Hamil adalah kata paling membahagiakan bagi pasangan suami istri, entah kalau yang bukan pasangan sah. Eh? Umumnya, kehamilan diketahui setelah melakukan deteksi pada urin menggunakan alat test pack. Sungguh alat ajib untuk mengetahui kehamilan sebelum mulut tetangga bersabda. Sebab sebelum ada alat solutif ini, kita baru tahu seorang wanita hamil jika ia mengalami morning sickness, tapi kalau suaminya yang mual-mual palingan dianggap masuk angin ya, Bund. Selain itu kehamilan juga bisa dideteksi dari perubahan fisik, terutama pada bagian perut dan payudara. Bahkan, munculnya istilah “ngidam” juga dideteksi sebagai tanda kehamilan. Ngidam sendiri merupakan hak istimewa bumil yang mengatasnamakan keinginan janin tak berdosa.
Tetapi, itu semua metode deteksi kehamilan pada manusia. Lantas, kalau untuk sapi yang bunting apakah ada metode semacam itu? Kalau menunggu tetangga bersabda, tentu bukan hal yang bijak lantaran kehamilan sapi bukan bahan rerasan yang asyik. Tapi, kalau menunggu sapi mual-mual juga aneh. Menunggu perut sapi membesar, eh malah sudah besar sebadan-badannya, apalagi kalau menunggu si sapi ngomong kalau doi ngidam sesuatu. Wah, bisa dikira pertanda kiamat! Gimana kalau deteksi kehamilan si sapi pakai USG? Ya bisa, sih, tapi kalau pakai USG untuk sapi jadinya ribet dan mahal, Bos! Bukannya periksa kehamilan, yang ada justru periksa memar gara-gara sepakan si sapi.
Kalau gitu, test pack manusia digunakan pada sapi bisa nggak, sih? Tinggal celup langsung tahu bunting apa nggak, kan? Sayang seribu sayang, entek sayange senengane ngilang. Jawabannya tentu nggak bisa, Gaes. Soalnya test pack butuh reaksi kimia spesifik yang terjadi antara hormon human chorionic gonadotropin (HCG) pada manusia dan senyawa yang ada di test pack-nya. Hormon ini cuma dihasilkan oleh wanita hamil, bukan sapi bunting. Meski mereka sama-sama dari spesies “female is always right”.
Mungkin adanya alat test pack manusia telah mengilhami terciptanya metode deteksi kebuntingan sapi-sapi dan ternak lain. Metode deteksi itu menggunakan larutan bernama DEEA GestDect. Sebuah metode deteksi kebuntingan ternak yang epik karya ilmuwan dalam negeri. Saking epiknya metode ini, bahkan sampai bisa mendeteksi kebuntingan sapi pada umur 2 minggu setelah kawin dengan akurasi lebih dari 90%! Ini menunjukkan kalau kehebatan DEEA GestDect sebagai alat test pack sapi nggak kalah jos dari test pack untuk manusia.
Gimana DEEA GestDect bisa mendeteksi kebuntingan sapi yang nggak bisa dites pakai test pack manusia? Usut punya usut, DEEA GestDect ini terdiri dari dua jenis larutan, yaitu larutan pendahuluan dan larutan penegas. Larutan tersebut mampu bereaksi dengan hormon spesifik yang terkandung pada urin sapi. Hormon yang dimaksud adalah estradiol 17 alfa. Estradiol 17 alfa adalah hormon estrogen yang diekskresikan melalui urin ketika sel telur telah dibuahi. Nggak usah tanya kenapa sapi punya telur tapi melahirkan.
Mendeteksi kebuntingan menggunakan DEEA GestDect nggak sulit. Langkah pertama adalah menyiapkan sampel urin sapi bunting sebanyak setengah tabung reaksi. Perlu diperhatikan, sangat nggak disarankan pakai urin sapi jantan. Selanjutnya, teteskan 2 tetes larutan pendahuluan. Sapi yang mungkin bunting ditunjukkan dengan pembentukan suspensi berwarna kuning kecokelatan pada sampel urin. Eits, belum selesai ya, meskipun sudah terjadi perubahan harus dilanjutkan dengan meneteskan larutan penegas sebanyak 5 tetes saja. Jika terbentuk endapan, sudah dapat dipastikan bahwa sapi tersebut berjenis kelamin betina dan sedang bunting tentunya.
Kalau nggak ada perubahan yang terjadi, bisa jadi sapinya nggak bunting atau kamu menggunakan urin sapi jantan. Kan tadi sudah dibilangin jangan pakai urin sapi jantan!
Sampai sini saya sadar, tingkat kepraktisan DEEA GestDect mungkin belum menyamai test pack yang tinggal dicelup, tanpa harus diputar dan dijilat. Akan tetapi, saya yakin ilmuwan Indonesia tak kalah kalau soal mengakali sesuatu. Dengan artian positif tentunya~
BACA JUGA Hamil di Luar Nikah: Sebuah Panduan Menghadapinya dan tulisan Ngafifudin lainnya.