Apa yang ada di pikiran kalian saat pertama kali mendengar “selai srikaya”?
Beberapa orang di daerah tertentu boleh jadi familier dengan selai srikaya. Namun, saya yakin masih banyak pula orang yang mengira bahwa selai srikaya terbuat dari buah srikaya.
Sejujurnya, saya termasuk salah satu dari sekian banyak orang yang dulu pernah menganggap bahwa selai srikaya adalah selai yang mengandung ekstrak buah srikaya. Atau setidaknya, memiliki aroma dan cita rasa khas buah srikaya. Tapi kenyataannya nggak begitu, Gaes. Justru selai ini sama sekali nggak memiliki rasa buah yang memiliki nama latin Annona squamosa itu.
Saat beberapa waktu lalu sempat viral di media sosial, saya memutuskan untuk mencoba selai ini dengan membeli salah satu produk roti kukus yang—pada waktu itu—restonya cukup ramai pembeli di aplikasi ojek online. Awalnya saya sempat curiga, kok bisa ya buah srikaya jadi ngetren dan disukai oleh banyak orang? Pasalnya, menurut saya pribadi buah ini lebih cocok untuk dikonsumsi langsung atau dijadikan jus ketimbang diolah jadi selai. Aneh aja gitu. Ya nggak, sih?
Bermodalkan rasa penasaran yang tinggi, saya mencicipi roti kukus srikaya ini dengan menyimpan banyak pertanyaan di kepala. Gimana nggak, sejak gigitan pertama hingga kue ini habis, yang saya temukan hanya rasa manis dan gurih dengan sedikit aroma daun pandan. Hal itu semakin membuat saya penasaran, kok bisa selainya dinamai srikaya?
Baca halaman selanjutnya: Biasanya, selai srikaya disebut selai kaya atau “kaya” saja…
Asal-usul selai srikaya
Setelah mencari tahu dari berbagai sumber, ternyata, konon katanya nama srikaya diambil dari bahasa Melayu, yaitu sri atau seri yang artinya cerah. Biasanya, selai srikaya disebut dengan selai kaya atau “kaya” saja. Selai ini biasa digunakan sebagai isian roti kukus, olesan pisang goreng, maupun roti panggang (kaya toast). Praktis, kudapan dengan selai ini sangat cocok dinikmati bersama kopi hitam atau teh hangat.
Meski kebanyakan selai srikaya memiliki warna kuning kecokelatan, ada juga yang berwarna hijau muda. Hal tersebut dipengaruhi oleh bahan-bahan apa saja yang terkandung di dalamnya. Sedangkan untuk aroma selai yang wangi, sumbernya berasal dari daun pandan dan vanili yang terkadang memang sengaja ditambahkan saat proses pembuatan.
Sebenarnya, saya sendiri masih kurang tahu persis dari mana selai ini berasal. Siapa penciptanya dan kapan selai ini pertama kali dibuat juga masih simpang siur. Ada yang bilang bahwa selai ini berasal dari daerah Singkawang Kalimantan Barat, namun ternyata selai ini juga populer di negara-negara lain seperti Singapura dan Malaysia.
Bisa dibuat sendiri di rumah
Menariknya, selai srikaya bisa dengan mudah dibuat sendiri di rumah, lho. Kita hanya memerlukan kuning telur, santan kental, gula pasir (atau gula palem), dan daun pandan untuk membuatnya. Proses memasaknya juga nggak ribet, cukup diaduk-aduk saja bahan-bahan yang diperlukan hingga matang dan mengental sesuai selera masing-masing.
Simple sekali, bukan? Selain nggak penasaran lagi dengan rasanya, kita juga bisa menghemat pengeluaran untuk membeli kaya toast yang harga seporsinya bisa dibanderol hingga puluhan ribu rupiah. Yah, setidaknya lebih hemat untuk kaum mendang-mending lah.
Namun, jika kalian masih tetap penasaran dengan selai srikaya yang autentik, sah-sah juga sih kalau mau langsung terbang ke Singkawang, Pontianak, atau malah Singapura. Siapa tahu di tempat-tempat itu, selainya memang punya cita rasa unik yang nggak bisa kita temukan di daerah lain.
Last but not least, terlepas dari segala teka-teki di balik selai srikaya, saya pikir informasi mengenai selai ini perlu dibagikan ke khalayak luas. Selain untuk meluruskan kesalahpahaman orang-orang terhadap selai srikaya, semoga aja tulisan ini mampu mengurangi jumlah customer resto yang marah-marah di kolom review karena nggak menemukan rasa buah srikaya di roti kukus mereka.
Penulis: Farahiah Almas Madarina
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Rekomendasi Tasyi Athasyia: 4 Selai Cokelat Paling Enak buat Olesan Roti.