Menabrak Kucing Bisa Mengalami Kesialan, Tapi Tidak Menabrak Kucing Bisa Mengalami Kesialan Juga

menabrak kucing

menabrak kucing

Masyarakat kita itu kebanyakan sangat suka percaya akan hal-hal yang berbau mitos. Seperti halnya prahara seputar menabrak kucing yang nantinya akan mengalami serangkaian kesialan-kesialan secara beruntun. Meski belum jelas kebenaran hal tersebut, namun kebanyakan orang merasa takut jika harus menabrak kucing.

Mereka bukan takut merasa berdosa ataupun merasa bersalah karena telah menghilangkan nyawa makhluk hidup dari muka Bumi ini. Tidak. Namun mereka hanya sekadar takut jika hidup mereka akan mengalami kesialan. Kesialan yang seperti apa, selama ini belum ada yang bisa menjelaskannya secara rinci. Pokoknya sial gitu aja. Dan anehnya mereka tetap saja masih merasa ketakutan akan mengalami ‘sial’.

Padahal dalam hidup ini kita kan tak selamanya menjalani kehidupan yang mulus dan tanpa hambatan. Mau tak mau, harus ada cerita kesialan-kesialan yang membuat hidup kita berwarna. Contohnya saja seseorang yang setiap hari lancar berkendara dengan motornya, sesekali tentu dong mereka mengalami hari yang sial saat tiba-tiba saja ban motornya bocor di tengah jalanan yang sepi dan tak ada tukang tambal Ban. Sudah gitu uang di kantongnya cuma tinggal lima ribu rupiah. Parahnya lagi handphone juga kehabisan baterai. Belum lagi, perutnya yang mendadak mules nggak karuan ingin buang air besar. Maka hari ini itu benar-benar disebut hari yang sial sesialnya.

Baik, kembali lagi pada menabrak kucing. Kebanyakan pengendara biasanya sebisa mungkin akan menghindari kucing yang menyebrang di jalan. Sehingga tak sedikit yang mengalami kecelakaan karena hal tersebut.

Suatu hari, saya pernah menengok teman saya yang sakit. Ia baru saja mengalami kecelakaan beberapa hari yang lalu. Seluruh tubuhnya penuh luka dan tangan kanannya bahkan mengalami patah tulang. Disinyalir, teman saya ini sampai mengalami hal ini dikarenakan menghindari kucing yang menyebrang jalan. Waktu itu dia berkendara dengan kecepatan tinggi, sehingga tidak memungkinkan untuk mengerem. Jadi dia memutuskan untuk membanting kendaraannya ke trotoar.

Hal baiknya, kucing itu selamat dari maut dan hal burukya, teman saya ini berakhir dengan cidera yang lumayan parah. Setelah saya tanya, dia bercerita bahwa dia takut kalau sampai menabrak kucing dan dia akan mengalami sial seperti yang diceritakan orang-orang. Jadi, jatuh dari motor, muka lecet-lecet, tubuh luka-luka, kendaraan rusak, dan tangan patah itu bagi dia bukan sebuah bentuk kesialan?

Saya tak habis dengan pemikiran yang demikian ini. Memang nyawa kucing itu penting, bagaimana pun ia tetap makhluk hidup dan juga makhluk ciptaan Tuhan. Tapi ada saatnya kita juga harus berpikir rasional. Jangan hanya karena takut ‘sial’, kita lantas membahayakan diri sendiri. Tak sedikit loh, orang yang meninggal karena menghindari kucing seperti ini.

Perlu dipahami, seberapa pentingnya nyawa kucing, tetap saja masih penting nyawa manusia. Seperti yang kita tahu bahwa kucing itu memiliki sembilan nyawa, sedangkan manusia hanya memiliki satu nyawa.

Pernah saya membaca sebuah artikel yang dibagikan di komunitas pencinta kucing. Dalam artikel tersebut dijelaskan bahwa kucing itu memiliki nyawa berlapis-lapis. Jikalau ada kucing yang sengaja berjalan lambat di tengah jalan, itu bukan karena kebetulan semata, tapi itu mungkin nyawa si kucing sudah habis masa kontraknya. Sehingga bahasa kasarnya, memang beberapa kucing memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dengan cara menabrakan diri. Artikel tersebut benar atau hoaks, saya juga tak tahu. Entahlah, mungkin hanya kucing dan Tuhan yang tahu tentang misteri ini.

Tapi menurut saya, jika kita memang sedang berkendara dalam kecepatan tinggi dan tak memungkinkan untuk mengerem, maka tabrak saja kucing tersebut. Jangan mendadak menghindar. Karena selain bisa membahayakan diri sendiri, hal tersebut bisa juga membahayakan pengendara lain. Pernah loh, saya mengalami tabrakan beruntun, karena sebuah mobil yang tiba-tiba berhenti mendadak karena ada kucing di tengah jalan.

Jika memang memungkinkan untuk mengerem, yah berhentilah. Biarkan si kucing itu lewat. Toh, kita juga tahu sendiri bahwa kucing tidak sekolah, jadi ia tak tahu bahwa untuk menyebrang jalan raya itu ada aturannya. Karena rata-rata, semua kucing di dunia ini selalu beranggapan bahwa seluruh kota merupakan tempat bermain yang asyik—play OST. Crayon Shincan~

Tapi, jika kita memang tak bisa mengerem, maka jangan ragu untuk menabrak si kucing tersebut. Percayalah, kucing bukan hewan yang menaruh dendam dan akan menjadi arwah penasaran yang menghantui hidup kita. Namun, alangkah bijaknta bila setelah menabrak kita berhenti dan melihat keadakan kucing tersebut.

Jika kucing itu mati, maka kita bisa bertanya pada warga sekitar apakah kucing tersebut memiliki tuan. Kalau ternyata kucing tersebut merupakan hewan peliharaan, maka bawa kucing tersebut pada pemiliknya. Ceritakan kejadiannya dan ucapkan permohonan maaf karena telah menabrak kucingnya. Mereka tentu akan paham dan memaafkanya, dibanding jika kita memutuskan untuk kabur dan tidak tanggung jawab.

Namun jika kucing tersebut ternyata hanya kucing liar tanpa tuan. Maka paling tidak, kita bisa menguburkannya dengan cara yang baik. Kalau hal itu tak memungkinkan karena kita ada di luar kota, maka kita bisa minta bantuan warga sekitar untuk mengurus jasadnya dengan memberi imbalan.

Kalau ternyata kucing yang kita tabrak ternyata tidak mati, dan hanya mengalami cidera, maka bawalah segera ke dokter hewan. Tanggung biaya pengobatannya hingga sembuh. Ingat ya, yang bisa merasakan sakit itu nggak cuma manusia doang, tapi hewan juga.

Jika memang kita terpaksa menabrak kucing dan tak memungkinkan untuk berhenti. Misal saat kita berkendara di jalan tol. Nggak mungkin dong kita bisa berhenti secara tiba-tiba. Ini sangat berbahaya. Maka tak mengapa, terus saja melaju dan biarkan kucing tersebut tetap berada di sana. Toh, nanti akan ada petugas tol yang menepikannya. Kita cukup doakan dalam hati, agar si kucing bahagia di alamnya yang baru.

Tulisan ini saya buat bukan semata-mata karena saya benci kucing. Bukan pula menyarankan orang untuk menabrak kucing tanpa sebab yang pasti. Namun saya prihatin saja, ketika melihat beberapa berita tentang kecelakaan yang diakibatkan menghindari seekor kucing.

Saya juga pencinta kucing kok, entah itu kucing ras atau kucing liar. Saya sendiri pernah kok menangis selama tiga hari tiga malam karena mendapati kucing saya yang ditabrak lari. Saya tahu, mau tak mau, siap tak siap, setiap yang bernyawa pasti akan mati. Tapi kelakuan pengendara yang tidak bertanggungjawab itulah yang membuat saya begitu kecewa.

Meski sudah puluhan tahun berlalu, namun saya masih ingat jelas bagaimana kucing kesayangan saya itu tergeletak di tengah jalan dengan tubuh yang dipenuhi darah. Tak ada seorang pun yang tergerak hatinya untuk menepikannya. Dengan berlinang air mata, saya menggendong kucing saya itu ke rumah dan menguburkannya dengan penuh haru.

Saya yakin, dengan menabrak kucing itu tak akan mengalami kesialan. Karena itu semata-mata sebuah kecelakaan. Tapi, bersikaplah layaknya ksatria dengan cara bertanggung jawab. Jangan jadi pecundang yang kabur begitu saja.

Exit mobile version