Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Kampus Pendidikan

MBG di TK: Niat Baik yang Realitasnya Cuma Bikin Ribet

Nur Anisa Budi Utami oleh Nur Anisa Budi Utami
24 September 2025
A A
Mengenal SS 201, Terduga Bahan Nampan MBG yang Berbahaya dan Berpotensi Haram TK

Mengenal SS 201, Terduga Bahan Nampan MBG yang Berbahaya dan Berpotensi Haram

Share on FacebookShare on Twitter

Percayalah, MBG di TK itu membawa masalah baru yang mungkin tidak kalian sadari. Yang makan anak-anak, yang deg-degan gurunya

Kalau dengar kata “TK”, kebayangnya apa sih? Pasti langsung bayangin anak-anak kecil yang lucu-lucu, lari-larian, belajar sambil main, terus nyanyi-nyanyi lagu anak-anak kan? Dari luar memang kelihatan seru dan gampang. Tapi coba deh sekali aja masuk ke dunia guru TK, apalagi PAUD. Dijamin pandanganmu langsung berubah 180 derajat.

Ngajar di TK itu jauh lebih ribet daripada ngajar anak SD, SMP, apalagi SMA. Soalnya di usia dini, anak-anak masih kayak “kertas kosong” yang polos, lugu, dan jujur banget. Mereka masih butuh dipandu hampir di setiap hal kecil. Mulai dari cara duduk, cara makan, bahkan kadang ke kamar mandi pun masih ada yang harus ditemani. Kebayang kan, kalau satu kelas isinya belasan sampai puluhan anak, terus semua butuh perhatian dalam waktu yang sama? Guru bisa langsung kelimpungan.

Nah, di tengah ribetnya dunia TK ini, pemerintah punya program namanya MBG alias Makan Bergizi Gratis. Secara ide, niatnya mulia banget. Tujuannya jelas: biar anak-anak sehat, terpenuhi gizinya, dan bisa tumbuh optimal. Kedengarannya indah banget, kan?

Tapi kayak pepatah, “jauh panggang dari api”. Di lapangan, program ini nggak segampang teorinya. Banyak guru, khususnya di TK dan PAUD, yang malah kewalahan ngurus MBG dibanding ngajar anak-anak.

Realitas di Lapangan

Coba bayangin: satu sekolah PAUD/TK saya punya 200 anak. Terus semua anak itu harus dapat jatah MBG sesuai jadwal. Kedengarannya mungkin simpel, tinggal dibagikan aja, kan? Eh, jangan salah. Kenyataannya, ribetnya minta ampun.

Pertama, soal waktu. Kadang, makanan datang nggak sesuai jadwal. Ada yang harus dibagi jam 9 pagi, tapi pas kita masih sibuk ngajar atau anak-anak lagi asyik main, makanan udah datang. Belum lagi kalau pihak penyedia buru-buru minta wadahnya dikembalikan. Jadi guru harus muter otak: “Aduh, gimana caranya biar makanan tetap bisa dibagikan ke anak-anak tanpa bikin suasana kelas kacau?”

Alhasil, sering kali makanan dipindahin dulu ke wadah pribadi guru atau sekolah, baru dibagikan pelan-pelan biar nggak bikin anak-anak heboh.

Baca Juga:

MBG Menguntungkan Akar Rumput Katamu? Coba Tanya Pedagang, Jawabannya Tak Seperti Ekspektasimu

Makan Bergizi Gratis: Ketika yang Gratis Justru Bikin Masuk Rumah Sakit

Kedua, soal higienitas. Karena ini makanan massal, nggak jarang ada kasus anak-anak yang malah sakit perut setelah makan MBG. Entah karena nggak cocok, entah karena penyajiannya kurang bersih. Jadinya niat baik “biar sehat” malah berbalik jadi “bikin keracunan”. Orang tua protes, guru juga jadi sasaran, padahal yang nyiapin makanan bukan guru.

Ketiga, soal jumlah. Kalau anak di sekolah ada ratusan, otomatis makanan juga numpuk. Kadang ada anak yang makannya lama banget, belum habis, tapi wadah udah harus diambil lagi sama penyedia. Guru pun pusing: mau buang sayang, mau disimpen ribet, mau dipaksa makan nggak tega. Akhirnya jalan pintasnya ya dipindahin ke wadah sendiri dulu. Dari situ baru dibagikan lagi ke anak-anak biar tetap kebagian.

Ribet? Jelas.

Keluhan dari Guru

Nggak heran kalau banyak guru PAUD/TK mulai ngeluh. Bukan mereka nggak setuju sama program MBG, tapi karena teknisnya bikin repot luar biasa. Bayangin aja, kerjaan utama guru harusnya fokus ke pendidikan dan perkembangan anak, malah tersita buat urusan logistik makanan.

Ada satu keluhan yang sering banget kedengeran: “Bisa nggak sih kalau MBG itu diganti aja jadi uang? Jadi orang tua bisa beli sendiri makanan bergizi buat anaknya, sesuai selera dan kebutuhan.” Kedengarannya memang lebih simpel. Orang tua bisa atur menu sesuai kondisi anak. Ada yang mungkin alergi, ada yang nggak suka jenis makanan tertentu. Kalau dikasih dalam bentuk uang, fleksibilitasnya lebih tinggi.

Tapi masalahnya, kalau berupa uang, pasti muncul lagi kekhawatiran: apakah orang tua benar-benar pakai uang itu buat beli makanan bergizi, atau malah dipakai buat kebutuhan lain? Nah, di sinilah dilema muncul.

Antara Ideal dan Realitas

Kalau mau jujur, MBG ini kayak dua sisi mata uang. Di satu sisi, niatnya bagus banget. Negara pengen anak-anak Indonesia sehat, cerdas, dan nggak kekurangan gizi. Apalagi masalah stunting masih jadi PR besar di negeri ini. Dengan adanya program makan bergizi, setidaknya ada jaminan anak-anak dapat asupan yang baik di sekolah.

Tapi di sisi lain, realitas di lapangan nunjukin kalau sistemnya belum matang. Guru yang seharusnya jadi pendidik, malah sibuk ngurusin distribusi makanan. Anak-anak yang seharusnya belajar disiplin dan mandiri, malah jadi rebutan makanan. Dan kalau ada masalah kayak keracunan, pihak sekolah ikut kena getahnya.

Suasana di Kelas Saat MBG

Kalau mau tahu gimana chaos-nya, coba deh bayangin satu kelas TK lagi dapat jatah MBG. Begitu makanan datang, anak-anak langsung heboh. Ada yang seneng banget karena menunya cocok, ada juga yang langsung manyun karena “nggak suka sayur, Bu!”. Guru harus muter-muter, bujukin anak-anak buat tetap makan.

“Yuk, coba dulu sesuap. Kalau nggak suka, nggak usah dihabisin.” Itu kalimat yang sering banget keluar. Padahal di balik senyum, guru juga deg-degan: “Aduh, gimana kalau nanti ada yang muntah? Gimana kalau makanannya keburu basi?”

Sementara itu, jam terus jalan. Anak-anak yang makannya lama bikin antrian panjang. Piring-piring menumpuk, guru harus bolak-balik beresin meja, nyuapin anak, sambil tetap ngawasin yang lain biar nggak ribut. Pokoknya satu jam terasa kayak seharian.

Harapan untuk MBG ke depan

Jadi, gimana solusinya? Menurut banyak guru, MBG itu tetap penting. Tapi perlu perbaikan di sistemnya. Misalnya:

Waktu distribusi lebih fleksibel. Jangan terlalu kaku soal jam pengantaran atau pengambilan wadah. Lalu, kualitas makanan dijamin. Biar nggak ada kasus keracunan, penyedia harus bener-bener diawasi. Jangan lupa, porsi sesuai kebutuhan anak. Jangan terlalu banyak, jangan terlalu sedikit. Biar nggak mubazir.

Yang jelas, libatkan sekolah dalam perencanaan. Guru paling tahu kondisi anak-anak, jadi jangan sampai mereka cuma jadi “korban sistem”.

Pertimbangkan opsi uang. Boleh aja sebagian dalam bentuk uang, dengan pengawasan tertentu, supaya orang tua bisa lebih leluasa.

Kalau hal-hal itu bisa diperbaiki, MBG bisa jadi program yang benar-benar bermanfaat, bukan sekadar beban tambahan.

Jadi intinya, ngurus anak TK itu udah ribet, ditambah MBG yang belum matang, jadinya makin ribet. Tapi bukan berarti program ini jelek. Justru karena niatnya bagus, kita perlu sama-sama nyari cara biar implementasinya nggak bikin guru stress, anak-anak bingung, dan orang tua khawatir.

Buat kamu yang belum pernah masuk ke dunia TK, mungkin tulisan ini bikin kamu mikir: “Oh, ternyata ribet juga ya.” Iya, ribet banget. Tapi di balik keribetan itu, ada senyum-senyum polos anak-anak yang bikin semua capek hilang. Jadi meski MBG bikin pusing, guru-guru tetap bertahan. Karena pada akhirnya, tujuan mereka cuma satu: memastikan anak-anak bisa tumbuh sehat, ceria, dan siap menghadapi masa depan.

Penulis: Nur Anisa Budi Utami
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Keracunan Massal MBG Bukan Lagi Masalah Teknis, tapi Sistemik: Hentikan Sementara Kalau Keselamatan Tak Dijamin

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 24 September 2025 oleh

Tags: anak PAUDanak TKguru TKkasus keracunan MBGmbgMBG untuk TK
Nur Anisa Budi Utami

Nur Anisa Budi Utami

Guru TK yang tinggal di Kulon Progo. Suka menulis, ngopi, dan jalan-jalan.

ArtikelTerkait

Unpopular Opinion Prosesi Wisuda TK hingga SMA Itu Biasa Aja, Ngapain Resah Terminal Mojok

Unpopular Opinion: Prosesi Wisuda TK hingga SMA Itu Biasa Aja, Ngapain Resah?

24 Juni 2022
Mengenal SS 201, Terduga Bahan Nampan MBG yang Berbahaya dan Berpotensi Haram TK

MBG Menguntungkan Akar Rumput Katamu? Coba Tanya Pedagang, Jawabannya Tak Seperti Ekspektasimu

7 Oktober 2025
Mengenal SS 201, Terduga Bahan Nampan MBG yang Berbahaya dan Berpotensi Haram TK

Mengenal SS 201, Terduga Bahan Nampan MBG yang Berbahaya dan Berpotensi Haram

29 Agustus 2025
Jadi Guru TK Gampang, Cuma Keprok-keprok_ Enak Aja! terminal mojok

Jadi Guru TK Gampang, Cuma Keprok-keprok? Enak Aja!

2 November 2021
Anak TK dan SD Lebih Perlu PTM ketimbang Mahasiswa yang Udah Divaksin terminal mojok.co

Anak TK dan SD Lebih Perlu PTM ketimbang Mahasiswa yang Udah Divaksin

29 September 2021
Beratnya Menjadi Guru TK di Desa: Pendidikan Harus S1, tapi Gaji Cuma 300 Ribu

Beratnya Menjadi Guru TK di Desa: Pendidikan Harus S1, tapi Gaji Cuma 300 Ribu

3 Juli 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

QRIS Dianggap sebagai Puncak Peradaban Kaum Mager, tapi Sukses Bikin Pedagang Kecil Bingung

Surat untuk Pedagang yang Masih Minta Biaya Admin QRIS, Bertobatlah Kalian, Cari Untung Nggak Gini-gini Amat!

5 Desember 2025
4 Hal Sepele tapi Sukses Membuat Penjual Nasi Goreng Sedih (Unsplash)

4 Hal Sepele tapi Sukses Membuat Penjual Nasi Goreng Sedih

29 November 2025
Desa Ngidam Muncar, Desa Terbaik di Kabupaten Semarang (Unsplash)

Desa Ngidam Muncar, Desa Terbaik di Kabupaten Semarang dengan Pesona yang Membuat Saya Betah

4 Desember 2025
Pengalaman Transit di Bandara Sultan Hasanuddin: Bandara Elite, AC dan Troli Pelit

Pengalaman Transit di Bandara Sultan Hasanuddin: Bandara Elite, AC dan Troli Pelit

1 Desember 2025
5 Hal yang Bikin Orang Solo Bangga tapi Orang Luar Nggak Ngerti Pentingnya

5 Hal yang Bikin Orang Solo Bangga tapi Orang Luar Nggak Ngerti Pentingnya

29 November 2025
5 Alasan Danau UPN Veteran Jatim Adalah Tempat Nongkrong Paling Romantis Sekaligus Paling Mlarat

5 Alasan Danau UPN Veteran Jatim Adalah Tempat Nongkrong Paling Romantis Sekaligus Paling Mlarat

2 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.