Hari lebaran merupakan hari yang dinanti oleh seluruh umat muslim yang telah melaksanakan ibadah puasa dan juga yang tidak berpuasa selama sebulan penuh. Lebaran merupakan perayaan yang penuh dengan suka cita—semua orang bergembira. Hari raya adalah sebuah perayaan “kemenangan”.
Lebaran selalu membawa hal-hal yang menyenangkan bersamanya—keluarga yang mudik dan berkumpul bersama, kue lebaran yang bermacam jenis, mantan yang minta balikan dan tentu saja bagi-bagi uang THR yang hampir pasti selalu ada.
Satu hal yang pasti tidak terlewatkan di momen lebaran dan sepertinya sudah menjadi budaya tak terpisahkan dari masyarakat kita yaitu saling maaf memaafkan. Anak minta maaf kepada orang tua, adik meminta maaf kepada kakaknya dan bucin yang meminta maaf pada gebetannya padahal dia nggak salah apa-apa.
Salah satu yang juga sepertinya sudah menjadi budaya kita bahkan saat momen lebaran seperti ini pun yaitu julid. Masih ada saja yang julid tentang hidup orang lain.
“Eh si anu makanan aja difoto mulu.”
“Kok dia lagi di pantai yak lebaran gini. Nggak ngumpul bareng keluarga. Nggak punya keluarga apa”
Bahkan soal cara minta maaf pun dipermasalahkan. “Orang Indonesia, berbuat salahnya di dunia nyata, minta maafnya lewat dunia maya”.
Yaelah, Boi. Memangnya kenapa kalau minta maaf lewat dunia maya—ada yang salah? Kan nggak semua orang bisa mudik ke kampung halaman dan bertemu dengan keluarga. Sehingga sudah barang tentu minta maafnya lewat dunia maya. Lewat sosial media.
Lagian memangnya yakin selama kamu main sosial media kayak Facebook, Twitter, dan Instagram kamu nggak ada salah? Nggak ada khilaf? Yakin nggak ada yang tersinggung sama semua yang kamu share di media sosial? Apalagi penulis Mojok yang suka satire.
Selama kurang kebih setahun ini orang-orang pada ribut mulu soal politik. Bisa saja ada bacotanmu yang memang membuat orang lain jadi tersinggung dan sakit hati. Terutama buat kamu-kamu yang suka share berita yang ternyata tidak benar dan terbukti hoax. Bisa bikin sakit hati dan juga bisa berpotensi fitnah—ingat, fitnah itu lebih kejam dari pembunuhan.
Kalian yang suka berfoto pakai seragam kantor itu dan di-upload di media sosial sepertinya juga wajib untuk minta maaf online. Kalian tidak memikirkan kaum minoritas yang nganggur kaya saya ini. Kalian mana tahu saat kalian posting foto-foto kalian itu, para pengangguran yang sudah nyari kerja kemana-mana tapi nggak pernah dapat—mampus—jadi iri dan dengki. Sedangkan iri dan dengki itu kan dosa. Mereka ini jadi dosa gara-gara kalian.
Kalian kan nggak tahu saat kalian posting foto itu di medsos, ada teman atau keluarga mereka lihat dan bilang, “eh si anu sudah dapat kerja, kamu gimana?”—kan bangke!
Apalagi kalian yang suka upload foto sama pasangan yang belum tentu jadi jodohmu dengan caption,“aku tak bisa hidup tanpamu”—jijik. Kalian patut untuk meminta maaf kepada warganet jomblo kayak saya ini yang iri melihat kealay-an keromantisan kalian.
Maka dari itu minta maaf lewat dunia maya itu menurut saya sih nggak ada masalah dan nggak bikin kamu jadi rugi juga kan. Siapa tahu dengan begitu ada orang yang kamu nggak sengaja bikin dia jadi jengkel jadi berbaik hati memaafkan kamu.
Boleh jadi pas kamu posting permintaan maaf di media sosial, ada yang lihat dan kepikiran buat bayar utang yang sudah hampir dilupakan—tentu saja dengan sedikit sindiran. Kan kamu juga yang untung. Atau misalnya kamu punya utang, kamu bisa jadi ditagih—kamu jadi ingat dan bisa bayar utang. Selalu ada kebaikan dibalik suatu hal. Ingat, utang itu dibawa sampai mati loh.
“Tapi kan lebih baik minta maafnya ketemu secara langsung”. Hal itu memang benar. Kalau bisa ketemu secara langsung yah ketemu saja—sekalian bisa menjaga silaturahmi. Jangan tetanggaan maaf-maafannya malah online—berkunjunglah. Kan asik kalau maaf-maafannya bisa sekalian makan kue lebaran dan minum sirup leci ngobrol. Menjaga keakraban.
Sekarang sudah tahu kan kalau minta maaf itu sebenarnya nggak apa-apa secara online. Nikah saja ada yang online, masa minta maaf nggak boleh.
Saya juga kan nggak tahu bisa jadi ada pembaca Terminal Mojok yang tidak senang dengan tulisan-tulisan saya. Jadi lewat tulisan ini saya sekaligus mengucapkan “mohon maaf lahir dan batin” yhaaa~