Di mana ada hajatan, di situ ada cuan mengalir. Pepatah itu mungkin yang paling menggambarkan para pedagang yang suka mangkal di sekitar tempat hajat orang atau sebuah acara. Mereka adalah para pedagang yang suka membuka lapak di kanan-kiri tempat orang yang sedang punya hajat pernikahan ataupun yang lainnya.
Barang yang biasa dijual oleh para pedagang ini pun bermacam-macam. Pada umumnya barang yang mereka jual adalah barang-barang yang dapat dikonsumsi oleh anak-anak seperti mainan dan berbagai macam jajanan. Bahkan ada juga yang lebih bervariasi seperti memancing ikan-ikanan dan juga melukis.
Pada umumnya para pedagang tersebut sudah buka lapak sehari sebelum hari-H. Hal itu mereka lakukan agar dapat spot yang enak dan nyaman untuk berdagang. Hal itu pula yang membuat mereka kadang harus menginap agar ketika pagi tiba, mereka bisa langsung membuka lapak untuk berdagang. Ben sat set bwosss..
Sudah cukup lama sebenarnya ada pertanyaan besar di benak saya mengenai hal ini. Yakni bagaimana cara para pedagang ini menemukan tempat hajat yang bahkan terletak jauh dari tempat biasa mereka mangkal. Tapi kesempatan bagi saya untuk tahu secara langsung dari salah satu pedagang tersebut baru saja datang menghampiri.
Tepatnya beberapa hari yang lalu ketika tetangga saya yang rumahnya persis berada di depan rumah saya sedang punya hajatan pernikahan. Sebagai tetangga yang baik dan kebetulan sedang pulang kampung, pagi itu jam 8 saya sudah berdandan dan bersiap diri mengenakan baju batik dan celana rapi buat berangkat landang, kalo di Jogja biasa disebut rewang.
Ketika saya ke luar rumah, tiba-tiba ada seorang mas-mas yang tidak saya kenal berdiri sambil bersandar di pagar depan rumah saya. Tak jauh darinya, ada sebuah gerobak pentol. Berhubung acara belum dimulai dan saya ingin sedikit mengganjal perut yang sudah keroncongan, akhirnya saya memutuskan untuk membeli pentol dari mas-mas tersebut.
Setelah sedikit mengobrol dan mengajukan beberapa pertanyaan kepada mas-mas penjual pentol tersebut, akhirnya pertanyaan mengenai bagaimana para pedagang ini menemukan tempat hajatan untuk mereka berdagang yang ada di benak saya terjawab tuntas. Nih saya spill.
Berteman dengan pihak sound system
Kemajuan teknologi benar-benar membuat beberapa hal lebih mudah. Tak terkecuali bagi para pedagang tersebut. Pada umumnya mereka akan meminta untuk bertukar nomor WhatsApp dengan para pemilik sound system atau pegawainya. Dengan menyimpan nomor satu sama lain, secara otomatis mereka akan bisa saling melihat WhatsApp story satu sama lain.
Dengan menjalin hubungan via WhatsApp seperti itu, maka para pedagang tersebut akan bisa langsung bertanya lokasi hajatan pada hari itu melalui personal chat. Atau paling tidak para pedagang bisa memantau story WhatsApp pihak sound system yang juga biasanya sering membagikan kegiatan mereka ketika sedang mengoperasikan sound system di hajatan orang.
Ia juga menambahkan bahwa ia tidak hanya mempunyai kontak satu pihak sound system saja. Ia memiliki beberapa kontak pihak sound system untuk mencari informasi lokasi hajatan. Dengan melakukan hal itu, ia jadi punya banyak opsi untuk berdagang.
Mencari sumber suara
Mas-mas penjual pentol yang saya ajak ngobrol tersebut ternyata sebenarnya pagi itu nggak berniat mangkal di hajatan dekat rumah saya. Tempat mangkalnya sehari-hari berjarak 3 kilometer dari rumah saya. Ia pun baru pertama kali itu berdagang di desa saya.
Namun ketika mendengar suara dentuman musik dari sound system tempat hajatan yang cukup kencang dan kebetulan tempat mangkal langganannya sedang sepi pembeli, jadi dia langsung saja mencari dan meluncur ke sumber suara. Eh rejeki nggak ke mana katanya.
Berbagi info sesama pedagang
Sama seperti perkumpulan ojek online atau sebuah organisasi, para pedagang itu pun ternyata memiliki sebuah grup WhatsApp yang tidak lain tidak bukan berfungsi untuk berbagi informasi seputar dodolan mereka. Sekali lagi, kemajuan teknologi benar-benar membuat beberapa hal lebih mudah, kawan!
Mas-mas penjual pentol itu juga menambahkan bahwa ia mempunyai beberapa grup WhatsApp yang berisi sesama pedagang, terutama pedagang pentol seperti dirinya. Tapi walaupun ada beberapa grup WhatsApp, ia berkata bahwa kadang ada juga yang tidak mau berbagi informasi.
Tiga hal itu lah rahasia ramainya para pedagang di sekitar tempat hajatan. Akhirnya, saya bisa tidur nyenyak tanpa kepikiran ini lagi. Have a nice dream, kawan!
Penulis: Firdaus A’la Illiyyin
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Tidak Ada Hajatan yang Menguntungkan