Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Kuliner

Mempertanyakan Keaslian Rumah Makan Padang

Dessy Liestiyani oleh Dessy Liestiyani
23 Agustus 2022
A A
Mempertanyakan Keotentikan Rumah Makan Padang di Bukittinggi Terminal Mojok

Mempertanyakan Keaslian Rumah Makan Padang (Midori via Wikimedia Commons)

Share on FacebookShare on Twitter

Ada hal yang mengganggu saya ketika seorang teman menyodorkan link tentang “ciri-ciri rumah makan Padang yang asli” pada saya. Sesuai judulnya, tulisan tersebut memang menampilkan beberapa hal yang menjadi syarat rumah makan yang “Padang” banget.

Sebenarnya nggak ada yang salah dengan tulisan tersebut. Pengamatan saya tinggal 10 tahun di Sumatra Barat mengamini beberapa hal yang tertulis di dalamnya. Demikian pula yang tersurat dalam banyak referensi lainnya yang mengidentifikasikan hal-hal sejenis, seperti daging rendang yang lebih kering dan berwarna kehitaman, rasa pedas yang lebih menyengat, kuah gulai yang lebih kental, atau hanya menyajikan menu-menu seperti baluik (belut), limpa, tambusu (usus sapi yang diisi campuran tahu dan telur), gajebo (daging sapi dengan banyak bagian lemak), atau otak sapi.

Pertama kali menginjakkan kaki di Bukittinggi, sebagai penggemar kuliner saya merasa tersanjung karena memiliki privilese untuk merasakan bagaimana cita rasa masakan Padang yang sebenar-benarnya. Saya sudah berada di bumi Minangkabau, kebangetan bener deh kalau saya sampai meragukan keaslian rumah makan Padang di kota ini.

Selain restoran Sederhana, Simpang Raya, atau Lamun Ombak yang namanya terdengar familier bagi saya yang mantan “orang Jakarta” ini, ada beberapa nama juga yang terasa “asing” seperti restoran Selamat atau restoran Family Benteng. Kedua rumah makan Padang tersebut bisa dibilang legendaris di kota ini. RM Selamat dari referensi ternyata telah eksis sejak 1937, dan terkenal dengan masakan rendang dagingnya. Sementara RM Family Benteng ngetop berat dengan ayam pop-nya, juga lahir sejak 1946 dari referensi yang saya baca.

Ya, saya menemukan bukti-bukti keaslian tersebut di sini. Kuah lebih kental, iya. Cita rasa yang lebih pedas, ho’oh. Termasuk mencoba samba (lauk pauk) yang hanya ada di rumah makan Padang tertentu di Jakarta seperti tambusu atau gajebo itu, dengan rasa yang lebih sempurna, lebih luar biasa dahsyat endesss!

Namun, semakin lama saya merasa resah. Kira-kira berapa lama rumah makan Padang ori ini mampu mempertahankan keaslian identitasnya? Pertanyaan ini bukan tanpa sebab. Suatu saat, saya mulai kecewa ketika kualitas rendang di sebuah rumah makan Padang langganan ternyata berubah. Daging yang awalnya sangat empuk itu, tiba-tiba saja kudu “berantem” dulu dengan organ-organ di rongga mulut saya sebelum bisa saya telan. Alot bener. Hal itu tentu saja membuat jidat saya berkerut. Kok begindang?

Sebenarnya hal ini nggak serta-merta membuat saya kapok untuk membeli rendang lagi di tempat langganan saya tersebut. Ah, mungkin saat itu saya lagi apes dapat “produk rijek”. Tapi ketika sang rendang sepertinya enggan bermetamorfosis ke bentuknya yang semula, tentu saja akhirnya saya putuskan untuk nggak mengidolakannya lagi. Waktunya cari tempat rendang baru.

Lain waktu, saya merasa nge-fans gila dengan masakan itiak lado hijau (bebek cabai hijau) di sebuah rumah makan Padang. Pada dasarnya masakan khas ini memang diciptakan super duper pedas level 200. Namun, rumah makan Padang langganan saya itu mampu mengolahnya sedemikian rupa sehingga saya nggak perlu minum air segalon untuk menikmatinya. Bagi saya, pedasnya pas. Saya bisa menikmatinya tanpa perlu merasakan pedas yang menusuk sampai kepala.

Baca Juga:

9 Ciri Warung Nasi Padang yang Sudah Pasti Enak dan Bikin Balik Lagi

7 Dosa Rumah Makan Padang yang Bikin Pelanggan Kapok Balik Lagi

Namun setelah pembelian ke-53—kira-kira aja nih, Gaes, saking seringnya saya beli—saya mulai merasakan hal yang berbeda dari masakan itiak favorit ini. Dan ketika saya tanyakan pada sang Uni yang melayani, beliau mengakui rasa yang berubah itu karena mengikuti permintaan dari pelanggan-pelanggan lainnya.

Kedua kasus ini, rendang dan itiak lado hijau ini hanyalah contoh betapa rumah makan Padang di Kota Bukittinggi ini pun mengalami inkonsistensi dalam cita rasa masakannya. Ketika cita rasa—suatu hal yang menjadi poin utama dalam sebuah masakan—justru menjadi satu hal yang mudah mengalami perubahan, bagaimana dengan hal-hal autentik lainnya seperti ragam dan kualitas menu?

Ketika saya menemukan udang bakar, ikan lele, ayam geprek, atau bahkan sate ayam yang tersedia di beberapa rumah makan Padang, saya jadi bertanya-tanya, apakah menu-menu ini memang sengaja disajikan karena banyak wisatawan dari ibu kota yang datang? Kuah gulai yang menjadi nggak terlalu kental di beberapa rumah makan Padang, apakah juga disengaja karena banyak orang memulai gaya hidup yang lebih sehat? Alasan yang sama ketika gajebo atau gulai otak juga mulai jarang dijumpai, terutama di restoran-restoran Padang di Jakarta. Dan saya bertanya-tanya, apakah nantinya—dalam kondisi yang sama—menu gulai tambunsu dan kepala ikan juga akan punah?

Beberapa teman dan kerabat saya sudah lama memilih-milih rumah makan Padang seperti apa yang akan mereka datangi. Mereka masih mengakui nasi Padang adalah pilihan paling yahud di kala kelaparan, namun beberapa dari mereka juga membatasi untuk nggak lagi mengonsumsi gulai otak atau limpa, dan memilih cita rasa makanan yang nggak terlalu pedas.

Pada akhirnya, ketika standar ini kemudian “dibenturkan” dengan keinginan pasar, saya merasa bahwa keautentikan rumah makan Padang ini suatu saat akan mengalami perubahan juga. Apakah nantinya aneka jeroan malah menjadi makanan langka yang hanya ditemui di sudut-sudut kota? Atau, karupuak jangek (kerupuk kulit sapi) yang diguyur kuah gulai akan digantikan oleh kerupuk ikan tercelup kuah ala-ala seblak? Hiiiy, membayangkannya saja n666eriii…

Sebagai warga kota wisata di bumi Sumatra, saya masih berharap rumah makan Padang di Bukittinggi nggak mengalami degradasi yang terlalu signifikan dari standar keautentikannya. Agak aneh soalnya kalau wisatawan datang ke Bukittinggi, tapi malah kulineran pecel ayam di rumah makan Padang. Ya, kan?

Penulis: Dessy Liestiyani
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Nasi Kapau vs Nasi Padang: Membedah Karakter Konsumen dari Perbedaan Keduanya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.

Terakhir diperbarui pada 23 Agustus 2022 oleh

Tags: otentikrumah makan padang
Dessy Liestiyani

Dessy Liestiyani

Wiraswasta, mantan kru televisi, penikmat musik dan film.

ArtikelTerkait

5 Menu Red Flag dari Rumah Makan Padang. Jangan Pernah Beli Menu Ini, Mending Makan Nasi Pakai Garam!

5 Menu Red Flag dari Rumah Makan Padang. Jangan Pernah Beli Menu Ini, Mending Makan Nasi Pakai Garam!

3 Agustus 2023
Makan Nasi Padang Pakai Sendok Itu Kurang Kerjaan terminal mojok.co

Riset Saya untuk Membuktikan Apakah Penjual Nasi Padang Memang ‘Bias Gender’

17 April 2020
9 Ciri Warung Nasi Padang yang Sudah Pasti Enak (Hammam Izzuddin)

9 Ciri Warung Nasi Padang yang Sudah Pasti Enak dan Bikin Balik Lagi

6 Oktober 2025
kobokan

Memakai Kobokan Pas Mencuci Tangan: Bersih atau Tidak Ya?

17 September 2019
Rumah Makan Padang yang Tidak Otentik Bukan Dosa (Unsplash)

Rumah Makan Padang yang Tidak Otentik Bukan Dosa, Tidak Perlu Dirazia apalagi Dilarang Jualan

30 Oktober 2024
6 Tabiat Buruk Pelanggan Rumah Makan Padang yang Dibenci Penjual Mojok.co

6 Tabiat Buruk Pelanggan Rumah Makan Padang yang Dibenci Penjual

21 Agustus 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Madiun, Kota Kecil yang Banyak Berbenah kecuali Transportasi Publiknya Mojok.co

Madiun, Kota Kecil yang Sudah Banyak Berbenah kecuali Transportasi Publiknya

2 Desember 2025
Tidak seperti Dahulu, Jalanan di Solo Kini Menyebalkan karena Semakin Banyak Pengendara Nggak Peka Mojok.co

Tidak seperti Dahulu, Jalanan di Solo Kini Menyebalkan karena Semakin Banyak Pengendara Nggak Peka

1 Desember 2025
5 Tips Agar Kantong Nggak Jebol Dikeroyok Diskon Natal dan Tahun Baru Mojok.co

5 Tips Agar Kantong Nggak Jebol Dikeroyok Diskon Natal dan Tahun Baru

2 Desember 2025
4 Hal tentang Untidar Magelang yang Belum Diketahui Banyak Orang Mojok.co

4 Hal tentang Untidar Magelang yang Belum Diketahui Banyak Orang

29 November 2025
4 Aturan Tak Tertulis Berwisata di Jogja agar Tetap Menyenangkan Mojok.co

4 Aturan Tak Tertulis Berwisata di Jogja agar Liburan Tetap Menyenangkan

30 November 2025
Sebagai Warga Pemalang yang Baru Pulang dari Luar Negeri, Saya Ikut Senang Stasiun Pemalang Kini Punya Area Parkir yang Layak

Sebagai Warga Pemalang yang Baru Pulang dari Luar Negeri, Saya Ikut Senang Stasiun Pemalang Kini Punya Area Parkir yang Layak

29 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.