Perempatan Gedangan yang ruwet di Sidoarjo sudah mati rasa, seperti seorang laki-laki yang berulang kali ditinggal menikah oleh kekasihnya. Sementara Jembatan Kedungpeluk, satu-satunya jembatan penghubung dua desa di Kecamatan Candi, tersenyum skeptis saat menerima perhatian dari bupati baru, layaknya seorang perempuan yang meragukan ketulusan hati kekasihnya akibat terlalu lama berada dalam situationship.
Andaikata perempatan Gedangan dan jembatan Kedungpeluk punya perasaan, mungkin itu perasaan yang sedang dialami mereka saat ini. Perempatan Gedangan dan jembatan Kedungpeluk hanya dua dari puluhan infrastruktur utama yang sudah merana selama belasan tahun.
Sidoarjo bukan kabupaten miskin, di tahun 2024 saja pendapatan daerah mencapai Rp4,98 triliun. Mengutip laman DPRD Kabupaten Sidoarjo, kenaikan pendapatan mencapai Rp846 miliar. Bagaimana tidak kaya, perusahaan-perusahaan besar banyak tersebar di wilayah Sidoarjo.
Sekali lagi, meskipun dikenal sebagai kabupaten autopilot, Sidoarjo bukan kabupaten miskin. Budget belanja daerah sepanjang tahun 2024 dianggarkan pemkab sebesar Rp5,25 triliun. Tapi, infrastruktur di berbagai wilayah Sidoarjo baru diperbaiki kalau warga sudah bertindak ekstrem. Mulai dari menanam pisang di tengah jalan, sampai membangun kembali jembatan ambruk secara swadaya. Belum lagi soal infrastruktur sekolah di Sidoarjo yang sudah usang. Banyak sekolah di Sidoarjo yang rusak, plafon runtuh, hingga sekolah ambruk yang tidak segera disentuh oleh pemkab.
Gambaran di atas hanya secuil kondisi infrastruktur di Sidoarjo sebelum rezim baru menetapkan pemangkasan anggaran berkedok efisiensi di sana-sini. Lalu bagaimana keadaan Sidoarjo setelah anggaran berkurang? Siap-siap, ya, tulisan selanjutnya di bawah ini adalah perkiraan kondisi infrastruktur Sidoarjo setelah anggaran tidak lagi utuh.
Daftar Isi
Flyover tidak jadi dibangun, Gedangan masih terus merenggut masa muda
Keberlanjutan pembangunan jalan frontage dan rencana pembangunan flyover Gedangan kemungkinan besar akan dilupakan oleh Pemkab Sidoarjo di tahun 2025. Perkiraan ini punya alasan kuat, ini soal trust issue warga Sidoarjo kepada pemkab. Bagaimana tidak trust issue, rencana pembangunan jalan frontage sudah dianggarkan sejak tahun 2016, mulai dibangun sejak tahun 2017 dan seharusnya sudah selesai tahun 2021. Tapi kenyataannya, sampai tulisan ini dibuat, proses pembangunan jalan frontage Sidoarjo belum selesai.
Pembangunan flyover Aloha yang dibanggakan oleh Gus Muhdlor, karena memang di masa pemerintahannya pembangunan infrastruktur di Sidoarjo mulai bangkit, lebih melegakan karena mega proyek ini berhasil rampung di tahun 2024 sesuai target. Tapi, flyover Aloha itu satu paket dengan jalan frontage yang seharusnya sudah rampung, jadi tetap saja flyover tidak menyelesaikan masalah keruwetan jalan. Flyovernya memang gagah dan estetik, tapi tujuannya tidak tercapai. Flyover Aloha gagal melakukan efisiensi kemacetan.
Belum juga proyek jalan frontage rampung, warga Sidoarjo sudah dijanjikan flyover Gedangan. Tapi sebelumnya, mari kembali sebentar ke tanggal 6 September 2024, ketika Jokowi meresmikan Flyover Juanda. Mengutip DetikJatim, Jokowi berjanji akan memudahkan proses pengerjaan flyover Gedangan. Di bawah flyover Juanda, berdampingan dengan Jokowi, Subandi, plt Bupati Sidoarjo yang saat itu menggantikan posisi Gus Mudhlor yang keburu diciduk KPK, dengan tegas mengatakan jika rancangan flyover sudah siap dan pembangunan flyover Gedangan akan dimulai tahun 2025.
Rencana besar itu (mungkin) tetap gagal
Masalahnya, pemerintahan rezim baru terang-terangan memangkas anggaran Kementerian Pekerjaan Umum (PU) sampai 73,34%. Pemangkasan sebanyak itu pasti berimbas juga untuk proyek infrastruktur. Saat anggaran utuh saja, proyek jalan frontage dan flyover Aloha memakan waktu sampai 3 periode pilkada, bahkan lebih. Semua karena terhambat kasus korupsi oleh bupati.
Subandi yang saat ini sudah menjadi bupati terpilih, tak mungkin lupa dengan rencana pembangunan flyover. Tapi kemungkinan besar rencana itu gagal karena tidak ada anggaran dari pusat. Ditambah lagi janji Bapak Joko Widodo untuk memudahkan birokrasi pembangunan flyover Gedangan yang mustahil. Memang bisa ya, mantan presiden ikut cawe-cawe pekerjaan presiden yang baru?
Jadi, lebih baik warga Sidoarjo, khususnya warga Kecamatan Gedangan, dan siapa pun yang setiap hari harus melalui jalan terkutuk itu untuk mengubur kembali harapannya. Flyover Aloha hanya simbol pencitraan, jangan harap jalan frontage selesai di 2025. Dan yang terpenting, buang jauh-jauh ekspektasi tinggi soal pembangunan flyover Gedangan yang dijanjikan. Lanjutkan saja sambatan tuwek nang dalan, tetap semangat!
Infrastruktur sekolah semakin baik, tidak ada lagi sekolah rusak di Sidoarjo
Tak kaget kalau anggaran pendidikan dipangkas, karena memang pendidikan bukan prioritas bagi pemerintahan saat ini. Kaget jangan, resah harus, karena ini soal pendidikan. Tak perlu dibahas mengapa pendidikan seharusnya jadi prioritas, semua orang tahu alasannya.
Warga Sidoarjo pasti juga resah, pemangkasan anggaran sebesar Rp8 triliun sudah jelas pendidikan di kabupaten autopilot kena imbasnya. Bayangkan saja, pemangkasan yang dilakukan termasuk pemangkasan dana infrastruktur 34,3% dan bantuan pemerintah 16,7%. Tidak mungkin infrastruktur Sidoarjo tak kena imbas pemangkasan yang berkedok efisiensi.
Tapi, kabar baiknya, Sidoarjo punya wakil rakyat, ada harapan-harapan yang bisa dititipkan kepada mereka. Sidoarjo boleh pesimis soal flyover dan perbaikan jalan, tapi soal infrastruktur sekolah, warga Sidoarjo bisa sedikit lega karena 2025 tidak ada lagi sekolah rusak, pembangunan infrastruktur sekolah tetap berjalan.
Sidoarjo punya sederet daftar sekolah yang rusak di tahun 2023-2024, infrastruktur sekolah menjadi perhatian khusus DPRD Sidoarjo. Meskipun anggaran pendidikan dipangkas oleh pemerintah pusat, masih ada dana Pokir. Pokir (Pokok-pokok pikiran) adalah sambatan rakyat yang ditampung oleh anggota DPRD. Pokir yang berisi usulan program yang benar-benar dibutuhkan oleh rakyat ikut serta dibahas dalam RAPBD (Rancangan Anggaran Belanja Daerah). Iya dong, kegiatan apa pun pasti butuh dana.
Semua daerah punya dana Pokir, tak hanya Sidoarjo. Tapi semuanya tergantung seberapa kenceng wakil rakyat mau memperjuangkan kebutuhan rakyat, terutama kebutuhan yang sangat mendesak. Memperbaiki plafon sekolah sudah jelas kebutuhan mendesak. Beruntungnya, anggota DPRD Sidoarjo kenceng memperjuangkan program perbaikan sekolah. Ini baru wakil rakyat!
10 miliar untuk sekolah-sekolah yang rusak di Sidoarjo
Menyadur Ketik, dana Pokir Sidoarjo yang sudah disetujui sebesar 10 miliar rupiah, dan akan segera dipakai tahun ini untuk memperbaiki sekolah-sekolah yang rusak. Beberapa sekolah yang rencananya akan diperbaiki antara lain SDN 1 Bendotretek, SDN Kandangan, dan SDN 1 Wonokasiyan, serta beberapa sekolah di Kecamatan Krian yang beberapa waktu lalu rusak akibat angin puting beliung.
Suara rakyat sudah didengar, dana Pokir sudah siap, tinggal eksekusi, semua karena wakil rakyat Sidoarjo bekerja dengan tulus.
Boleh lega, tapi jangan lengah, karena pengelolaan dana Pokir, termasuk pencairannya berada di tangan pemkab, DPRD tidak berhak mengelola. Karena memang ada pasal yang menyebutkan kalau dana Pokir dikelola oleh pemda, aturan ini tertulis di dalam Pasal 178 Peraturan Menteri Dalam Negeri No.86 Tahun 2017. DPRD Sidoarjo punya akal sehat, sementara track record pemkab Sidoarjo soal duit-duitan tidak sehat.
Tapi setidaknya, Sidoarjo punya anggota DPRD yang pro rakyat, yang mau mendengar keluhan rakyat dan dengan serius memperjuangkan sampai rakyat mendapatkan haknya. Harapan untuk pendidikan di Sidoarjo masih ada, tak ada lagi sekolah rusak di tengah hiruk-pikuk pemangkasan anggaran oleh Presiden Prabowo Subianto. Terima kasih DPRD Sidoarjo.
Namanya juga perkiraan, bisa salah, bisa juga benar. Semoga saja perkiraan soal flyover Gedangan salah dan perkiraan soal infrastruktur sekolah benar-benar terwujud. Dan yang paling disemogakan warga Sidoarjo di tengah pemangkasan anggaran, semoga bupati saat ini tidak korupsi. Malu kalau sampai dapat predikat four time consecutive champions.
Penulis: Rina Widowati
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Sidoarjo: Surga untuk Pebisnis, Neraka bagi Perantau. Pengeluaran Selangit, Pemasukan Sulit!