Pulau Flores di Nusa Tenggara Timur selain istimewa dengan Komodo (menurut salah satu anggota Dewan Perwakilan Rakyat), ada hal lain yang menurut saya tak kalah istimewanya, yaitu hasil bumi seperti kopi. Flores merupakan salah satu wilayah penghasil kopi di Indonesia yang cukup terkenal. Paling tidak terdapat dua daerah di Flores yang terkenal sebagai penghasil kopi, yaitu Manggarai dan Ngada.
Hal ini mungkin saja dipengaruh oleh letak geografis Flores, cuaca, struktur tanah, atau apa pun itu sehingga Flores mampu menghasilkan biji kopi yang baik. Sebagian kalangan penikmat senja atau pencumbu kopi mungkin sudah tidak asing lagi kopi Flores.
Meskipun dikenal sebagai daerah penghasil kopi di Indonesia, faktanya tidak banyak warung kopi yang ada di Flores, khususnya di ibu kota kabupaten yang ada di Pulau Flores. Berbeda dengan kondisi di Pulau Jawa seperti Surabaya yang hampir setiap gang pasti terselip beberapa warung kopi, atau mungkin di Jogja dengan angkringannya yang menyajikan kopi jos atau kopi klotok, warung kopi di Flores berbeda dari segi pengunjung.
Warung kopi yang ada di Flores boleh dibilang sangat sepi pengunjung. Bahkan, dalam satu hari bisa tidak ada pengunjung sama sekali. Saat saya berdiskusi dengan salah seorang teman yang hendak membuka warung kopi di Bajawa, kami mencoba mencari alasan kira-kira apa yang menyebabkan warung kopi di sana sepi pengunjung. Berikut beberapa hal yang bisa disimpulkan dari diskusi gabut kami.
#1 Setiap rumah di Flores punya stok kopi
Karena Flores terkenal sebagai daerah penghasil kopi, maka kopi menjadi sangat mudah diperoleh di pasar. Kalian bisa menemukan bubuk kopi di pasar tradisional atau kios (seperti warung klotok) di dekat rumah. Setiap orang di rumah pasti menyediakan kopi untuk diminum sendiri atau disuguhkan kepada tamu yang datang. Jadi, kalau di rumah punya stok kopi, kenapa harus pergi ke warkop? Mau nebeng WiFi?
#2 Kopi adalah minuman pertama yang ditawarkan ke tamu yang datang
Orang Flores dikenal sangat ramah pada para pendatang atau sesama kerabat. Kalau stok kopi di rumah sudah habis, kita bisa menggunakan jurus bertamu ke rumah tetangga atau teman. Jadi kalau kamu mau ngopi, mending bertamu saja ke rumah tetangga atau kerabat. Nggak perlu jauh-jauh ke warkop. Kalau ada yang gratis kenapa mesti bayar? Wqwqwq.
#3 Fasilitas menentukan pengunjung
Fasilitas warkop di Flores bisa dikatakan sangat sederhana. Menu yang tersedia biasanya menu dasar seperti kopi, pisang goreng, dan sambal cocol sebagai pelengkap. Jangan harap kalian akan menemukan menu lain seperti Pop Ice, Marimas, Nutrisari dan lain-lain. Kalau kalian mencari WiFi di warkop yang ada di Flores, sepertinya kalian salah alamat. Lagian warung kopi yaaa jualan kopi, kenapa harus ada Pop Ice dan teman-temannya? Harusnya diberi nama warung aneka minuman, bukannya warung kopi!
#4 Cuaca menentukan waktu ngopi
Cuaca mungkin saja membawa berkah untuk kopi Flores sehingga memengaruhi cita rasa kopi yang dihasilkan, tetapi cuaca juga bisa membawa pengaruh lain untuk warung kopi yang ada di Flores. Manggarai dan Bajawa sebagai daerah penghasil kopi memiliki cuaca yang sangat dingin, sehingga orang-orang lebih memilih ngopi di rumah sambil bakar kayu di dapur untuk menghangatkan badan daripada ngopi di warkop sambil dingin-dinginan. Apa faedahnya coba? Yang ada malah kopinya keburu dingin sebelum diminum.
#5 Warkop bukan tongkrongan anak muda di Flores
Selama masa perkuliahan di Surabaya sampai sudah bekerja, dalam beberapa kesempatan saya sering memperhatikan para pengunjung yang datang ke warkop di Surabaya bervariasi. Mulai dari para bocil yang sekadar memesan es teh manis dan heboh bermain FF atau game online lainnya, para pelajar sekolah, anak kuliahan, bahkan bapak-bapak yang ke warkop dengan sarungan.
Berbeda dengan anak muda di Flores yang lebih memilih nongkrong di jalanan atau deker sambil menenggak minuman tradisional daripada ngopi di warkop. Kalau mau ngopi yaaa mending di rumah atau bertamu ke rumah teman daripada ke warkop dan bayar pula. Mana uang jajan juga pas-pasan.
Sebagai seorang Flores tulen, sudah sepatutnya saya membanggakan kopi Flores pada teman-teman kantor yang punya kebiasaan ngopi sehabis jam makan siang. Beberapa teman saya pun memberikan tanggapan yang baik setelah saya menyuguhkan kopi Flores pada mereka.
Setelah berdiskusi absurd sambil menikmati kopi Flores, teman saya jadi berpikir ulang untuk merealisasikan niatnya membuka warung kopi atau tidak. Tetapi sebagai teman, saya mendukung niat berbisnisnya. Seperti kata Bang Benn dalam Filosofi Kopi bahwa setiap kopi yang enak akan menemukan penikmatnya masing-masing. Lagi pula dalam memulai suatu bisnis usaha, selain modal uang juga butuh modal nekat. Selagi dia bisa menyajikan kopi yang enak, saya yakin pasti banyak yang mampir ke warung kopinya nanti.
BACA JUGA Dear Penjual di Warung Kopi, Tolong Volume Musiknya Jangan Terlalu Keras atau tulisan Alexandros Ngala Solo Wea lainnya.