Membayangkan jika Upin Ipin dan Anak-anak Kampung Durian Runtuh Jadi Tukang Parkir Liar

Membayangkan Upin Ipin dan Anak-anak Kampung Durian Runtuh Jadi Tukang Parkir Liar

Membayangkan Upin Ipin dan Anak-anak Kampung Durian Runtuh Jadi Tukang Parkir Liar (www.lescopaque.com)

Kebayang nggak sih kalau Upin, Ipin, Ehsan, Mail, Jarjit, dan Fizi pas udah rada gedean dikit nyambi jadi tukang parkir? Kira-kira mereka bakal bantu keluarin motor nggak?

Belakangan ini kalau saya perhatikan pembahasan soal parkir cukup ramai di mana-mana, baik di portal berita online maupun media sosial. Di Terminal Mojok misalnya, ada saja yang menumpahkan uneg-uneg soal tukang parkir liar yang katanya cuma terima duit dan ogah untuk sekadar membantu mengeluarkan motor.

Perdebatan mengenai parkir ini memang lagi hangat. Tapi alangkah baiknya jika kita rehat sejenak dan mengambil hal-hal jenaka dari isu tersebut, seperti membayangkan anak-anak Kampung Durian Runtuh jadi tukang parkir liar misalnya. Sekali-sekali kita membayangkan Upin Ipin, dkk., jadi remaja desa nakal gitu, lho, kira-kira apa yang bakal terjadi?

Saya tahu ini agak nyeleneh sih karena Upin Ipin, dkk., kan dididik menjadi anak baik-baik. Tapi, nggak ada salahnya sesekali nyeleneh biar seru. Coba bayangkan kalau Upin, Ipin, Jarjit, Mail, Fizi, dan Ehsan sudah jadi remaja Kampung Durian Runtuh yang pengangguran mencoba mencari nafkah menjadi tukang parkir liar. Begini nih yang bakal terjadi~

Upin dan Ipin

Si kembar botak ini sih memang sudah sering melakukan hal-hal nyeleneh sejak kecil, jadi mestinya kita nggak perlu kaget kalau keduanya jadi nakal ketika remaja. Sifat mereka berdua memang mencerminkan Kembara Kembar Nakal, yakni buku komik yang ditulis oleh Kak Ros.

Ketika beranjak remaja, Upin Ipin yang tengah dilanda bosan sekaligus kekurangan uang jajan ini mulai berinisiatif mencari uang jajan sendiri. Mereka jelas sungkan minta ke Opah yang sudah semakin tua. Sementara Kak Ros yang sudah bekerja nggak bisa terus-terusan memberikan mereka uang jajan

Dari segala macam pekerjaan, jadi tukang parkir adalah pilihan tepat untuk keduanya karena mereka nggak perlu mikir terlalu berat. Kalau saya terka, daerah kekuasaan si kembar botak ini adalah surau atau masjid. Hal ini lantaran keduanya masih sering ikut Tok Dalang ke masjid. Selain itu, masjid juga sarangnya orang beramal, jadi ada pembayaran apa pun pasti orang yang datang ikhlas saja mengeluarkan uang.

Meski jadi tukang parkir liar, Upin Ipin masih tahu diri, kok. Saya yakin, keduanya masih mau membantu orang-orang mengeluarkan motor mereka dan merapikan motor-motor di parkiran.

Baca halaman selanjutnya: Jiwa pengusaha Mail kian berkembang…

Mail

Sejak kecil Mail memang seorang laki-laki sejati. Bayangkan, di usia muda dia sudah memiliki sifat bak orang dewasa, cool, dan mampu cari uang sendiri.

Nah, jiwa pengusaha Mail kayaknya kian berkembang ketika dia beranjak dewasa. Karakter yang cukup nyentrik dalam serial animasi Upin dan Ipin ini sudah menjajal beragam bisnis, mulai dari yang biasa sampai nggak biasa. Salah satu usahanya yang unik adalah jadi tukang parkir bagi pengunjung Kedai Runcit, warung milik orang tuanya.

Memang agak licik, sih, tapi percayalah Mail bisa memperoleh keuntungan sangat besar dari jagain parkir di warung orang tuanya. Sebab sejauh ini, warung paling lengkap dan dekat di Kampung Durian Runtuh ya hanya Kedai Runcit. Warga kampung tentu nggak punya pilihan lain. Meski mereka cuma beli barang sedikit, mereka tetap harus bayar parkir walau belanjanya juga nggak sampai 5 menit.

Kayaknya kalau Mail jadi tukang parkir bakal ngeselin, sih, soalnya dia bakal taruh kotak bayar parkir aja tanpa stand by nungguin parkiran. Maklum, Mail kudu ngurusin usahanya yang lain juga, kan.

Jarjit

Selanjutnya kita beralih ke karakter yang agak underrated dalam serial animasi Upin dan Ipin, yaitu Jarjit. Pemuda keturunan India ini sebetulnya nggak punya keahlian lain selain berpantun. Tapi siapa sangka, justru karena nggak bisa apa-apa itulah dia memilih jadi tukang parkir liar demi bisa nambah uang jajan.

Agaknya Jarjit bakalan jago melakukan pekerjaannya ini. Gimana nggak jago, memiliki darah India pasti membuatnya terbiasa melihat tukang parkir di kampung halamannya sana. Nah, ketika bosan mulai melanda, pemuda satu ini pasti mengerahkan skill-nya mengatur parkiran.

Meski sering kali ceroboh dan ngeselin, Jarjit bisa galak, lho. Sifatnya ini mengacu pada dua episode Upin dan Ipin, yakni episode Menonton Bioskop dan Angsa Bertelur Emas. Dalam kedua episode tersebut, Jarjit mendadak jadi galak dan mampu mendisiplinkan orang. Kayaknya kalau jadi tukang parkir, Jarjit bakal jagain parkiran di event tertentu seperti Funfair atau saat nonton bareng di Kedai Uncle Muthu.

Fizi

Karakter dalam serial animasi Upin dan Ipin satu ini kisahnya cukup menyedihkan. Kalau anak-anak Kampung Durian Runtuh lainnya jadi tukang parkir karena gabut, Fizi mengambil pekerjaan ini karena terpaksa. Mau nggak mau, dia harus bisa membantu orang tuanya dengan bekerja apa saja.

Masalahnya, Fizi ini punya kepribadian yang kurang bagus, yakni baperan, cengeng, dan julid. Jadi saya khawatir kalau dia jadi tukang parkir, dia bakal suka nyindir kalau ada yang memberi uang dengan jumlah nggak semestinya. Misalnya dikasih uang seribu, dia bakal ngomong, “Motornya masih nyicil tuh, bayar parkir aja kurang!”

Di sisi lain, si Fizi ini juga baper dan cengeng kalau ada pemotor yang galak. Daerah kekuasaan Fizi kayaknya nggak ada, deh. Jadi kalau dia tugas, dia bakal cenderung mengikuti teman-temannya.

Ehsan

Sebenarnya karakter di serial animasi Upin dan Ipin ini memang mustahil jadi tukang parkir liar lantaran dia adalah orang terkaya di Kampung Durian Runtuh. Tapi, karena zaman sudah berubah, kita bayangkan saja ekonomi keluarganya mulai surut karena ayahnya pensiun. Jadilah Ehsan yang harusnya sekolah di kota malah harus tetap sekolah bersama anak-anak Tadika Mesra lainnya sekaligus mengikuti kebiasaan mereka mencari nafkah dari bisnis parkir liar.

Akan tetapi alih-alih jadi tukang parkir, si Ehsan malah jadi mandornya. Berkat koneksi ayahnya, dia jadi dihormati dan mendapat kedudukan sebagai mandor parkiran. Waduh, enak betul, ya. Ehsanlah yang membagi-bagi daerah kekuasaan, menentukan iuran bulanan, sampai jadi garda terdepan bila ada sengketa lahan parkir!

Oh ya, kalau ditanya, siapa yang penghasilannya lebih banyak dari menjadi tukang parkir liar di antara anak-anak Kampung Durian Runtuh di atas, terus terang saya juga bingung. Kalau ada yang bisa kasih analisis, boleh banget ditambahkan, Gaes.

Penulis: Bella Yuninda Putri
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Membayangkan jika 3 Karakter Upin Ipin Ini Jadi Dosen Pembimbing Skripsi.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version