Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Menelusuri Asal Usul Nama Malioboro, Ikon Kota Jogja

Hendra Sugiantoro oleh Hendra Sugiantoro
2 September 2020
A A
Nggak Usah Sok Ngomong Bahasa Jawa Saat Belanja di Malioboro, Nggak Semua Pedagangnya Orang Jawa Kok!
Share on FacebookShare on Twitter

Malioboro adalah ikon Yogyakarta. Awal-awal merebak wabah Covid-19, suasana tempat tersebut tak seperti biasanya. Orang yang jalan-jalan bisa dihitung dengan jari. Tak ada geliat wisatawan. Kini, seiring new normal, protokol kesehatan yang ketat di kawasan itu diterapkan, baik secara teknologi maupun non teknologi. Banyak orang mulai memenuhi tempat itu

Malioboro adalah tempat interaksi berbagai orang. Sejak lama, kepadatannya tiada tertandingi. Tempat ini selalu memikat banyak orang untuk cuci mata, olah tubuh, atau memanjakan selera. Tak hanya warga Yogyakarta, tetapi juga luar daerah.

Berbicara Malioboro, ada baiknya kita berkontemplasi sejenak. Hal ini demi menemukan ruh Malioboro. Menengok masa lalu, sebelum abad ke-20, jalan Malioboro tak semegah sekarang. Toko-toko belum berjamuran, apalagi listrik penerangan. Bagi generasi mileneal, Malioboro terlalu akrab dengan turis. Bahkan, namanya dianggap berbau kebarat-baratan.

Banyak buku menerangkan nama itu dari Marlborough, seorang tentara Inggris, dan diterima mentah-mentah. Ketika Pangeran Mangkubumi membabat alas untuk mendirikan Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat, jalan yang kemudian disebut Malioboro itu tak alpa menjadi perhatian. Jalan lurus ini menghubungkan pusat kerajaan ke arah utara, bertemu dengan Tugu. Artinya, menghubungkan dua sumbu filosofis.

Dalam sejarah, Hindia Belanda memang pernah di bawah kekuasaan Inggris (1811-1816). Saat itu pernah terjadi tragedi Geger Sepehi. Sekitar Juni 1812, pasukan Inggris yang tidak tahu adat membombardir keraton, menggondol pusaka dan harta berharga keraton lainnya. Sebagian referensi dari buku Histrory of Java karya Thomas Stanford Raflles tak dimungkiri berasal arsip dan karya sastra keraton.

Kendati tidak menyaksikan secara kasat mata, Pangeran Mangkubumi (1717-1792) tentu tak terima kalau nama kawasan tersebut diidentikan dengan seorang serdadu Inggris. “Turis-turis” Inggris itu telah mempermalukan anak keturunannya dan merendahkan kerajaan yang didirikannya.

Asal Nama Malioboro

Dalam buku Yogyakarta City of Philosophy disebutkan bahwa nama Malioboro dari dua kata. Malia, artinya jadilah wali. Bara dari kata ngumbara (mengembara). Secara etimologis, maknanya adalah jadilah wali yang mengembara.

Namun, menurut Peter Carey nama Malioboro berasal dari bahasa Sanskerta, “malyabhara”. Artinya, berhiaskan untaian bunga. Istilah Sanskerta “malya”, “malyakrama”, dan “malyabharin” dapat dilacak dalam Ramayana berbahasa Jawa Kuno yang ditulis pada pertengahan abad ke-9. Dapat pula ditemukan dalam Adiparwa dan Wirathaparwa yang dianggit pada akhir abad ke-10.

Baca Juga:

Jogja Sangat Layak Dinobatkan sebagai Ibu Kota Ayam Goreng Indonesia!

4 Aturan Tak Tertulis Berwisata di Jogja agar Liburan Tetap Menyenangkan

Menurut sejarawan asal Inggris itu, nama kawasan tersebut dari gabungan kata “malya” dan “bhara” pernah diintrodusir Profesor C.C. Berg dalam kuliahnya di Leiden University pada dekade 1950-an dan 1960-an. Hal tersebut tetap membutuhkan penelitian lebih lanjut. Kesimpulan bahwa jalan tersebut merupakan jalan kerajaan (rajamarga) lebih mendekati kebenaran.

Penelusuran asal mula kata Malioboro tidaklah mudah. Masing-masing memberi tafsir dan merangkai makna. Tetapi, inisiatif Sri Sultan Hamengku Buwono X merubah nama-nama jalan dari perempatan Tugu sampai Keraton telah menegaskan makna. Margo Utomo, jalan keutamaan. Margo Mulyo, jalan kemuliaan. Inilah jalan yang mesti ditempuh manusia mencapai insan kamil.

Dari Tugu sampai Titik Nol Yogyakarta disimbolkan penuh godaan duniawi. Diakui atau tidak, perputaran ekonomi di kawasan itu begitu besar. Dibandingkan kawasan lainnya, Malioboro menghadirkan pendapatan ekonomi yang ditinggi. Kekayaan, pangkat, derajat, dan jabatan sering membuat lupa.

Malioboro memberi pesan agar manusia menemukan makna hidup, menyatukan diri dengan Tuhan untuk kemudian menebar kemaslahatan bagi kehidupan. Manusia tak kehilangan jati diri dan tak tercerabut dari budaya adiluhung. Malioboro tetaplah Malioboro; jalan berhiaskan bunga. Sebagaimana termaktub, Malioboro adalah jalan meraih kehidupan cerah. Jalan di antara jalan keutamaan dan jalan kemuliaan. Wallahu a’lam.

BACA JUGA Nggak Usahlah Ndakik-Ndakik Bicarain Romantisasi Jogja.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 2 September 2020 oleh

Tags: asal usul namaJogjaMalioboro
Hendra Sugiantoro

Hendra Sugiantoro

Pekerja serabutan yang suka menulis.

ArtikelTerkait

4 Hal yang Wajar di Bali, tapi Nggak Lumrah di Jogja Mojok.co

4 Hal yang Wajar di Bali, tapi Nggak Lumrah di Jogja

21 September 2024
Akibat Menyandang Nama Aneh, Seumur Hidup Nama Saya Dikira Typo: Sekali Lagi, Saya Dinas, Bukan Dimas!

Akibat Menyandang Nama Aneh, Seumur Hidup Nama Saya Dikira Typo: Sekali Lagi, Saya Dinas, Bukan Dimas!

6 November 2025
Sumber Kencono yang Berbahaya Menyelamatkan Hidup Saya (Unsplash)

Kenangan Masa Kecil dengan Bus Sumber Kencono, Bus Berbahaya tapi Malah Pernah Menyelamatkan Hidup Saya

6 Januari 2024
4 Perbedaan Mencolok Angkringan di Pekalongan, Jogja, dan Solo

4 Perbedaan Mencolok Angkringan di Pekalongan, Jogja, dan Solo

26 Agustus 2022
Bioskop Cinepolis Lippo Plaza Jogja yang Selama Ini Saya Hindari Ternyata (Lumayan) Nyaman, Bikin Pengin Nonton di Sana Lagi Mojok.co

Cinepolis Lippo Plaza Jogja, Bioskop yang Selama Ini Saya Hindari Ternyata (Lumayan) Nyaman, Bikin Pengin Nonton di Sana Lagi

27 Juli 2024
Ambisi PT KAI Perluas Lempuyangan Bikin Pelaju KRL Jogja Solo Menderita (Unsplash)

Terbitnya SP3 dari PT KAI buat Warga Lempuyangan dan Bayangan Mengerikan Biaya Transport Pelaju KRL Jogja Solo sampai Setengah UMP Jogja

18 Juni 2025
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

QRIS Dianggap sebagai Puncak Peradaban Kaum Mager, tapi Sukses Bikin Pedagang Kecil Bingung

Surat untuk Pedagang yang Masih Minta Biaya Admin QRIS, Bertobatlah Kalian, Cari Untung Nggak Gini-gini Amat!

5 Desember 2025
Suzuki Karimun Wagon R Boleh Mati, tapi Ia Mati Terhormat

Suzuki Karimun Wagon R Boleh Mati, tapi Ia Mati Terhormat

1 Desember 2025
Nasi Goreng Palembang Nggak Cocok di Lidah Orang Jogja: Hambar!

Nasi Goreng Palembang Nggak Cocok di Lidah Orang Jogja: Hambar!

1 Desember 2025
Mahasiswa UIN Nggak Wajib Nyantri, tapi kalau Nggak Nyantri ya Kebangetan

Mahasiswa UIN Nggak Wajib Nyantri, tapi kalau Nggak Nyantri ya Kebangetan

30 November 2025
Korupsi Masa Aktif Kuota Data Internet 28 Hari Benar-benar Merugikan Pelanggan, Provider Segera Tobat!

Korupsi Masa Aktif Kuota Data Internet 28 Hari Benar-benar Merugikan Pelanggan, Provider Segera Tobat!

3 Desember 2025
Nggak Ada Gunanya Dosen Ngasih Tugas Artikel Akademik dan Wajib Terbit, Cuma Bikin Mahasiswa Stres!

Dosen yang Minta Mahasiswa untuk Kuliah Mandiri Lebih Pemalas dari Mahasiswa Itu Sendiri

5 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.