudah saatnya kita menghilangkan anggapan kayak gitu. Yang putri juga bekerja keras. Mereka datang lebih dulu. Melakukan banyak yang tidak dilakukan putra.
Itulah kesenjangan yang terjadi di sinoman. Entah sejak kapan hal ini terjadi. Rasanya kurang adil, ketika sama-sama bekerja tapi beda perlakuan. Sejatinya nyinom adalah budaya yang baik. Kalau di tempat kalian bagaimana? Apakah ada hal seperti ini?
Penulis: Wulan Maulina
Editor: Yamadipati Seno
BACA JUGA Sinoman: Sekelompok Pemuda yang Jadi Kunci Sukses Resepsi Pernikahan
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.