Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Featured

Menelusuri Modus Operandi Para Penggondol Helm di Parkiran

Fachrurrozy Akmal oleh Fachrurrozy Akmal
20 Desember 2019
A A
penggondol helm
Share on FacebookShare on Twitter

Dunia perhelman dalam sejarah panjangnya, pernah menjadi perhatian serius sebagai isu nasional. Bahkan, jika lebih jauh menarik benang sejarah, helm atau pelindung kepala telah menjadi salah satu situs warisan dunia yang memiliki ceritanya sendiri.

Di Indonesia ada Hoegeng, mantan Kapolri yang disebut Gusdur sebagai salah satu polisi paling jujur setelah polisi tidur yang pertama kali menggagas penggunaan topi pengaman di indonesia. Sang Kapolri terkesan melihat kepatuhan lalulintas negara-negara Eropa saat itu. Yang ia soroti, terutama penggunaan pelindung kepala. Sementara, jauh sebelum pemikiran Hoegeng di tahun 1970an, penggunaan helm telah berkembang sejak tahun 1935 di Eropa. Pelindung kepala ini pertama kali digunakan sejak kecelakaan sepeda motor yang menimpa perwira tinggi militer cum arkeolog terkemuka asal Britania Raya, Thomas Edward Laurence.

Di Indonesia, helm tidak hanya terikat mesra dengan kepatuhan berlalulintas. Lebih jauh, helm bahkan telah menyentuh ranah politik hukum kita.

Sebut saja, di kota Makassar, Sulawesi Selatan sekitar desember tahun 1985 sejak pertamakali di gaungkan tentang wajib helm bagi pengendara dan yang berboncengan, tercatat aksi protes dan unjuk rasa pernah terjadi. Bahkan, menelan 3 korban jiwa. Alasannya sederhana, karena mereduksi adat ketimuran hingga membuka ruang pungli bagi polantas saat itu. Proyek helmisasi tercatat memiliki sejarah kelam di masa awal penggodokannya.

Terlepas dari referensi sejarah perhelman beberapa hari yang lalu saya sangat menyayangkan kelakuan generasi muda yang telah sukses menggondol helm, celakanya lagi, helm itu milik ku.

Saya berusaha ikhlas namun mencoba memikirkan metode yang mereka terapkan.

Dari hasil observasi tak resmi dengan teman yang senasib, saya mendapatkan beberapa keterangan yang cukup menakjubkan. Katanya, mereka terorganisir, rapi, dan memiliki sasaran perencanaan yang matang. Ini ditandai dengan beberapa helm yang turut hilang di sana, di waktu yang hampir bersamaan. Saya pikir mereka sangat pandai dan lihai melihat merk helm yang laku keras di pasaran, selera mereka tinggi dalam menentukan sasaran operasi. Beberapa sumber bahkan menyebutkan mereka membagi tugas: ada yang mengawasi, ada yang mengeksekusi.

Terkait merk helm, Ini terbukti hanya helm dengan merk tertentu yang hilang. Sisanya tetap ditempat tak tersentuh. sekadar dugaan saya dan kawan saya, mereka mencuri helm bukan untuk dipakai di kepala, mungkin untuk kembali dijual di black market dekat-dekat sini dengan harga miring kepada para penadah kelas pemula, atau yang iseng dan baru buka usaha mungkin. Saya yakin, mereka memiliki jaringan cukup luas dalam dunia hitam perhelman. Semacam ekonomi bawah tanah yang bergerak di sektor perhelman.

Baca Juga:

Garut Itu Luas, Malu Sama Julukan Swiss Van Java kalau Hotel Cuma Numpuk di Cipanas

Opel Blazer, Motuba Nyaman yang Bikin Penumpang Ketiduran di Jok Belakang

Bagi eksekutor lapangan mungkin, maksud sekedar menyambung uang saku, atau mencari rupiah demi beberapa batang rokok. Namun entah mengapa saya yakin ada aktor intelektual yang bermain di belakangnya.

Namun dik, kak, bapak, ibu, om, bahkan Tante sekalipun. Yang terlibat dalam skandal perhelman ini saya hanya sekedar mengingatkan hati-hatilah dalam beroperasi. Saya sudah sering melihat maling di gebuki hingga tak sadarkan diri. Bahkan dipaksa untuk bekerjasama membongkar sindikat pencuriannya. Masyarakat kita kadang masih senang main hakim sendiri (jika tak ingin dikatakan barbar). Apa pun yang dicuri baik helm, velg, cakram, bahkan kampas kopling sekalipun massa tak pernah bisa dihadang atas nama hukum maupun moral. Tak pernah bisa ditanyai baik-baik. Mengapa? Sebab, psikologi massa itu random dan pertanggungjawaban pun random. Mayoritas mereka akan tenggelam dalam ekstasi kegilaan massa yang horror namun menyenangkan mereka. Kalimat keren ini saya kutip dari buku yasraf Amir Piliang dalam transpolitika-nya.

Dan Alhamdulillah saya belum pernah ikutan memukul walau seujung jari. Sedikit nasehat bagi siapapun yang masih bergelut dalam dunia hitam perhelman, atau pencurian kecil-kecilan. Resiko tentu mengintai kalian. Sehebat apapun kalian, atau berapa tahun pun kalian telah berkarir di dunia hitam, tetaplah berhati-hati. Sekalipun kau kebal (mungkin) jago silat, karate, gojukai, sakti mandraguna, ataupun Thai boxing. Rakyat bersatu tak bisa dikalahkan. Jangan pernah menantang maut jika tak perlu.

Terakhir, Jaga diri baik-baik saja tak cukup. Cukupkanlah dengan menjaga hakmu, dan juga sekitarmu, jangan lupa jepitlah baik-baik helmmu jika diperlukan.

BACA JUGA Helm Buat Ngelindungin Kepala atau Karena Takut Polisi? atau tulisan Fachrurrozy Akmal lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 12 Agustus 2021 oleh

Fachrurrozy Akmal

Fachrurrozy Akmal

ArtikelTerkait

sinopsis sinetron lorong waktu episode 1 episode 2 musim 1 mojok.co

Lorong Waktu Episode 7, Musim 1: Penyebab Zidan Dewasa Jadi Bejat Terungkap

21 September 2020
3 Hal yang Bikin Saya Nggak Malu Mengaku sebagai Warga Gunungkidul

3 Hal yang Bikin Saya Nggak Malu Mengaku sebagai Warga Gunungkidul

13 Oktober 2024
Tawangmangu, Pilihan Jalur yang Tepat untuk Pulang Kampung ke Ponorogo dari Solo Mojok.co

Tawangmangu, Pilihan Jalur yang Tepat untuk Pulang Kampung ke Ponorogo dari Solo

20 Agustus 2024
kabut asap

Kalap Berkat Kabut Asap

19 September 2019
Surabaya Jauh Lebih Superior dari Semarang (Unsplash)

Semarang Boleh Lebih Superior Ketimbang Cikarang, tapi Masih Kalah Jauh Dibandingkan Surabaya

17 Juli 2023
5 Buku yang Bisa Dibaca untuk Menemanimu Kala PPKM Darurat terminal mojok

5 Buku yang Bisa Dibaca untuk Menemanimu Kala PPKM Darurat

3 Juli 2021
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Lumajang Bikin Sinting. Slow Living? Malah Tambah Pusing (Unsplash)

Lumajang Sangat Tidak Cocok Jadi Tempat Slow Living: Niat Ngilangin Pusing dapatnya Malah Sinting

19 Desember 2025
Keluh Kesah Alumni Program Akselerasi 2 tahun di SMA, Kini Ngenes di Perkuliahan

Keluh Kesah Alumni Program Akselerasi 2 tahun di SMA, Kini Ngenes di Perkuliahan

18 Desember 2025
3 Rekomendasi Brand Es Teh Terbaik yang Harus Kamu Coba! (Pixabay)

3 Rekomendasi Brand Es Teh Terbaik yang Harus Kamu Coba!

18 Desember 2025
Toyota Vios, Mobil Andal yang Terjebak Label "Mobil Taksi"

Panduan Membeli Toyota Vios Bekas: Ini Ciri-Ciri Vios Bekas Taxi yang Wajib Diketahui!

18 Desember 2025
Pertama Kali Mencicipi Swike: Makanan Berbahan Dasar Kodok yang Terlihat Menjijikan, tapi Bikin Ketagihan Mojok.co

Pertama Kali Mencicipi Swike: Makanan Berbahan Dasar Kodok yang Terlihat Menjijikan, tapi Bikin Ketagihan 

23 Desember 2025
Nggak Punya QRIS, Nenek Dituduh Nggak Mau Bayar Roti (Unsplash)

Rasanya Sangat Sedih ketika Nenek Saya Dituduh Nggak Mau Bayar Roti Terkenal karena Nggak Bisa Pakai QRIS

21 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Melacak Gerak Sayap Predator Terlangka di Jawa Lewat Genggaman Ponsel
  • Regenerasi Atlet Panahan Terancam Mandek di Ajang Internasional, Legenda “3 Srikandi” Yakin Masih Ada Harapan
  • Jogja Mulai Macet, Mari Kita Mulai Menyalahkan 7 Juta Wisatawan yang Datang Berlibur padahal Dosa Ada di Tangan Pemerintah
  • 10 Perempuan Inspiratif Semarang yang Beri Kontribusi dan Dampak Nyata, Generasi ke-4 Sido Muncul hingga Penari Tradisional Tertua
  • Kolaboraya Bukan Sekadar Kenduri: Ia Pandora, Lentera, dan Pesan Krusial Warga Sipil Tanpa Ndakik-ndakik
  • Upaya “Mengadopsi” Sarang-Sarang Sang Garuda di Hutan Pulau Jawa

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.