Semalam ketika saya sedang asyik berselancar di Instagram, saya menemukan satu berita yang cukup menarik perhatian: restoran Karen’s Diner akan buka cabang di Indonesia bulan depan, tepatnya tanggal 15 Desember 2022. Memangnya apa sih yang bikin hal itu jadi unik? Bukannya sudah biasa ya kalau ada franchise restoran luar negeri yang buka cabang di tanah air?
Jika kalian berpikiran seperti itu, saya yakin kalian nggak tahu Karen’s Diner. Biar saya jelaskan sedikit.
Jadi, Karen’s Diner adalah nama sebuah restoran yang pertama kali beroperasi di Sydney, Australia, pada Oktober 2021 lalu. Setelah sukses, kemudian restoran ini buka beberapa cabang di Brisbane, Melbourne, Inggris, dan Selandia Baru
Satu hal yang membedakan Karen’s Diner dengan restoran lainnya adalah pelayanannya. Jika di tempat lain para customer akan diberikan pelayanan yang ramah dari para pramusaji, Karen’s Diner justru sebaliknya; para pelayan di sana jutek, nggak ramah, dan sama sekali nggak berpegang teguh pada prinsip “tamu adalah raja”. Makanya restoran ini begitu viral dan sukses menarik perhatian orang untuk datang berkunjung dan merasakan sensasi makan sambil di-roasting oleh para pelayan yang bekerja.
Sebagai contoh, saya pernah iseng mencari perihal Karen’s Diner di YouTube. Pada salah satu video yang saya saksikan, terlihat seorang pengunjung menanyakan apakah restoran tersebut menyajikan menu burger tanpa daging, karena sang pengunjung merupakan seorang vegan. Namun, alih-alih menawarkan pilihan menu lain, si pelayan restoran malah mengolok-olok pengunjung tersebut dan menertawai gaya hidupnya yang menolak untuk makan daging.
Di restoran lain, saya yakin hal kayak gini nggak mungkin terjadi, kan? Akan tetapi di Karen’s Diner, kejadian seperti itu lumrah terjadi dan dijadikan daya tarik tersendiri untuk menarik pembeli. Kata-kata umpatan pun sering diucapkan para pelayan sebagai bagian dari “servis” mereka. Makanya saya kok ingin memberikan apresiasi setinggi-tingginya atas ide mereka yang sangat out of the box itu.
Di negara-negara lain, pelayanan Karen’s Diner sudah terbukti berhasil. Namun, apakah hal yang sama juga bakal terjadi di Indonesia? Sejauh ini sih tampaknya sebagian besar masyarakat menyambut kedatangan restoran ini dengan cukup antusias. Selain itu, dari komentar-komentar di Instagram yang saya baca, nggak sedikit orang Indonesia yang penasaran gimana praktik pelayanan restoran tersebut ketika resmi membuka gerai di sini. Apakah akan tetap sama seperti di luar negeri? Atau justru agak dikurangi sedikit tingkat “kepedasan” verbalnya?
Saya rasa jawabannya masih akan sama. Sebab, kalau konsepnya dibuat berbeda, keunikannya justru hilang dan Karen’s Diner nggak lagi memiliki daya pikat yang membuatnya stand out dibandingkan restoran lain. Namun kita perlu mengingat kalau Indonesia bukan Australia atau Inggris, sudah pasti budaya yang dijunjung di negeri ini adalah budaya timur. Bagi negara yang menjunjung tinggi budaya ketimuran, keramahtamahan adalah hal utama. Selain itu, Indonesia juga punya budaya lain yang nggak Karen’s Diner banget, yakni basa-basi dan nggak enakan.
Bayangkan, suatu hari kalian mampir ke Karen’s Diner cabang Indonesia. Lalu, kalian sudah berekspektasi akan dicerca habis-habisan oleh para pelayan di sana. Dan ternyata kalian memang mendapatkan itu. Namun, karena sang pelayan merupakan orang Indonesia, ia akhirnya malah tetap mengajak kalian berbasa-basi karena merasa nggak enak hati telah mengeluarkan kata-kata kasar. Jadinya malah melenceng dari konsep restorannya sendiri, kan?
Kalau di luar negeri, kemungkinan hal semacam itu akan terjadi cenderung sangat kecil. Namun di Indonesia, situasinya berbeda. Budaya tersebut sudah mengakar dalam diri kita dan sulit dihilangkan. Pokoknya kalau nggak basa-basi sedikit ada yang kurang gitu.
Itu tadi bisa saja terjadi jika dilihat dari kacamata sang pelayan. Nah, kalau ditengok dari perspektif pengunjung, apa sih yang bisa saja terjadi?
Baca halaman selanjutnya
Rakyat yang nggak (bakal) siap