Perihal memutuskan untuk terjun ke dunia skincare, saya punya sedikit cerita. Memiliki wajah yang rupawan dari lahir itu rezeki yang wajib disyukuri. Tapi kadang, ada aja orang cakep yang ngerasa insecure sendiri. Misalnya dia nemu atau terganggu dengan tahi lalat di wajah, padahal kecil banget. Padahal nih, jin dan manusia lain pun nggak bisa lihat.
Hal seperti itu buat saya sendiri awalnya bikin eneg. Tapi, kalau dipikir-pikir lagi, kok ya ngefeknya jadi positif gini ke diri sendiri. Karena gara-gara perasaan insecure orang cakep tersebut, saya biasanya mikir “Ya Allah, lu cakep begitu aja ada bae yang dikeluhin. Gimana nasib gua yang buriq bat begini?”
Gara-gara keseringan mikir begitu, bukannya bodo amat, saya justru mempertimbangkan. “Lah, kalo dia bersih begitu aja ada yang dikeluhin, harusnya komuk dekil begini juga kudu rajin gua bersihin.”
Jadi, setelah sambat atas perasaan insecure orang-orang rupawan, timbullah hasrat untuk berbenah diri. Sebelumnya saya mengutuk diri sendiri atas ketidakpiawaian mengurus penampilan. Kini saya berusaha untuk memperbaiki keadaan.
Di zaman yang mana masyarakat sudah tidak bingung untuk berguru kecantikan, saya bersyukur sekali untuk tidak perlu susah-susah dan mahal-mahal ke klinik. Karena perawatan sudah bisa dilakukan sendiri.
Meskipun terdengar mudah, namun sungguh, memutuskan diri untuk terjun ke dunia skincare itu lumayan pelik. Banyak pertimbangan dan analisis yang harus saya lakukan, sebelum akhirnya menjatuhkan pilihan pada satu atau dua produk kecantikan. Bertahun-tahun saya berkelana mencari skincare yang cocok. Kini saya cukup puas mendapatkan hasil melalui proses yang sungguh-sungguh tidak instan ini.
Sebelum memutuskan untuk membeli, ada beberapa hal dasar yang cukup membantu untuk keberlangsungan perawatmu kelak. Karena kalau salah-salah, bukannya bikin bening, tapi justru bikin pala pusing. Duit melayang, muka malah bobrok. Kan rasanya jadi pengen mentung diri sendiri pake palu Thor.
Bagi kamu di luar sana yang baru akan memutuskan untuk menggunakan skincare, berikut kaidah pokok yang perlu diketahui sebelum membeli.
Pastikan jenis kulit
Umumnya jenis kulit itu ada empat, yaitu normal, kering, berminyak, dan kombinasi. Nah, sebelum membeli skincare, kamu perlu tahu dulu nih jenis kulit mana yang dimiliki. Karena kalau salah-salah, bisa berefek buruk. Dengan tahu jenis kulit sendiri, nantinya kamu bisa menentukan kandungan apa saja yang boleh dan tidak boleh ada di calon skincare yang akan kamu beli.
Misalnya jenis kulitmu itu berminyak. Untuk jenis kulit ini sendiri, ada beberapa kandungan yang harus dihindari salah satunya adalah mineral oil. Karena eh karena, mineral oil ini dapat menutup pori-pori yang bila dibiarkan, bisa menyebabkan debu terjebak dalam pori-pori. Akibatnya, bisa timbul komedo, bahkan jerawat.
Nah, loh. Mau bikin kulit jadi mulus, atau gradagan, ceu?
Pastikan ada duit
Sebelum beritikad baik untuk menyehatkan kulit, ada benarnya jika kamu memerhatikan anggaran untuk skincare yang harus kamu keluarkan perbulan atau persekian bulan sekali. Skincare itu memang komoditi yang tidak cepat habis, karena pemakaiannya yang tiap hari cuma seuprit-uprit (menurut aturan pakai yang dianjurkan). Meskipun demikian, akan jauh lebih baik jika membeli skincare itu sudah masuk ke dalam plan bulanan. Bukan menjadi hal yang sekelebat terbesit di otak atau bahkan kebetulan.
Jadi, pastikan setelah menganggarkan untuk akomodasi dan transport sehari-hari, jangan lupa juga masukan budget untuk membeli skincare. Supaya bersihnya kulitmu jadi hal yang diusahakan, bukan kebetulan sementara yang kemudian hilang.
Pastikan bisa membelinya kembali
Hal ini yang kerap kali absen di benak para calon pengguna skincare. Biasanya, demi mendulang hasil yang bagus di awal pemakaian, orang-orang bisa rela merogoh kocek yang dalam bahkan dalam banget untuk membeli produk skincare yang dianggap mujarab mustajab. Aamiin.
Hal itu tidaklah salah, namun tidak juga seutuhnya benar. Jadi, begimana ya ngomongnya?
Begini. Selain dapat “membeli”, pastikan juga kamu dapat “membeli lagi”. Karena sesungguhnya koentji keberhasilan dari menggunakan rangkaian skincare itu bukan hanya ada pada komposisi produk itu sendiri, melainkan dengan kontinuitas penggunaannya juga. Tampan dan cantik—percaya atau tidak—itu perkara konsistensi.
Lah, skincare bikin ketergantungan masa? Analoginya gini deh.
Umurmu sudah 27 tahun. Itu bukan umur yang muda. Kalau nikah umur 21 terus punya anak di umur 22, anakmu pasti umurnya sudah 5 tahun. Bentar lagi masuk SD. Umur 27 itu umur di mana asupan kolagen pada tubuh sudah berkurang 1,5% tiap tahunnya. Berkemungkinan sekali kulit untuk tidak elastis alias kenyel terus-terusan.
Kemudian kamu memutuskan untuk membeli suplemen kolagen dengan tujuan supaya kulit tetap kencang seperti badai. Lalu, ketika sudah berhenti mengonsumsi, kamu merasakan loh kok manfaatnya pada tubuh jadi berkurang, atau bahkan dirasa perlahan menghilang. Kemudian kamu menyalahkan suplemen kolagen tersebut dan menuduhnya dapat menyebabkan ketergantungan. Satu yang harus saya katakan di sini: “Tolong jangan jadi manusia yang kurang berterima kasih.”
Suplemen kolagen pada analogi tersebut tidak menyebabkan ketergantungan. Justru, dialah yang membantu untuk menyuplai level kolagen pada tubuh sehingga di umur yang sudah 27 tahun itu, kamu bisa kembali merasakan sensasi tubuh wanita 23 tahun.
Hal ini berlaku juga pada skincare. Jadi, selain dapat membeli, pastikan juga kamu dapat membeli kembali produk tersebut karena ingat, umurmu itu tiap tahunnya bertambah. Bertambahnya umur pun membuat kinerja tubuh kian berkurang. Oleh karena itu, kamu perlu menyokongnya dari luar.
BACA JUGA Cari Jodoh? Orang Sunda aja dan tulisan Nuriel Shiami Indiraphasa lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.