Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Menampik Stigma Masyarakat Madura yang Selalu Dibilang Keras dan Beringas

Akbar Mawlana oleh Akbar Mawlana
6 Desember 2020
A A
Menampik Stigma Masyarakat Madura yang Selalu Dibilang Keras dan Beringas terminal mojok.co

Menampik Stigma Masyarakat Madura yang Selalu Dibilang Keras dan Beringas terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Saya sulit menikmati proses perkuliahan jarak jauh. Sebab, antusiasme saya untuk berkuliah, tidak sama seperti kuliah tatap muka. Namun, tepat pada pagi hari tadi, saya benar-benar bisa menikmati proses perkuliahan jarak jauh di mata kuliah sosiologi pengetahuan. Bukan tanpa alasan. Saya bisa menikmati perkuliahan tersebut karena teman saya mempresentasikan hasil refleksi dari buku berjudul Manusia Madura, karangan Mien Achmad Raif. Tentu saja, ulasan buku tersebut menjadi menarik bagi saya selaku bagian dari masyarakat Madura.

Dalam presentasinya, teman saya mempresentasikan masyarakat Madura dalam orientasi karakteristiknya. Dan, ada satu poin presentasi yang membuat saya menjadi resah. Poin tersebut, menyatakan jika masyarakat Madura dinilai berdarah panas dan beringas.

Dari keresahan itu, membuat saya mengajukan pertanyaan kepada teman saya, “Apakah masyarakat Madura yang tidak berdarah panas dan beringas, masih bisa dikatakan sebagai manusia Madura?” Teman saya tidak membutuhkan waktu lama untuk menjawabnya. Teman saya mengatakan, “Terbentuknya penilaian masyarakat Madura yang digambarkan memiliki karakter keras, dsebabkan oleh adanya pemberian stigma”.

Kemudian, ketika teman saya selesai memberikan jawaban, dosen saya yang mengajar sosiologi pengetahuan memberikan jawaban tambahan. Beliau mengatakan bahwa pembentukan stigma tersebut, dibuat oleh orang Belanda saat masa penjajahan. Tujuan Belanda adalah agar bisa menimbulkan perpecahan sesama masyarakat Indonesia.

Benar saja, usaha pemberian stigma yang dilakukan oleh orang Belanda memberikan dampak yang signifikan sampai sekarang. Semisal, dalam aspek asmara, laki-laki Madura sering menjadi korban atas stigma tersebut. Sebab, banyak orang tua dari etnis luar Madura, yang menyuruh anaknya untuk tidak menikah dengan laki-laki Madura. Alasannya adalah laki-laki Madura digambarkan bersifat keras dan mudah marah.

Selanjutnya, dalam aspek kriminal. Kebanyakan orang akan mengatakan, “Kalau kehilangan sepeda motor, bisa tanyakan ke orang Madura.” Perkataan semacam itu memberikan gambaran jika masyarakat Madura sudah diberi label sebagai gudangnya pencuri.

Akhirnya, meskipun saya sedikit agak risih dengan stigma yang dibuat oleh masyarakat luar kepada masyarakat Madura, saya harus memberikan ulasan agar pandangan orang luar terhadap kami bisa diluruskan. Sebenarnya orang Madura itu memang keras, tetapi kerasnya bukan keras yang semena-mena.

Sebagaimana yang terdapat dalam salah satu peribahasa Madura, yaitu “Kerras polana akerres”.  Kerasnya masyarakat Madura karena ada jati diri yang ingin dicapai dalam dirinya. Soalnya, bagi masyarakat Madura, bersifat keras bukan sebuah persoalan, asalkan keras demi mencapai sebuah kebenaran.

Baca Juga:

Sebagai Orang Madura, Saya Sebenarnya Agak Segan Belanja di Warung Madura

3 Barang yang Nggak Pernah Terbayangkan Bakal Didapat dari Tahlilan di Madura, Mewah dan Pasti Bermanfaat

Saya jadi teringat saat duduk di bangku SMA, pernah membaca berita tentang perkelahian seorang suami yang berjuang melindungi istrinya karena ingin direbut oleh laki-laki lain. Bagi etnis luar Madura, kondisi itu dianggap sebagai tindak kekerasan. Namun, di balik itu semua, ada nilai perjuangan seorang suami yang ingin menjaga keutuhan rumah tangganya.

Selain itu, masyarakat Madura juga menjunjung tinggi nilai sopan santun di dalam kehidupan. Hal tersebut, bisa dilihat dari perkataan yang sering dilontarkan oleh masyarakat Madura, yaitu “Bhuppa’, bhabbu’, guru, Rato” yang mengandung arti bahwa sebagai manusia kita harus mampu bersikap patuh kepada orang tua, guru, dan ratu (Tuhan).

Tentunya, perkataan semacam itu bukan hanya kiasan, tetapi juga diimplikasikan dalam tindakan praktis. Setidaknya ada dua bentuk tindakan praktis yang dilakukan oleh masyarakat Madura. Pertama, menggunakan bahasa enggi bunten, di saat berbicara dengan guru dan orang tua. Kedua, mematuhi perintah orang tua dan guru, sebagai perwujudan kepatuhan kepada Tuhan.

Kemudian, masyarakat Madura juga memiliki tingkat solidaritas yang tinggi. Tingginya solidaritas itu disebabkan oleh hubungan batin yang terbentuk tanpa sadar. Sebagaimana yang termaktub dalam kalimat, “Settong dhere, taretan dibhi.” yang artinya satu darah, keluarga sendiri.

Tentu saja, kehadiran kalimat tersebut sungguh memberikan dampak yang signifikan bagi kami, terutama yang merantau di tanah orang. Meskipun merantau ke tanah orang, tetapi serasa di tanah Madura. Kemudian terciptalah kehangatan yang terjalin sesama masyarakat Madura. Bahkan, sampai membentuk perkampungan yang isinya didominasi oleh etnis Madura.

Bukan hanya itu. Tingginya solidaritas sesama di tanah rantau juga ditunjukkan dengan kemurahan hati. Semisal, di saat membeli barang kepada penjual yang merupakan orang Madura, akan diberikan harga yang lebih murah. Begitu juga ketika membeli makanan, tanpa harus meminta agar porsinya ditambah, penjual nasi akan memberi porsi lebih ketika pembelinya berasal dari Madura.

Diakui atau tidak, kami memang menjalani kehidupan dalam kurungan stigma yang sudah dibentuk sejak zaman dahulu. Hingga akhirnya, sisi kebaikan yang dimiliki tidak akan pernah memiliki arti. Sebab, mau bagaimana pun kami akan tetap digambarkan sebagai masyarakat yang keras.

Yang terpenting, kehidupan sekarang dan esok adalah hasil reproduksi dari masa lalu. Lalu, harus berapa lama lagi kami menanggung stigma yang tidak adil itu?

BACA JUGA Biar Nggak Bingung Mana Madura United FC Mana Madura FC, Saya Berikan 3 Perbedaannya dan tulisan-tulisan lainnya dari Akbar Mawlana.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 6 Desember 2020 oleh

Tags: orang maduratradisi
Akbar Mawlana

Akbar Mawlana

Mahasiswa yang gemar gelisah dan menulis.

ArtikelTerkait

Tradisi Galang Dana Acara Agustusan di Tengah Jalanan Bandung Kian Meresahkan, Harus Banget Ganggu Pengendara di Jalan?

Tradisi Galang Dana Acara Agustusan di Tengah Jalanan Bandung Kian Meresahkan, Harus Banget Ganggu Pengendara di Jalan?

26 Juli 2024
iri dengan orang madura

Akui Saja, Kita Ini Iri dengan Madura

16 September 2019

Tradisi Rewangan Adalah Ajang Kompetisi MasterChef Indonesia Versi Local Pride

27 Mei 2021
Keuntungan Sesama Orang Madura Pakai Bahasa Madura di Luar Wilayahnya

Keuntungan Sesama Orang Madura Pakai Bahasa Madura di Luar Wilayahnya

10 Maret 2020
Weweh, Tradisi yang Bikin Bocah Kaya Mendadak di Bulan Ramadan

Weweh, Tradisi yang Bikin Bocah Kaya Mendadak di Bulan Ramadan

3 April 2023
Bagi Orang Madura, Surabaya Adalah Surga Dunia

Bagi Orang Madura, Surabaya Adalah Surga Dunia

10 April 2023
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Alasan Orang Solo Lebih Hafal Jalan Tikus daripada Jalan Utama

Alasan Orang Solo Lebih Hafal Jalan Tikus daripada Jalan Utama

30 November 2025
4 Hal tentang Untidar Magelang yang Belum Diketahui Banyak Orang Mojok.co

4 Hal tentang Untidar Magelang yang Belum Diketahui Banyak Orang

29 November 2025
Sebagai Warga Pemalang yang Baru Pulang dari Luar Negeri, Saya Ikut Senang Stasiun Pemalang Kini Punya Area Parkir yang Layak

Sebagai Warga Pemalang yang Baru Pulang dari Luar Negeri, Saya Ikut Senang Stasiun Pemalang Kini Punya Area Parkir yang Layak

29 November 2025
8 Aturan Tak Tertulis Tinggal Surabaya (Unsplash)

8 Aturan Tak Tertulis di Surabaya yang Wajib Kalian Tahu Sebelum Datang ke Sana

1 Desember 2025
Pengakuan Pengguna Tumbler Lion Star: Murah, Awet, dan Tidak Mengancam Masa Depan Karier Siapa pun

Pengakuan Pengguna Tumbler Lion Star: Murah, Awet, dan Tidak Mengancam Masa Depan Karier Siapa pun

29 November 2025
5 Hal yang Bikin Orang Solo Bangga tapi Orang Luar Nggak Ngerti Pentingnya

5 Hal yang Bikin Orang Solo Bangga tapi Orang Luar Nggak Ngerti Pentingnya

29 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.