Beberapa hari lalu, saya membaca tulisan mengenai Godean Sleman yang ditulis oleh Mbak Cindy Gunawan di Terminal Mojok. Tulisan tersebut membuat saya tergelitik dan ingin memperkenalkan lebih jauh lagi soal kapanewon satu ini.
Halo, Mbak Cindy, salam kenal dari warga Godean, ya. Iyaaa, Godean, bukan Jalan Godean, lho. Fyi, saya merupakan warga asli Godean. Selama 27 tahun saya tinggal di Desa Sidoluhur, Kapanewon Godean, Kabupaten Sleman. Sekarang usia saya 35 tahun, tapi jangan tanya 8 tahunnya ke mana, ya.
Jadi begini, tiap ditanya orang lain saya orang mana, saya akan menjawab kalau saya “orang Godean”. Saya juga sudah hafal respons orang yang bertanya. Biasanya mereka akan lanjut bertanya:
“Sama Demakijo (sebelah) mananya?”
“Kalau sama markas tentara sebelah mananya?”
“Sama Mirota Kampus (sekarang Manna Kampus) mananya?
“Kalau sama Ring Road deket nggak?”
Semua pertanyaan itu biasanya akan saya jawab dengan jawaban template:
“Saya Godean-nya, Mas/Mbak/Bu/Pak, bukan Jalan Godean,” yang kemudian saya lanjutkan, “Perempatan Pasar Godean ke selatan.”
Saya masih yakin, biasanya para penanya kebanyakan nggak tahu Pasar Godean. Hambok kethakan!
Begini Godean Sleman yang sesungguhnya…
Saya akan bantu menjelaskan kepada Mbak Cindy dan juga pembaca Terminal Mojok lainnya agar nggak ada salah kaprah di antara kita.
Begini, Godean Sleman yang sesungguhnya ada di barat Ring Road Demakijo. Bayangkan perjalanan dan titik-titik macetnya, ya. Ehe. Canda titik macet.
Dimulai dari Desa Sidoarum yang terkenal dengan pertigaan Bakmie Pele legendaris yang macetnya bikin uring-uringan, tapi untungnya bakmie-nya enak. Lanjut ke Desa Sidomoyo yang punya SPBU dan Mie Ramen “Kazu” yang waiting list banget, jadi mending pindah makan ke Sate Kere Pak Panut atau Mbah Mardi. Eh, tapi kok rame juga.
Ya sudah, mari saya antar ke desa selanjutnya, yaitu Desa Sidokarto yang ada Bakso PK Godean cabang Pakuningratan itu, lho. Masih macet? Lumayan ramai lancar apalagi kalau sudah sampai ke Desa Sidoagung yang ada Pusat Kuliner Belut dan bus Trans Jogja yang sudah sampai ke Godean (yang bukan Jalan Godean itu). Kalau nggak suka keripik belut, bisa mampir agak lama di Resto Bale Roso yang cabangnya ada di Jakal itu.
Sabar… Masih ada 3 desa lagi, nih.
Lanjut ke Desa Sidoluhur yang ada Pasar Godeannya dan juga sentra pengrajin genteng. Selanjutnya Desa Sidorejo yang banyak pahlawan devisanya, dan jika mau repot belok ke selatan sebentar nanti ketemu Desa Sidomulyo yang jadi tempat manggung Ngayogjazz.
Jangan salah kaprah
Kalau yang Mbak Cindy maksud perbatasan membingungkan antara Godean dan Bantul (Kasihan), mungkin maksudnya Manna Kampus Godean yang beralamat di Kasihan Bantul yang berbatasan langsung dengan Kapanewon Gamping. Atau, jalan utama penghubung Hos Cokroaminoto, Perempatan Pingit, dan Ring Road Barat? Bukan yo, Mbaaak, itu sih Jalan Godean, lebih tepatnya Jalan Ngapak-Kentheng. Jangan dibandingkan dengan wilayah Piyungan yang memang perbatasan banget Sleman-Bantul. Godean nggak dikepung Bantul. Pokoknya nggak.
Mau dari berbagai arah mata angin, Godean Sleman nggak berbatasan langsung dengan Bantul, apalagi Kasihan Bantul. Perbatasan barat Godean itu Nanggulan baru kemudian masuk daerah Kabupaten Kulon Progo. Dari arah timur perbatasannya Gamping duluan, bukan Kasihan. Sementara dari arah selatan perbatasannya lagi-lagi Gamping dan Moyudan (masih Sleman, lho, ya). Terakhir, dari arah utara, perbatasannya adalah Seyegan yang jelas-jelas Sleman.
Jadi, jangan salah ya, Mbak Cindy dan jamaah Mojokiyah lainnya. Area Godean Sleman itu sudah sangat secured dari kepungan Bantul. Jangan bilang lagi kalau Godean nggak siap buat jadi bagian dari Sleman. Kami malah ke-Kulon Progo-an, kok. Hehehe.
Masalah penerangan minim, coba cek area setelah Ring Road ke non-pusat Jogja. Apakah terang semua? Apakah hanya Godean yang minim?
Jalan rusak? Jelass banyak orang cari rumah subsidi di ujung kulon tapi tumpakane roda 4. Itu menjawab penasaran Mbak Cindy kenapa Godean jalannya jelek. Wew, ala kritik sosial.
Terus, kalau soal kuliner kekinian, maksudnya yang mana, Mbak Cindy? Cireng, cimol, cirambay, cilok, dan aci lainnya? Ada di Bantul, kok. Seblak apalagi! Pizza? Burger? Ada! Crombolini? Bombolini? Adaaa. Warga Bantul tak belani ki, lhooo.
Penulis: Nurvita Wijayanti
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Godean Krisis Identitas, Terlalu Bantul untuk Jadi Sleman.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.