Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Gaya Hidup

Meminta Oleh-oleh dan Traktiran adalah Budaya Kita

Seto Wicaksono oleh Seto Wicaksono
21 Mei 2019
A A
oleh-oleh dan traktiran

oleh-oleh dan traktiran

Share on FacebookShare on Twitter

Sudah menjadi kebiasaan turun-temurun jika seseorang bepergian, entah untuk tujuan berwisata atau ada tugas dinas dari kantor, yang diucap oleh orang disekitar bukannya, “Hati-hati, ya, semoga sehat dan selamat sampai tujuan”, melainkan, “Jangan lupa oleh-olehnya, ya!”Haish. Betul-betul sudah seperti mendarah daging. Ramashoook.

Di lingkungan pertemanan, perkantoran, bahkan di lingkungan keluarga sekalipun, ini sudah seperti menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam hidup.

Lambat laun, mungkin kebiasaan ini akan menjadi salah satu budaya negara kita yang harus diakui oleh PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa), khususnya oleh UNESCO (United Nations Educational, Scientific, and Curtural Organtizations) yang memang salah satu tujuannya adalah mempromosikan budaya yang dimiliki oleh suatu negara dalam rangka meningkatkan rasa saling menghormati yang berlandaskan pada keadilan. Agar budaya jangan-lupa-bawa-oleh-oleh ini tetap dilestarikan dan tidak diklaim oleh negara tetangga seperti yang sudah-sudah.

Seperti tidak ada beban dan tidak memiliki rasa bersalah, hal ini terus terulang dan dilakukan, bahkan bisa sampai membuat hati si pelancong merasa tidak enak jika oleh-oleh tidak dibeli. Tanpa memikirkan, apakah di pelancong memiliki uang untuk membeli oleh-oleh? Apakah uangnya selama di perjalanan cukup? Mengingat saat ini tiket transportasi terbilang mahal. Bisa jadi, uang yang dibawa memang seadanya—jangankan beli oleh-oleh, bisa makan tiga kali sehari di destinasi saja mungkin sudah syukur dengan penginapan seadanya.

Kalau mau dibawakan oleh-oleh—saran saya sih—cobalah untuk menitipkan uangnya, agar tidak membebani. Setidaknya menitip, bukan minta dibelikan—yang mana uangnya memang sudah diberikan terlebih dahulu.

Kebiasaan orang Indonesia lain yang biasa ditemui juga dirasakan adalah seringnya meminta traktiran pada momen tertentu. Saat ulang tahun, kelulusan, promosi jabatan, bahkan saat seseorang ingin pindah kerja atau resign.

Sejatinya, seseorang yang sedang merayakan hari ulang tahun, baiknya diberi sesuatu yang membahagiakan, kado misalnya. Itu pun tanpa paksaan. Lah ini kado tidak diberi, malah memaksa minta traktiran. Saya jadi teringat, ada teman saya yang saat ini tinggal dan menetap di Belanda pernah berbagi pengalaman saat perayaan ulang tahun. Di sana, yang berulang tahun justru yang ditraktir oleh teman-temannya—ditanya ingin makan apa. Filosofinya teramat sederhana yaitu bahwa orang yang sedang berulang tahun layak untuk diberi kebahagiaan.

Kita yang sudah pernah dijajah oleh Belanda, apa sebaiknya tidak mengadaptasi budaya ini? Ini hal yang terbilang positif dan patut ditiru—dibanding melestarikan dan hanya mengadaptasi budaya korupsi yang terjadi pada masa VOC (Perusahaan Hindia Timur Belanda) berjaya sewaktu negara kita masih dalam penjajahan—membahagiakan tidak, membuat susah khalayak banyak iya.

Baca Juga:

4 Makanan yang Sebaiknya Jangan Dijadikan Oleh-Oleh dari Surabaya

Bukan karena Rasanya Enak, Biskuit Khong Guan Dibeli karena Bisa Memberi Status Sosial

Tidak cukup sampai di situ, di dunia kerja pun ini seperti menjadi hal yang lumrah dan biasa dilakukan praktiknya oleh oknum tertentu. Saya sampai sempat berpikir, apa tidak sekalian saja dibuat dalam kontrak kerja, bagi siapa yang resign perlu menyediakan makanan untuk santapan kepada rekan sebagai bentuk kenang-kenangan. Halah, langsung dapat kerjaan saja belum tentu, sekalipun dapat kerjaan dan benefit lebih besar, pasti akan ada kebutuhan ini itu. Rasanya terbalik—baiknya, yang resign atau mendapat promosi jabatan yang mendapat traktiran, agar ada kesan yang positif saat perpisahan dan sulit dilupakan.

Entah dari mana asal dan mulanya, kebiasaan yang seakan menjadi budaya serta keharusan ini seperti harus dihilangkan. Kalau negara tetangga ingin klaim, sungguh amat dipersilakan.

Sebentar lagi memasuki masa lebaran—pada fase ini, banyak orang yang mudik rentan akan permintaan oleh-oleh dari berbagai kalangan. Jika sudah seperti ini, harus diakui cukup meresahkan. Bagaimana tidak, kembali dengan selamat dari tempat tujuan saja belum tentu, ini sudah diingatkan saja soal oleh-oleh.

Namun demikian, pemberian oleh-oleh tentu menjadi tidak masalah jika si pembawa oleh-oleh memang berniat untuk membeli dan membawakan tanpa harus diingatkan melalui kalimat bernada paksaan. Saya rasa, pada dasarnya semua orang—termasuk saya—senang jika dibawakan oleh-oleh, sebagai tanda orang tersebut ingat akan keberadaan atau status kita sebagai saudara maupun teman.

Apalagi jika tahu, ada seorang rekan yang akan memberi traktiran. Di negara berkembang ini, siapa sih orang yang tidak suka dengan sesuatu yang gratisan? Sadar atau tidak, cepat atau lambat, mental gratisan dan meminta oleh-oleh ini harus dibenahi bagi semua kalangan. Khususnya saya, yang selalu berada di barisan terdepan jika mendengar kata traktiran.

Terakhir diperbarui pada 5 Oktober 2021 oleh

Tags: LebaranOleh-OlehTraktiranUlang Tahun
Seto Wicaksono

Seto Wicaksono

Kelahiran 20 Juli. Fans Liverpool FC. Lulusan Psikologi Universitas Gunadarma. Seorang Suami, Ayah, dan Recruiter di suatu perusahaan.

ArtikelTerkait

hoax positif lebaran

Hoax Positif Banyak Kita Temukan Ketika Lebaran

13 Juni 2019
Tradisi Kupatan sebagai Tanda Berakhirnya Hari Lebaran Masa Lalu Kelam Takbir Keliling di Desa Saya Sunah Idul Fitri Itu Nggak Cuma Pakai Baju Baru, loh! Hal-hal yang Dapat Kita Pelajari dari Langgengnya Serial “Para Pencari Tuhan” Dilema Mudik Tahun Ini yang Nggak Cuma Urusan Tradisi Sepi Job Akibat Pandemi, Pemuka Agama Disantuni Beragama di Tengah Pandemi: Jangan Egois Kita Mudah Tersinggung, karena Kita Mayoritas Ramadan Tahun Ini, Kita Sudah Belajar Apa? Sulitnya Memilih Mode Jilbab yang Bebas Stigma Kenapa Saf Tarawih Makin Maju Jelang Akhir Ramadan? Kenapa Kita Sulit Menerima Perbedaan di Media Sosial? Masjid Nabawi: Contoh Masjid yang Ramah Perempuan Surat Cinta untuk Masjid yang Tidak Ramah Perempuan Campaign #WeShouldAlwaysBeKind di Instagram dan Adab Silaturahmi yang Nggak Bikin GR Tarawih di Rumah: Ibadah Sekaligus Muamalah Ramadan dan Pandemi = Peningkatan Kriminalitas? Memetik Pesan Kemanusiaan dari Serial Drama: The World of the Married Mungkinkah Ramadan Menjadi Momen yang Inklusif? Beratnya Menjalani Puasa Saat Istihadhah Menghitung Pengeluaran Kita Kalau Buka Puasa “Sederhana” di Mekkah Apakah Menutup Warung Makan Akan Meningkatkan Kualitas Puasa Kita? Kenapa Saf Tarawih Makin Maju Jelang Akhir Ramadan? Apakah Menutup Warung Makan Akan Meningkatkan Kualitas Puasa Kita? Mengenang Serunya Mengisi Buku Catatan Ramadan Saat SD Belajar Berpuasa dari Pandemi Corona Perlu Diingat: Yang Lebih Arab, Bukan Berarti Lebih Alim Nonton Mukbang Saat Puasa, Bolehkah? Semoga Iklan Bumbu Dapur Edisi Ramadan Tahun Ini yang Masak Nggak Cuma Ibu

Ramadan Tahun Ini, Kita Sudah Belajar Apa?

15 Mei 2020
Perayaan Ulang Tahun Adalah Pola Berulang yang Membosankan terminal mojok.co

Perayaan Ulang Tahun Adalah Pola Berulang yang Membosankan

29 Januari 2021
Saya Punya Alasan untuk Tidak Perhitungan Follow IG Orang terminal mojok.co

Survei Saya Soal Nyebelin Tidaknya Repost Ucapan Ulang Tahun di Instagram Stories

10 Maret 2020
Investasi Bodong THR Anak Adalah Guyonan yang Paling Memuakkan Terminal Mojok.co

Investasi Bodong THR Anak Adalah Guyonan yang Paling Memuakkan

10 Mei 2022
4 Hal yang Perlu Disiapkan bagi yang Mudik Pakai Sepeda Motor Terminal Mojok.co

4 Hal yang Perlu Disiapkan bagi yang Mudik Pakai Sepeda Motor

28 April 2022
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Banyuwangi: Ditinggal Ngangeni, Ditunggui Bikin Sakit Hati

Banyuwangi: Ditinggal Ngangeni, Ditunggui Bikin Sakit Hati

20 Desember 2025
Opel Blazer, Motuba Nyaman yang Bikin Penumpang Ketiduran di Jok Belakang

Opel Blazer, Motuba Nyaman yang Bikin Penumpang Ketiduran di Jok Belakang

23 Desember 2025
Menjajal Becak Listrik Solo: Cocok untuk Liburan, tapi Layanan QRIS-nya Belum Merata Mojok.co

Menjajal Becak Listrik Solo: Cocok untuk Liburan, Sayang Layanan QRIS-nya Belum Merata 

24 Desember 2025
Desa Sumberagung, Desa Paling Menyedihkan di Banyuwangi (Unsplash)

Desa Sumberagung, Desa Paling Menyedihkan di Banyuwangi: Menolong Ribuan Perantau, tapi Menyengsarakan Warga Sendiri

22 Desember 2025
Mengenal ITERA, Kampus Teknologi Negeri Satu-satunya di Sumatra yang Sering Disebut Adik ITB

Mengenal ITERA, Kampus Teknologi Negeri Satu-satunya di Sumatra yang Sering Disebut Adik ITB

20 Desember 2025
Universitas Terbuka (UT): Kampus yang Nggak Ribet, tapi Berani Tampil Beda

Universitas Terbuka (UT): Kampus yang Nggak Ribet, tapi Berani Tampil Beda

26 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa
  • Sempat “Ngangong” Saat Pertama Kali Nonton Olahraga Panahan, Ternyata Punya Teropong Sepenting Itu
  • Pantai Bama Baluran Situbondo: Indah tapi Waswas Gangguan Monyet Nakal, Itu karena Ulah Wisatawan Sendiri

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.