Sambatan saya si tukang cuci piring Lebaran dari tahun ke tahun.
Bagi jamaah Mojokiyah yang membaca tulisan ini, saya ucapkan selamat Idulfitri, mohon maaf lahir dan batin. Momen Idulfitri ini tentu menjadi waktu yang paling ditunggu-tunggu. Sebab, biasanya di momen Lebaran seperti sekarang ini, sanak saudara bertemu dan berkumpul.
Salah satu hal yang identik dengan Lebaran adalah mudik atau pulang kampung. Ada yang harus menempuh waktu berjam-jam untuk bisa tiba di kampung halaman, tapi ada juga yang cukup lima langkah langsung sampai. Keluarga saya termasuk kategori kedua, maklum rumah saya dengan rumah simbah yang menjadi tempat berkumpul keluarga besar cuma bersebelahan. Wqwqwq.
Biasanya, setelah salat Idulfitri selesai, keluarga akan berkumpul dan bersalaman saling meminta maaf. Setelah itu dilanjut berkunjung ke rumah tetangga. Kebiasaan ini sudah menjadi agenda rutin tiap Lebaran tiba di desa saya.
Nah, di momen silaturahmi ini, satu hal yang biasa dilakukan adalah makan-makan. Namanya juga Lebaran, menu makanannya ya ketupat, opor ayam, rendang, sayur lodeh, dll. Intinya, makanan bersantan yang menakutkan bagi pejuang diet. Sayangnya, setelah selesai makan-makan, kegiatan mencuci piring adalah yang paling saya nggak sukai. Maklum, di keluarga saya, mencuci piring adalah tugas anak-anak muda, entah itu perempuan atau laki-laki, jadi sudah pasti saya masuk dalam jajaran tukang cuci piring Lebaran.
Saya pernah mengusulkan untuk memakai piring plastik biar praktis tinggal buang nggak usah cuci piring. Namun, ide ini ditolak oleh para emak-emak di keluarga besar saya. Katanya cinta lingkungan, hemat uang, dan alasan lainnya, tapi saya yakin sih salah satu alasan terkuatnya ya biar yang muda seperti saya bisa berguna sedikit di momen hari raya. Wqwqwq.
Mayoritas piring kotor beminyak
Lantaran Lebaran identik dengan masakan bersantan, tentu saja makanan ini akan meninggalkan bekas berminyak pada piring. Selain makanan berminyak nggak baik buat pejuang diet, makanan berminyak juga menjadi ancaman para tukang cuci. Ya gimana nggak ancaman, piring-piring kotor yang penuh dengan minyak harus dicuci dengan tenaga ekstra.
Jika asal mencuci piring, biasanya setelah dibilas, piring masih terasa licin berminyak. Coba bayangkan kalau piring-piring ini sampai ke tangan emak, sudah pasti dapat ceramah tujuh hari tujuh malam.
Piring kotor lebih banyak dari biasanya
Namanya juga kumpul keluarga besar, tentu jumlah piring kotor berbanding lurus dengan jumlah orang yang ada. Jumlah piring kotor yang banyak ini tentu menjadi momok bagi para petugas cuci piring Lebaran. Coba bayangkan, sudah dandan sekece mungkin, lha kok dapat jatah mencuci piring yang banyak. Haduh, rasanya pasti nyebelin.
Belum lagi kalau punya kulit yang sensitif. Kalau terlalu lama kena sabun kayak saya, kulit tangan langsung mengelupas dan kasar. Nggak bagus banget kan waktu salaman sama orang-orang, eh tangannya malah kasar gara-gara mencuci piring. Sudah gitu, karena banyaknya orang yang makan dan jumlah piring kotor, agenda mencuci piring saat Lebaran ini tentu nggak cuma satu kali dalam sehari, bisa beberapa kali dengan jumlah piring kotor yang tetap banyak.
Itulah sedikit keresahan saya. Walaupun banyak sambatnya, kalau disuruh mencuci piring saat Lebaran punya kenikmatan tersendiri. Ya nikmat pegel-pegel.
Penulis: Hernika Aulia
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA 7 Dosa Saat Mencuci Piring yang Sebaiknya Dihentikan.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.