Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Kampus Pendidikan

Menangis Saat Mengerjakan Tugas Sudah Jadi Tradisi Anak Sekolah di Indonesia

Rizky Akbar Putra oleh Rizky Akbar Putra
7 Agustus 2021
A A
Menangis Saat Mengerjakan Tugas Sudah Jadi Tradisi Anak Sekolah di Indonesia terminal mojok
Share on FacebookShare on Twitter

Menangis jadi agenda rutin anak sekolah (seringnya tingkat SD) yang setia menemani waktu mengerjakan tugas mereka. Tiap saat ada saja video viral di media sosial tentang anak yang menangis kala mengerjakan tugas sekolah. Lucu memang melihat mereka meneteskan air mata sembari mengeluarkan kata-kata yang tidak jelas. Tapi, bukankah itu sekaligus memunculkan pertanyaan: kenapa mereka menangis? Semenyedihkan apakah tugas sekolah itu sampai mereka menangis? Atau, serendah apakah minat mereka menghadapi tugas sekolah yang diberikan gurunya sampai-sampai mengerjakannya adalah sebuah pemaksaan atau hal yang tidak menyenangkan bagi mereka?

Tangisan bocah SD ketika mengerjakan tugas sekolah yang sering melewati timeline kita di berbagai media sosial adalah contoh bagaimana kegiatan belajar menjadi sangat asing bagi anak. Kita perlu merasakan ini sebagai sebuah permasalahan, alih-alih terus tertawa dan melihat sisi kelucuannya saja. Dalam diri anak-anak tersebut, mengerjakan tugas menjadi hal yang tidak menyenangkan, sehingga tangisan adalah bentuk keluhan yang mereka berikan kepada, entah siapa, mungkin orang tua.

Bayangkan saja jika mereka bersekolah di tempatnya, duduk di ruang kelas, dan mendapatkan tugas sekolah dari gurunya, rasanya mereka tak akan sampai menangis. Jika guru memberikan PR pun sering kali PR dikerjakan tanpa setetes air mengucur dari kelopak mata mereka. Dari sini, banyak yang menganggap permasalahannya bisa diterjemahkan dengan: yang pertama karena siswa terlalu di-santai-kan orang tuanya, yang kedua karena guru memberikan tugas yang menumpuk sampai-sampai sang anak merasa perlu untuk mengeluh.

Dengan kebijakan sekolah online yang saat ini tengah diberlakukan sebagai bentuk respons terhadap pandemi, banyak yang mengatakan bahwa beban sekolah justru semakin besar dan membuat “capek” tak hanya siswanya, tapi juga orang tuanya. Tugas-tugas yang menumpuk oleh sebab kegiatan belajar dialihkan ke rumah dan menggeser pandangan guru. Sehingga “memberi tugas adalah cara untuk belajar mandiri” membuat guru kecanduan memberikan tugas. Hal ini terdampak pada para siswa SD yang selama pembelajaran daring ini mungkin tugasnya dikerjakan sepenuhnya oleh orang tua, kecuali yang pengumpulannya menggunakan video yang menampilkan sang anak. Tapi, biasanya si anak hanya menjadi juru tulis, sementara orang tua yang mencari jawaban dari tugas tersebut sebagai tukang dikte.

Katanya, sekolah online menjadi akar permasalahan ini seperti dua terjemahan permasalahan yang tadi disampaikan. Namun, rasanya dulu ketika bersekolah, kita pun sering melihat anak-anak menangis kala belajar atau bahkan kita sendiri pernah menangis saat belajar. Saat itu belum ada pembelajaran online, tapi sadarilah, setiap tangisan yang merupakan keluhan belajar terjadi di rumah. Berarti, rumah adalah ekosistem pembelajaran yang tidak baik, tapi kenapa? Bukankah rumah berisi pranata sosial pertama yang dikenal anak, namanya keluarga, tempat pertama kali menerima pembelajaran?

Letak permasalahannya adalah pada mental. Menangis jadi tradisi yang tidak lepas dari setiap generasi kala menjalani belajar, sedangkan kasus yang membuktikan permasalahan ini sering terjadi di rumah menunjukkan bagaimana sekolah sukses untuk menahan keluhan itu keluar menjadi tangisan.

Tangisan di sekolah tentang keluhan belajar memang tidak banyak, kadang kala tangisan tersebut lahir dari kegiatan sosial anak di sekolah, misalnya saat bermain bersama teman. Ya barangkali anak merasa takut kalau menangisi tugasnya di sekolah, takut dimarahi guru, takut dilihat teman, dan takut yang lainnya. Namun di rumah, terhadap orang tua sekalipun, mereka merasa tangisan sebagai perlawanan dan pemberontakan terhadap tugas yang tidak menyenangkan itu. Apalagi di masa pandemi ini, tugas sekolah yang datang bagai berondongan peluru dari senapan Rambo. Anak-anak Indonesia memang perlu untuk menangis ketika mengerjakan tugas, ini menjadi permasalahan generasi yang seharusnya bisa dibenahi.

BACA JUGA Alasan Penting Sistem Ranking di Rapor Anak SD Harus Dihapus.

Baca Juga:

Anak SD Zaman Sekarang Sudah Punya Skincare Routine Lengkap dan Tampilan Layak Selebgram: Padahal Saya Pas Bocah Bangga Punya Kaos Sablon dari Pasar Malam

Cikgu Melati dalam Serial Upin Ipin Perlu Introspeksi Diri. Kasih Tugas Boleh, tapi yang Masuk Akal

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 21 September 2021 oleh

Tags: anak SDmenangispendidikan terminaltugas sekolah
Rizky Akbar Putra

Rizky Akbar Putra

Seorang penulis hobi-hobian, masih belajar, masih sekolah, masih hidup.

ArtikelTerkait

Duolingo vs Memrise: Aplikasi Mana yang Cocok buat Belajar Bahasa Asing? terminal mojok.co

Duolingo vs Memrise: Aplikasi Mana yang Cocok buat Belajar Bahasa Asing?

1 Agustus 2021
Anak Magang Itu Sebaiknya Menerima Bayaran atau Nggak, sih_ terminal mojok

Anak Magang Itu Sebaiknya Menerima Bayaran atau Nggak, sih?

1 Juli 2021
Menjadi Pengangguran Setelah Lulus Kuliah Adalah Fase Hidup Paling Menyebalkan terminal mojok

Menjadi Pengangguran Setelah Lulus Kuliah Adalah Fase Hidup Paling Menyebalkan

16 Juni 2021
Tolong Hadiahkan Saya Lowongan Kerja Saat Sidang Skripsi, Nggak Usah Bunga atau Selempang! terminal mojok

Tolong Hadiahkan Saya Lowongan Kerja Saat Sidang Skripsi, Jangan Bunga atau Selempang Nama!

3 Juli 2021
5 Sisi Negatif Mengikuti Banyak Organisasi Kampus terminal mojok

5 Sisi Negatif Mengikuti Banyak Organisasi Kampus

30 Juni 2021
Begini Rasanya Jadi Murid yang Selalu Juara Kelas Kayak Dekisugi terminal mojok.co

Begini Rasanya Jadi Murid yang Selalu Juara Kelas kayak Dekisugi

22 Juli 2021
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

4 Alasan Orang Jakarta Lebih Sering Liburan ke Bogor daripada ke Pulau Seribu

4 Alasan Orang Jakarta Lebih Sering Liburan ke Bogor daripada ke Pulau Seribu

25 Desember 2025
Gak Daftar, Saldo Dipotong, Tiba-tiba Jadi Nasabah BRI Life Stres! (Unsplash)

Kaget dan Stres ketika Tiba-tiba Jadi Nasabah BRI Life, Padahal Saya Nggak Pernah Mendaftar

21 Desember 2025
Derita Jadi Pustakawan: Dianggap Bergaji Besar dan Kerjanya Menata Buku Aja

Derita Jadi Pustakawan: Dianggap Bergaji Besar dan Kerjanya Menata Buku Aja

23 Desember 2025
Eretan Wetan Indramayu, Venesia Jawa Barat yang Nggak Estetik Sama Sekali

Eretan Wetan Indramayu, Venesia Jawa Barat yang Nggak Estetik Sama Sekali

24 Desember 2025
Dosen Pembimbing Nggak Minta Draft Skripsi Kertas ke Mahasiswa Layak Masuk Surga kaprodi

Dapat Dosen Pembimbing Seorang Kaprodi Adalah Keberuntungan bagi Mahasiswa Semester Akhir, Pasti Lancar!

25 Desember 2025
Jepara Adalah Kota Ukir, Kota yang Ahli Memahat Indah kecuali Masa Depan Warganya

Jepara Adalah Kota Ukir, Kota yang Ahli Memahat Indah kecuali Masa Depan Warganya

26 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Pemuja Hujan di Bulan Desember Penuh Omong Kosong, Mereka Musuh Utama Pengguna Beat dan Honda Vario
  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa
  • Sempat “Ngangong” Saat Pertama Kali Nonton Olahraga Panahan, Ternyata Punya Teropong Sepenting Itu

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.