Peralihan usia dari yang tadinya kepala satu ke kepala dua, memang merupakan sebuah proses diri ke arah yang semakin dewasa. Waktu masih anak-anak selalu berpikir untuk bermain dan menambah teman sebanyak mungkin. Beda lagi waktu sudah remaja, dituntut untuk lebih fokus terhadap pelajaran ini dan itu.
Yha, mungkin relasi pertemanan masih bisa dibilang luas alias masih memiliki banyak teman sebaya di sekolah atau lingkungan rumah. Masa-masa yang masih menyenangkan bukan?
Lalu, apa jadinya kalau sekarang sudah berkepala dua alias sudah menginjak usia dua puluhan. Tanggung jawab semakin besar pastinya. Semua orang (ya nggak semua sih) pasti setuju kalau peralihan usia dari belasan ke puluhan itu adalah peralihan dari remaja ke dewasa. Iya kan? Iya dong.
Kalau sudah begini, pikiran “jadi orang dewasa itu nggak gampang!” pasti bakal sering menghantui kepala. Lha, ya memang iya. Kalau buat saya bisa dibilang fase-fase beratnya hidup itu ya di usia dua puluhan. Tepatnya saya yang berusia 21 tahun.
Usia 21 tahun merupakan tantangan tersendiri bagi saya. Bagaimana tidak, di usia 21 tahun bisa dibilang masa depan ada pada genggaman saya. Saya dan kalian yang berusia kepala dua mungkin akan setuju dengan ini.
Saya sekarang masih kuliah dan jujur saja saya masih bingung apa yang harus saya lakukan setelah lulus. Mungkin beberapa orang sama seperti saya mungkin juga tidak. Sejuta keharusan yang tidak ingin dilakukan memaksa harus dilakukan demi masa depan kan. Saya bisa bilang tantangan terberat dalam hidup ketika pusing harus menuntaskan sejuta keharusan yang saya saja tidak ingin melakukannya.
Tapi, bukan berarti dengan usia 21 tahun jadi tidak mensyukuri hidup ya. Salah besar deh itu. Tuhan masih sayang dong makanya diberi umur sampai 21 tahun. Pertanyaannya apakah sanggup jiwa raga ini melewati fase-fase terberat di usia 21 tahun ini? Jawabannya tentu ada pada diri sendiri.
Lha, terus kenapa sih usia kepala dua dibilang fase-fase terberat dalam hidup? Coba deh disimak dan dipelajari.
1. Sulitnya Mikirin Cari Kerja Setelah Lulus
Ini sih saya nggak bisa bohong ya gaes. Saya saja yang masih kuliah pusing setelah lulus mau kerja apa dan di mana. Kalau yang sudah lulus kuliah mungkin pusing kenapa belum dapat panggilan sampai sekarang padahal ngelamar kerjanya sudah dari jauh-jauh hari. Sabar yaaa~
2. Jenuhnya Bekerja Habis Lulus SMA/SMK
Ya, meskipun waktu lulus SMA/SMK belum menginjak usia dua puluhan dan memilih langsung bekerja, toh nantinya akan menginjak usia kepala dua juga. Nah, mungkin fase-fase terberatnya di situ. Jenuh waktu bekerja setelah lulus sekolah bisa saja terjadi dan bingung mau melakukan apa lagi.
3. Bekerja Nggak Sesuai Bidang yang Diminati
Kalau masalah ini jujur deh nggak enak banget. Kuliah dengan jurusan yang nggak diminati saja sudah susah apalagi kalau harus kerja. Tapi, untuk sebagian orang bekerja tidak sesuai bidang tetap dilakukan demi bisa memenuhi segala kebutuhan kan. Apalagi kalau memutuskan untuk berumah tangga juga.
4. Nggak Bisa Lagi Bergantung pada Orang Tua
Namanya sudah usia dua puluhan dan sudah dewasa. Orang tua bukan lagi menjadi tempat bergantung terus-menerus seperti masa-masa sekolah atau kuliah. Mungkin waktu sekolah dan kuliah, segala biaya masih bisa ditanggung orang tua. Tapi, kalau sudah lulus dan bekerja kan harus bisa mandiri. Bergantung pada diri sendiri intinya.
5. Bimbang Antara Karier atau Teman Hidup
Kalau sudah menginjak usia dua puluhan wajar dong mulai memikirkan pasangan hidup. Apalagi yang sudah lulus kuliah atau mau mulai bekerja. Kadang bingung memilih antara karier terlebih dahulu atau pasangan hidup yang sudah ada di depan mata. Kalau memilih karier, takutnya pasangan malah menyerah karena ambisi bekerja. Kalau memilih pasangan, takutnya tidak bisa mencapai apa yang dicita-citakan selama ini. Ada baiknya didiskusikan dulu deh.
6. Membandingkan Diri dengan Orang Lain
Masalah satu ini sepertinya akan menghampiri siapa saja ya. Ketika melihat orang lain lebih berhasil entah itu dalam karier atau percintaan, nggak jarang akhirnya membanding-bandingkan. Nggak usah deh, mending fokus saja dengan apa yang jadi tujuanmu.
7. Frustasi Mikirin Masa Depan
Beberapa poin di atas bisa berakhir pada poin terakhir ini nih. Frustasi memikirkan bagaimana masa depan nantinya. Apakah sudah berada di jalur yang benar atau tidak. Apakah pekerjaan yang dipilih sudah tepat atau tidak. Apa yang akan dilakukan ketika tua. Apa semua yang sudah didapat sesuai dengan kemauan atau tidak dan berbagai pertanyaan lain yang akhirnya membuat diri sendiri stres.
Fase-fase terberat dalam hidup mungkin saja berasal dari beberapa poin yang saya tulis di atas. Tapi, bukan berarti nggak ada faktor lain lagi yang memengaruhinya. Tapi, bukan berarti juga fase-fase terberat itu menjadi hambatan bagi diri untuk berkembang. Jadi, semangat Gaessss!
BACA JUGA Tenang, Tak Perlu Insecure Terhadap Pencapaian Seseorang di Usia 27 Tahun atau tulisan Ayu Octavi Anjani lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.