Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Pojok Tubir

Memahami Kemuakan Tere Liye lewat Buku Hadiah Giveaway

Ravi Oktafian oleh Ravi Oktafian
29 Mei 2021
A A
buku bajakan buku-buku baru buku musik mojok

buku bajakan buku-buku baru buku musik mojok

Share on FacebookShare on Twitter

Belakangan ini saya semakin muak dengan netizen Indonesia yang sok-sokan mendikte orang lain untuk tampil baik di jagat media sosial. Salah satu yang bikin saya muak adalah diserangnya Tere Liye, salah satu penulis kondang kita, yang kebetulan kemarin-kemarin lagi pengen ngomongin pembajakan buku di Indonesia dengan beberapa bahasa kasar.

Muncul beberapa netizen yang dengan pedenya menyayangkan Tere Liye, yang katanya telah bertindak dengan arogan gara-gara menggoblok-goblokkan dan mendungu-dungukan para pembeli buku bajakan. Tanggapan semacam itu terepresentasi dalam balasan @harisFQ. Ia menyayangkan sikap seorang Tere Liye yang alih-alih melakukan edukasi, justru malah menggunakan kata-kata kasar.

Apakah Tere Liye berhenti seketika dibilang seperti itu? Hmmm, saya lihat Tere Liye di akun FB-nya justru semakin menggodog isu ini. Mungkin sengaja dilepas seperti bola salju. Dan saya suka!

Terakhir saya lihat Tere Liye malah mengkritik Lazada yang ibarat rumah bagi pejual buku-buku bajakan. Tere Liye juga menyindir orang-orang yang suka beli kamus translate Inggris-Indonesia yang bajakan. Untuk urusan ini, saya amat suka Tere Liye. Kritik terus, Bang.

Tere Liye dengan berani juga upload screenshot komentar netizen yang Isinya begini : “istri saya seneng buku Tere Liye, ada 6 atau 7 judul dan bagus.. tp klo tau penulisnya bahasanya ky gini..mending saya bakar buku nya..(Isti saya beli di gramed, harusnya asli). Apa kata Tere Liye? “Buat siapapun yang tidak terima Tere Liye membahas buku bajakan. Bilang Tere Liye kasar, tidak sopan, dll. Dan kamu mau berhentibaca, boikot baca, dll, dsbgnya, maka: jangan ragu2. Lakukan saja”.

Saya juga punya pengalaman pahit mengenai buku bajakan. Awal tahun lalu, saya menang giveaway dari salah satu platform online yang bergerak dalam dunia literasi. Buku yang didapat terserah judulnya yang penting harganya di bawah harga 100 ribu rupiah. Sebagai syarat selanjutnya, setiap pemenang giveaway harus meresensi buku itu ketika sudah sampai di tangan. Tapi, waktu buku yang saya menangkan datang sampai di rumah, alangkah kagetnya yang datang bukan buku original, alias bajakan, alias buku repro.

Tentu saja saya kecewa. Meskipun didapat dengan cuma-cuma, giveaway dengan memberikan buku yang bajakan sama saja kayak nggak niat. Padahal saya tahu kalo buku yang original saja harganya hanya sekitar 70 hingga 80 ribu saja. Sudah begitu, tentu saja kualitasnya sangat jauh berbeda dengan yang saya tahu. Kertasnya seperti saringan tahu, covernya terkena air sedikit luntur. Bukunya kegeser di atas meja, kertasnya langsung brudul alias terkelupas.

Pas meresensi bukunya pun jadi serasa setengah hati banget. Setelah resensi selesai, saya kirim. Dan buku itu saya simpan saja dalam lemari tanpa saya pernah sentuh lagi. Ingin sekali saya berucap juga di media sosial, tetapi saya merasa nggak punya kekuatan. Alhasil ya cuman kecewa dan mbatin dalam kamar.

Baca Juga:

Perpustakaan Harusnya Jadi Contoh Baik, Bukan Mendukung Buku Bajakan

Festival Pustaka Sastra Tokopedia: Pembeli Nggak Bakal Dapat Buku Bajakan Saat Belanja, HKI Penulis pun Terlindungi

Saya yang cuman pemenang giveaway saja merasa kecewa, apalagi Tere Liye yang bukunya dibajak? Dia nulis capek-capek, mungkin direlain begadang malam-malam, lah kok nggak dapet royalti dari setiap buku yang dibajak. Wush…

Sudah nggak dapet royalty, sekarang malah diserang-serang segala. Kalo saya jadi blio juga pasti gatel ngomong goblok!

Meskipun saya bukan penggemar blio garis keras, saya sangat mendukung kemuakannya dan ikut muak juga terhadap setiap orang yang seakan-akan nggak melihat esensi pembajakan buku sebagai sesuatu yang berbahaya dan malah mendikte orang untuk bahas apa di media sosial. Bukannya melihat lebih jauh industri buku dalam negeri yang memprihatinkan malah sibuk cari-cari mengomentari gaya atau ekspresi kekesalan seseorang.

Seakan-akan, pendapat mereka harus didengar dan bisa dijadikan rujukan. SMH.

Saya merasa aneh saja pada orang-orang yang sok-sokan bermoral. Blio kan sedang marah, sedang kecewa dengan para pembajak, lah kok disuruh pakai bahasa yang sopan? Suruh pake sajak atau puisi yang lurus-lurus dan mendayu-dayu aja gitu?

Kenapa juga harus bicara sopan ketika marah? Anda sekalian tersinggung? Apa kalian rugi kalo tiba-tiba blio pake kata kasar untuk merendahkan para pembeli dan produsen buku bajakan? Jangan-jangan kalian malah masuk dalam lingkaran setannya pembajakan buku, ya kan?

Ingat betul saya dengan lirik lagu “Rocker Juga Manusia”. Coba ganti rockernya dengan penulis juga punya hati punya rasa. Kalau penulis marah bukunya dibajak, apa iya nggak boleh mengumpat?

Saya ingin sekali menyemangati blio dan mengatakan: Semangat Bung! Jalanmu sudah ke Barat, sudah benar, Orang Indonesia itu kalo dibilangin dengan halus justru malah iya-yo-ya-yo, masuk kuping kanan belum tentu keluar kuping kiri, bisa saja malah mental nggak masuk blas ke otak. Nggak perlu dialus-alusin kalo memang salah, biar mereka belajar.

BACA JUGA 8 Fakta Penting yang Wajib Anda Tahu Tentang Buku Bajakan atau tulisan Ravi Oktafian lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 21 Desember 2021 oleh

Tags: buku bajakanPembajakanPojok Tubir Terminaltere liye
Ravi Oktafian

Ravi Oktafian

ArtikelTerkait

Sulitnya Menjadi Fans SID dan JRX di Masa Pandemi terminal mojok

Sulitnya Menjadi Fans SID dan JRX di Masa Pandemi

25 Juni 2021
bruce wayne batman mojok

Seandainya Bruce Wayne Jadi Coach Bisnis, Pasti Nggak Komentar Tentang Main Laptop di Coffee Shop

19 Juni 2021
satpol pp ukulele dirusak mojok

4 Barang yang Bisa Dirusak Pak Satpol PP Pontianak selain Ukulele

22 Juni 2021
Buat yang Pengin Rangkap Jabatan Jadi Komisaris, Belajarlah dari Rektor UI terminal mojok.co

Buat yang Pengin Rangkap Jabatan Jadi Komisaris, Belajarlah dari Rektor UI

21 Juli 2021
Hilangnya Sense of Crisis Media yang Suka Glorifikasi Kekayaan Nagita Slavina? terminal mojok.co

Hilangnya Sense of Crisis Media yang Suka Glorifikasi Kekayaan Nagita Slavina?

7 Agustus 2021

Duda Muda: Pencapaian Ramashok yang Begitu Dibanggakan

3 Juni 2021
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Derita Jadi Pustakawan: Dianggap Bergaji Besar dan Kerjanya Menata Buku Aja

Derita Jadi Pustakawan: Dianggap Bergaji Besar dan Kerjanya Menata Buku Aja

23 Desember 2025
Tips Makan Mie Ongklok Wonosobo agar Nggak Terasa Aneh di Lidah

Tips Makan Mie Ongklok Wonosobo agar Nggak Terasa Aneh di Lidah

22 Desember 2025
5 Kuliner Madura selain Sate yang Layak Dikenal Lebih Banyak Orang Mojok.co

5 Kuliner Madura selain Sate yang Layak Dikenal Lebih Banyak Orang

28 Desember 2025
Nestapa Tinggal di Kendal: Saat Kemarau Kepanasan, Saat Hujan Kebanjiran

Nestapa Tinggal di Kendal: Saat Kemarau Kepanasan, Saat Hujan Kebanjiran

22 Desember 2025
Pekalongan (Masih) Darurat Sampah: Ketika Tumpukan Sampah di Pinggir Jalan Menyapa Saya Saat Pulang ke Kampung Halaman

Pekalongan (Masih) Darurat Sampah: Ketika Tumpukan Sampah di Pinggir Jalan Menyapa Saya Saat Pulang ke Kampung Halaman

28 Desember 2025
Perlintasan Kereta Pasar Minggu-Condet Jadi Jalur Neraka Akibat Pengendara Lawan Arah

Perlintasan Kereta Pasar Minggu-Condet Jadi Jalur Neraka Akibat Pengendara Lawan Arah

24 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Kala Sang Garuda Diburu, Dimasukkan Paralon, Dijual Demi Investasi dan Klenik
  • Pemuja Hujan di Bulan Desember Penuh Omong Kosong, Mereka Musuh Utama Pengguna Beat dan Honda Vario
  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.