Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Luar Negeri

Mbah Moen, Dari Jauh Sekali

Kalis Mardiasih oleh Kalis Mardiasih
7 Agustus 2019
A A
mbah moen

mbah moen

Share on FacebookShare on Twitter

Kalau engkau lahir dan tumbuh besar dalam kultur Nahdlatul Ulama, maka engkau pasti tahu kalau salah satu ciri ruang tamu di rumah orang NU, selain kaligrafi atau gambar kota Mekkah, pasti adalah pajangan gambar atau foto para tokoh. Tokoh tersebut biasanya adalah guru ngaji atau sesepuh yang menjadi guru dari guru ngajimu, atau mata air pengetahuan dari guru-gurumu. Di rumah saya, foto tokoh itu adalah Simbah KH Maimoen Zubair.

Usia saya belasan. Setiap hari bakda maghrib, saya selalu mengamat-amati lampu ruang tamu kami yang sempit, tempat Bapak mengajar mengaji sebelum akhirnya mendirikan musala kecil di samping rumah.

Kata Bapak, kalau kita mengajar Alquran, rumah kita akan jadi terang. Rumahku kecil dan jelek. Berdinding kayu kas rapuh dan belum beralas lantai saat itu. Naluri lugu saya sebagai kanak-kanak berpikir, bagaimana pula rumah akan terang sedangkan kami ini miskin? Satu lampu yg sedikit terang hanya di ruang tamu sempit itu, bilik kamar kecil dan pawon kami cuma diterangi lampu dop kuning kecil.

Belakangan saya tahu, kepercayaan itu adalah wasiat Romo KH Maimoen Zubair. Maksudnya tentu saja bukan lampu rumah kami yang akan jadi lebih terang, tapi jiwa kami yang akan luas dan tidak gentar kepada dunia jika kami mencintai Alquran. Itu juga sebabnya, pesan Bapak ketika saya tinggal di mana pun adalah cari masjid yang dekat, cari guru, dan tetap mengajar.

Sejak kanak, telinga saya akrab mendengar nama Mbah Moen. Mungkin kami hanya sedikit beruntung sebab rumah kami ada di Blora, sedangkan Romo Kiai Maimoen adalah pengasuh Pondok Pesantren Al Anwar, Sarang, Rembang. Satu jam saja dari rumah. Cerita bahwa Mbah Moen amat alim, Mbah Moen jadi anggota dewan tapi tidak pernah ambil gaji, menjadikan kami potret keluarga biasa yang masih percaya pada partai bernama PPP karena ketokohan Mbah Moen.

Bapak mengaji di sebuah komunitas kecil, bernama majelis ta’lim Nurussalam di Kota Blora. Pengasuh majelis ta’lim itu adalah Romo KH Muhtadi Noor, santri KH Maimoen.

Setiap tahun saat memperingati maulid Nabi Muhammad SAW di majelis, Mbah Moen hadir sebagai penyampai mauizah utama. Momen pengajian maulid Nurussalam selalu jadi favorit karena penabuh hadrah terbaik dari pesantren Khozinatul Ulum akan tampil, akan ada pembaca tilawatil Quran dengan suara terbaik dan haflah akhirussanah “santri kalong” yang membacakan surat-surat di juz 30 diakhiri doa khatam Alquran oleh KH Muharror Ali, dan juga banyak sekali pedagang jajanan dan mainan anak-anak di sekitar lokasi acara.

Santri kalong di majelis Nurussalam adalah orang-orang kecil yang berprofesi pedagang pentol gerobak, pedagang sayur keliling, buruh tani, hingga kuli bangunan. Romo KH Muhtadi mengajar kitab kepada mereka setiap hari setiap malam, tentu saja tanpa biaya.

Baca Juga:

Peninggalan Mbah Moen dan Tugas Kita Sebagai Ahli Warisnya

“Kiai Maimoen Waliyullah,” Ujar Syekh Rojab: Saya Langsung Tewas! (Fragmen Antara Saya dengan Almaghfurlah Kiai Maimoen Zubair)

Di peringatan maulid Nabi, Mbah Moen selalu menyampaikan hal yang sama dari tahun ke tahun, sejak saya SD hingga remaja, yakni tentang Nur Muhammad. Mbah Moen biasanya baru naik panggung selepas pukul sepuluh malam dan mengakhiri ceramah lewat pukul satu malam. Beliau mengisahkan tarikh Nabi. Ceramah itu, meskipun tak saya pahami, senantiasa saya simpan dalam ingatan.

Setelah sedikit sekali membaca literatur tasawuf dan sudah dapat mengkoneksikan satu bidang pengetahuan dengan bidang pengetahuan lainnya, saya baru memahami jika nur Muhammad adalah spirit kebaikan Rasulullah Muhammad yang terbit sejak sebelum dunia ini ada dan akan senantiasa abadi hingga akhir zaman. Rasulullah bukan sekadar persona fisik, ia adalah tajalli Allah, al awwalu wal akhiru, alasan mengapa bumi dan seisinya ini diciptakan. Ia adalah kabar gembira untuk kedukaan umat manusia. Kita semua manusia biasa ini hidup untuk mengilhami nur Muhammad itu, kita mengejar cahaya itu.

Sepuluh tahun terakhir, Mbah Moen sudah jarang hadir ke Nurussalam. Lebih sering dibadali oleh Gus Ghofur. Gus Ghofur pun halus retorikanya seperti Romo Kiai.

Momen membahagiakan adalah ketika menyimak Mbah Moen berceramah di syukuran pernikahan Kak Ova bin Abah Kiai Gus Mus di Leteh. Lalu, Maret 2017, barangkali adalah momen saya menyimak pidato Mbah Moen terakhir kali. Indonesia sedang ribut sekali yang asalnya adalah keributan tarik menarik kekuasaan dari Jakarta. Secara cukup mendadak, terselenggara Silaturahim Nasional Alim Ulama Nusantara. Mbah Moen mengundang Kiai-Kiai khos untuk bermusyawarah di Pondok Pesantren Al Anwar, Sarang, Rembang. Mbah Moen berpidato dua jam yang lalu dirumuskan dalam poin-poin Risalah Sarang, wasiat penting untuk menjaga kedamaian NKRI dan merespons tantangan teknologi yang membuat umat terpecah belah.

Kalau hari ini saya sedih, sesungguhnya saya khawatir karena mautul alim mautul alam adalah nyata. Mbah Moen, adalah Kiai yang sangat ilmiah. Beliau bisa menjelaskan mengapa kita tahlilan 7 hari, 40 hari, 100 hari dan 1000 hari dengan argumen-argumen yang ilmiah. Beliau bisa menerangkan kebudayaan Islam Nusantara yang dekat dengan kultur agraris untuk memberi penghormatan para petani yang pandai membaca alam dengan amat mengagumkan. Mbah Moen bisa bercerita risalah Islam dunia dan nusantara.

Pagi tadi saya menelpon Bapak sambil menangis gemetar di Bandara Gorontalo. Bapak sudah dengar kabar Mbah Moen kapundhut, mungkin dari grup pengajian. Bapak bilang, kita harus ikhlas, toh “tinggalan” Mbah Moen sudah banyak. Tinggalan artinya legacy, warisan kepada generasi berikutnya.

Ya, termasuk sebuah petuah kecil untuk selalu mengajarkan Alquran di mana saja, yang diilhami oleh seseorang biasa saja yang bukan keturunan orang alim sekali pun seperti Bapak di rumah.

Ini tulisan dari saya, bukan sesiapa, orang biasa, seorang pengagum yang memperhatikan Mbah Moen dari jauh sekali. Seperti masa kanak-kanak dulu, Mbah Moen ada di panggung, dan saya menyimaknya sambil bermain-main lalu perlahan mengantuk di baris belakang para santri.

~ Kalis Mardiasih
06-08-2019. Indonesia Berduka.

Catatan: Tulisan ini dimuat ulang dari status Facebook penulis.

Terakhir diperbarui pada 9 Februari 2022 oleh

Tags: kiai maimunmbah moenmbah moen hajimbah moen mekkahmbah moen meninggal
Kalis Mardiasih

Kalis Mardiasih

ArtikelTerkait

Kiai Maimoen Zubair

“Kiai Maimoen Waliyullah,” Ujar Syekh Rojab: Saya Langsung Tewas! (Fragmen Antara Saya dengan Almaghfurlah Kiai Maimoen Zubair)

7 Agustus 2019
mbah moen

Peninggalan Mbah Moen dan Tugas Kita Sebagai Ahli Warisnya

8 Agustus 2019
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

5 Hal yang Bikin Orang Solo Bangga tapi Orang Luar Nggak Ngerti Pentingnya

5 Hal yang Bikin Orang Solo Bangga tapi Orang Luar Nggak Ngerti Pentingnya

29 November 2025
Tidak seperti Dahulu, Jalanan di Solo Kini Menyebalkan karena Semakin Banyak Pengendara Nggak Peka Mojok.co

Tidak seperti Dahulu, Jalanan di Solo Kini Menyebalkan karena Semakin Banyak Pengendara Nggak Peka

1 Desember 2025
Ketika Warga Sleman Dihantui Jalan Rusak dan Trotoar Berbahaya (Unsplash)

Boleh Saja Menata Ulang Pedestrian, tapi Pemerintah Sleman Jangan Lupakan Jalan Rusak dan Trotoar Tidak Layak yang Membahayakan Warganya

3 Desember 2025
Pengajar Curhat Oversharing ke Murid Itu Bikin Muak (Unsplash)

Tolong, Jadi Pengajar Jangan Curhat Oversharing ke Murid atau Mahasiswa, Kami Cuma Mau Belajar

30 November 2025
Mahasiswa UIN Nggak Wajib Nyantri, tapi kalau Nggak Nyantri ya Kebangetan

Mahasiswa UIN Nggak Wajib Nyantri, tapi kalau Nggak Nyantri ya Kebangetan

30 November 2025
Desa Ngidam Muncar, Desa Terbaik di Kabupaten Semarang (Unsplash)

Desa Ngidam Muncar, Desa Terbaik di Kabupaten Semarang dengan Pesona yang Membuat Saya Betah

4 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana
  • Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.